Walaupun Danver menjadi pengganti kembarannya menjadi suami Faye, tapi dia sangat menikmati pernikahannya dengan Faye.
Lalu bagaimana dengan Faye kalau dia tau laki-laki yang menjadi suaminya saat ini adalah kembaran dari laki-laki yang dia inginkan menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 : Cinta Terhalang Profesi
"Sayang, aku pulang dulu yah, Daddy mencari ku sepertinya ada hal yang sangat penting yang ingin Daddy bicarakan dengan ku." pamit Danzel pada sang kekasih, Shenina Myer (28th) yang saat ini sedang melayani konsumen.
"Um. Hati-hati Sayang." balas Shenina.
Danzel pun berjalan menuju pintu keluar, namun baru saja sampai di pintu, tiba-tiba Danzel memutar langkahnya lagi dan kembali berjalan menuju Shenina.
"Ada apa? Apa ada yang ketinggalan?" tanya Shenina heran.
"Gea!" Danzel memanggil salah satu karyawan Shenina.
Gea yang mendengar namanya dipanggil pun langsung menoleh kearah Danzel dan Shenina.
Begitu Gea menoleh, Danzel langsung melambaikan tangannya seolah memberi kode pada Gea agar Gea menghampiri mereka.
Gea pun menghampiri Danzel dan Shenina.
"Ya, ada apa?" tanya Gea.
"Tolong layani mereka, aku ada perlu dengan boss kalian ini." jawab Danzel lalu menarik tangan Shenina dan membawa Shenina ke ruangannya.
Setibanya di ruangan Shenina, cepat-cepat Danzel menutup pintu itu.
"Ada apa Sayang? Bukannya tadi kamu bilang-" kalimat Shenina terpotong karena Danzel langsung membungkam bibir Shenina dengan bibirnya.
Shenina awalnya kaget dan hendak mendorong Danzel karena serangan bibir yang tiba-tiba, tapi setelah Danzel menarik pinggang dan menahan kepala Shenina, Shenina pun hanya bisa pasrah dan membalas serangan bibir Danzel.
Perang bibir dan belit lidah semakin memanas hingga menyulut api gai.rah dalam tubuh Danzel. Merasakan gai.rah dalam tubuhnya sudah mulai bangkit, cepat-cepat Danzel mengakhiri perang panas itu, Danzel takut jika perang itu diteruskan dirinya makin tidak bisa menahan gejolak perang yang lebih dahsyat dari itu. Ya apalagi kalau bukan perang ranjang.
Sudah dua tahun mereka menjalin kasih, tapi belum pernah mereka melakukan perang ranjang, yah paling hanya sebatas perang bibir saja. Danzel sangat menjaga kesucian hubungan mereka, prinsip Danzel dia tidak akan melakukan perang ranjang sebelum Shenina resmi menjadi istrinya, yah walaupun sebenarnya hasrat untuk melakukan itu sangat besar, wajar saja namanya juga pria normal, tapi sebisa mungkin Danzel meredam hasrat itu.
"I love you, Shen." ucap Danzel ditelinga Shenina dengan nafas yang tersengal-sengal.
"I love you too, Danzel." balas Shenina. Lalu mereka pun berpelukan erat.
"Ada apa? Kenapa tiba-tiba kamu seperti ini?" tanya Shenina dalam posisi mereka yang masih berpelukan.
"Entah lah, tiba-tiba saja aku merasa berat untuk pulang." jawab Danzel.
"Apa kamu takut Daddy mu membahas tentang hubungan kita?" tanya Shenina lagi. Shenina tahu kalau Tuan Adam tidak menyetujui hubungan mereka
Makanya Danzel menutupi hubungannya dengan Shenina karena tidak mau Tuan Adam mendatangi Shenina dan merendahkan harga diri Shenina.
"Kamu tahu?" tanya Danzel kaget sambil melepaskan pelukannya lalu menatap wajah Shenina.
"Mana mungkin aku tidak tahu. Kita sudah dua tahun menjalin hubungan dan kamu tidak pernah mengenalkan aku ke orangtua mu ditambah lagi aku pernah tidak sengaja mendengar percakapan mu dengan Danver." jawab Shenina.
"Pantas saja setiap kita jalan berdua, kamu selalu memakai masker dan topi, tadinya aku pikir kamu seperti itu karena takut ketahuan oleh wanita-wanita mu yang lain, ternyata kamu takut orangtua mu atau kolega orangtua mu melihat kamu jalan dengan gadis biasa seperti aku." lanjut Shenina.
Dari percakapan Danzel dan Danver yang tidak sengaja Shenina dengar, Tuan Adam tidak menyetujui hubungan Shenina dan Danzel karena Shenina bukanlah pure blood ataupun mud blood dan hanyalah seorang pengusaha kafe sederhana.
Danzel menghela nafasnya kasar.
"Maafkan aku Sayang, aku hanya berusaha melindungi mu. Aku tidak mau orangtua ku terutama Daddy ku mendatangi mu dan merendahkan mu." balas Danzel.
"Kenapa kamu tidak menyerah saja dan merelakan hubungan kita kalau memang tidak ada kepastian?" tanya Shenina.
Danzel menggelengkan kepalanya.
"Aku sudah banyak mengalah dengan Daddy ku. Dari kecil sampai se dewasa ini, aku selalu mengikuti apa maunya, tapi tidak dengan perasaanku! Akan aku pertahankan hubungan kita sampai titik darah penghabisan. Tolong beri aku waktu sedikit lagi, aku janji akan mengenalkan mu dengan orangtua ku." jawab Danzel lalu memeluk erat Shenina.
"Kamu harus percaya padaku, hanya kamu wanita yang aku inginkan menjadi pendamping hidup ku." ucap Danzel.
"Um... aku percaya Sayang, aku akan menunggu janji mu, berjuanglah untuk hubungan kita." balas Shenina.
°°°
Bersambung...
