Arabela, terpaksa harus berlapang hati menerima kenyataan pahit. Perempuan cantik itu harus rela meninggalkan sang kekasih demi menuruti perintah keluarga untuk menikah dengan kakak ipar nya sendiri.
Adila, kakak kandung Arabela meninggal karena melahirkan seorang putri, hingga keluarga memutuskan untuk menikahkan arabela dengan Vano Herlambang,
bagaimana kisah Arabela dengan Vano? apakah mereka menemukan kebahagiaan atau sebaliknya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retmiduski, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. mutiara dan permata
Krieeettr Ara memalingkan pandangan nya ke arah pintu, sedikit terkejut karena yang masuk adalah Vano
" Maaf mas, aku terpaksa menyuruh bik Sumi memindahkan barang barang ku lagi ke kamar ini, aku tidak mau papa mama tahu dan sedih karena kita " ujar Ara seperti menjelaskan sebelum Vano mengucapkan sesuatu
" Hmmm dari awal kamu disini, saya bahkan tidak pernah menyuruh mu untuk pindah ke kamar Alana bukan? " Vano beranjak dari tempat dia berdiri tadi dan menuju balkon dengan rokok dan mancis yang sudah ada di tangan.
Ara yang melihat hal tersebut sedikit bingung, karena yang dia tahu Kakak ipar nya tersebut yang kini menjadi suami nya tidak pernah menyentuh barang yang di hisap dengan menggunakan api tersebut. Vano kembali merokok semenjak Adila meninggal kan nya, tepat nya saat Ara menetap dan pindah ke kamar Alana, Bryan seperti mengalihkan kesendirian dan kesepian nya ke benda yang tidak menyehatkan tersebut.
" Mas memang tidak pernah menyuruh aku untuk tidur di kamar sebelah, tapi mas Vano juga tidak pernah melarang, mempertahankan aku untuk tetap disini apa lagi untuk meminta untuk ku untuk kembali padahal kamu Melihat sendiri bagaimana aku memindahkan barang barang ku ke kamar sebelah" tentu saja kalimat kalimat ini hanya terucap di dalam hati Ara saja
Ara melihat Alana yang masih tidur lelap, dia memutuskan untuk mandi karena badan yang sudah lengket.
Tidak lama Ara masuk ke kamar mandi, Alana terbangun
"Huuekk hooekkk hooekkkk" Vano yang akan menghisap rokok mengurungkan niat nya dan meletakkan mancis beserta rokok tersebut di atas meja yang sudah tersedia di balkon .
Dengan sigap Vano mengambil Alana yang masih menangis di atas ranjang. Vano mendengar gemericik air di dalam kamar mandi , dengan artian Ara sedang mandi
"Hooekkkk hoooekkk" sayang nya tangis Alana tidak berhenti meskipun sudah di dalam gendongan Vano
" Cup cup anak pintar papa, tidak boleh mandi ehhh salah tidak boleh nangis sayang , anak Sholehah, anak manis" tentu saja Vano mengucapkan kata tersebut dengan sedikit nyanyian . Seketika tangisan Alana berhenti dan disitu Vano tersenyum bahagia karena nyanyian yang ia lakukan membuat Alana berhenti nangis.
" Hoooekkk huuekk" ketika Vano berhenti bernyanyi di saat itulah tangis Alana terdengar lagi
" Ooohh kenapa anak papa nangis lagi, ooh mau dengarkan papa menyanyi lagi? Oke sayang papa akan menyanyikan sebuah lagu yang indah untuk Alana, cipta an papa sendiri" ujar Vano tersenyum lebar kepada Alana yang masih menangis
" Ekhm ekhmmm ohh Alana putri papa dan mama , Alana Alana anak yang sehat, pintar dan cantik itulah anak papa mama " Vano bernyanyi dengan nada yang di buat buat dia sendiri
" Berhenti menangis lagi " ucap Vano tersenyum, namun seketika Alana menunjukkan ekspresi akan menangis Kembali dengan cepat Vano bernyanyi lagi
" Balon ku ada lima , rupa rupa warna nya hijau kuning kelabu merah muda dan biru. Meletus balon hijau dorr hati ku sangat kacau, balon ku tinggal empat ku pegang erat erat" ujar Vano dengan sedikit bergoyang sedangkan Alana berada di dalam gendongan nya
"Shalaatullaah Salaamullaah 'Alaa Thaaha Rasuulillaah
Shalaatullaah Salaamullaah 'Alaa Yaa Siin Habiibillaah " Vano mengulang ngulang kalimat tersebut
" Maaf ya nak papa mengulang mengulang kalimat dua baris tersebut karena papa belum hafal lagu nya hehehehe ngak mungkin juga papa nyanyikan Alana dengan lagu rocker dan rock nanti mama kamu bisa bisa ngamuk sama papa " ucap Vano yang tanpa sadar sudah ada Ara di Depan pintu kamar mandi
" Bahkan mas Vano masih berharap mbak Dila ngamuk di dalam mimpinya loh mbak, aku salut lihat cinta mas Vano ke pada mbak " ucap Ara di dalam hatinya
" Bisa bisa dia kabur lagi ke kamar sebelah bareng kamu karena ngamuk padahal papa kan pengen kamu tuh disini nak " bisik Vano kepada Alana yang tidak di dengar oleh Ara
" Ekhmm mas , tadi mas cuci tangan dulu kan sebelum menggendong Alana, mas tadi merokok lalu berbisik dan mencium Alana , tahu ngak sih mas semua yang mas lakukan itu berbahaya bukan hanya kepada diri mas sendiri tapi yang paling Rentan disini itu Alana dan aku ngak mau juga kenak imbas Karena apa yang mas lakukan tersebut" Ara mengingat apa yang di bawa Bryan ke balkon tadi ada rokok , meskipun pintu balkon di tutup supaya asap tidak masuk tetap saja asap nya akan melekat di baju badan apa lagi bibir dan nafas Vano itu lah yang ada dipikiran kiara
" Tidak mencuci tangan dan ....."
" Mas tidak mencuci tangan tapi malah menggendong Alana " dengan cepat Ara merebut Alana dari tangan Vano.
" Iya karena saya tidak jadi merokok, cium saja ini apa ada telapak tangan dan aroma badan saya bau asap rokok ?" Vano meletakkan telapak tangan nya ke hidung Ara, dan sedikit mendekatkan diri ke pada Ara supaya istri nya itu mencium aroma nya.a
Tanpa sadar apa yang terjadi, dua pasang mata tersebut beradu dan terjadi salah tingkah antara kedua nya " tidak bau asap rokok kan, karena sehari ini saya tidak ada merokok" ucap Vano untuk menghilangkan ketegangan yang terjadi di antara mereka
" i iya ngak bau rokok, maaf " Ara kemudian membalikkan badan untuk menidurkan alana di atas kasur dan memeriksa pempes bayi cantik tersebut
" OOO anak mama pup ya, pantas saja menangis" ujar Ara setelah memeriksa diaper nya Alana
" Pup adek bau ya " ujar Vano kemudian yang ada di samping ranjang
" Kalau wangi ya parfum mas " jawab Ara melirik Vano , seketika Vano menggaruk kepala nya yang ngak gatal " ngak salah juga sih omongan dia " Vano di dalam hati
" Mas mau lihatin aja? Atau mau....."
" Hmmm saya mau mandi saja " potong Vano tiba tiba" kenapa ? Nanti saya salah lagi , memang ada yang bisa saya lakukan untuk membantu kamu?" Ucap Vano yang bingung sendiri
" Tolong ambilkan tisu basah itu mas, sama pempes baru ya " tunjuk Ara di meja
Tanpa jawaban Vano langsung mengambil semua yang di pinta Ara
" Nah ini pempes kotor adek " tangan Ara memberikan pempes yang berisi kotoran Alana kepada Vano
" Itu ada pup di dalam nya?" Tanya Vano kepada Ara
" Iya mas, kalau mutiara mah ngak di dalam pempes juga kali mas nyimpan nya, lagian kalau iya Mutiara dan permata isi pup Alana ngak mau juga kali aku kasih nya ke kamu mas " celoteh Kiara
" Lalu tarok di mana ini?" Pertanyaan Vano yang membuat Ara membelalak matanya
" Ya di Tempat sampah khusus pempes mas yang warna hitam itu yang ada tulisan nya pempes kotor mas , iya kali mas mau Tarok di dalam lemari " Ara menggeleng kan kepala bingung
" Ya mana tahu " gumam Vano membuang pempes tersebut pada tempat pembuangan nya
Vano yang tidak tahu apa apa mengenai cara merawat anak nya tentu karena Alana selama ini hanya tidur bersama Ara. Vano hanya mengunjungi anak nya pagi hari, pulang kerja dan malam hari . Siapa yang mengira jika semua itu ternyata membuat Vano seperti lelaki yang tidak bisa apa apa dalam merawat dan mengurus bayi untuk sedikit membantu Ara.
" Yeeee anak mama udah cantik lagi, udah wangi lagi deh " Ara menciumi putri kecil nya tersebut
" Ekhmm jadi kamu mau mutiara dan permata?" Ucapan yang di lontarkan Vano barusan membuat Ara melihat ke arah Vano dengan mata yang membulat
" Ha' mutiara dan permata!!?" Ulang Ara bingung