NovelToon NovelToon
BEBEK GENDUT

BEBEK GENDUT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cewek Gendut
Popularitas:50.1k
Nilai: 5
Nama Author: Hyull

🐥🐥🐥
Setiap kali Yuto melihat bebek, ia akan teringat pada Fara, bocah gendut yang dulunya pernah memakai pakaian renang bergambar bebek, memperlihatkan perut buncitnya yang menggemaskan.
Setelah hampir 5 tahun merantau di Kyoto, Yuto kembali ke kampung halaman dan takdir mempertemukannya lagi dengan Bebek Gendut itu. Tanpa ragu, Yuto melamar Fara, kurang dari sebulan setelah mereka bertemu kembali.
Ia pikir Fara akan menolak, tapi Fara justru menerimanya.
Sejak saat itu hidup Fara berubah. Meski anak bungsu, Fara selalu memeluk lukanya sendiri. Tapi Yuto? Ia datang dan memeluk Fara, tanpa perlu diminta.
••• Follow IG aku, @hi_hyull

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bos Baru

Tim Ekspor PT. Ahmad Jaya cabang Langsa berjalan berjejer rapi menuju ruang rapat. Pagi ini mereka akan bertemu dengan bos baru, katanya masih muda, lulusan Jepang, cucu dari pemilik perusahaan tempat mereka bekerja.

Di paling belakang barisan, Fara menyusul, si bungsu di tim. Jilbabnya agak miring ke kiri, pipinya gembul, sibuk mengunyah bakwan yang masih hangat di tangannya. Bibirnya mengilap karena minyak bakwan, tapi wajahnya santai seperti mau pergi piknik, bukan rapat penting.

“Dek, makan sambil jalan pula,” kata Bu Lia dari samping, matanya melihat ke arah bakwan di tangan Fara. Bu Lia adalah staf Quality Control.

“Lapar, Bu. Belum sarapan tadi,” jawab Fara cuek, masih mengunyah.

“Ih, anak ini…” Bu Lia cuma bisa geleng-geleng sambil menahan tawa. Tapi matanya berbinar geli. Udah biasa melihat tingkah Fara yang selalu saja makan di sela waktu, dan hampir setiap hari dia membawa bakwan, buatannya sendiri.

Sampai di dalam ruang rapat, ternyata… kosong.

“Eh, mana si Manager? Udah jam segini, loh,” gerutu Pak Andi, staf logistik, sambil melirik jam tangannya.

Karena bos belum nongol juga, mereka pun duduk santai di dalam ruang rapat. Obrolan mulai ngalir. Seperti biasa, topik andalannya, cinta dan rumah tangga.

“Suamiku tuh bikin emosi kali! Baru pulang kerja langsung teriak, ‘*Makanan mana?! Cuma ini? Nggak ada yang lain*?’ Macam awak ini santai-santai di rumah. Kerja loh aku ini,” keluh Bu Lia sambil memutar-mutar cincin nikahnya.

“Makanya, lebih enak jadi jomblo, Bu. Hidup tenang...” sahut Sisi, staf desain, bangga kali dengan status single-nya.

“Cowokku sih baik. Aku masak apa pun dia lahap. Nggak banyak protes,” timpal Imah, admin di tim ekspor, senyum-senyum manis seperti iklan pasta gigi.

Mata mereka serentak berpaling ke Fara yang lagi asyik membersihkan tangannya dari minyak karena bakwan pakai tisu.

“Dek, kok diam aja? Nggak punya cerita cinta? Kayaknya datar kali hidupmu,” goda Pak Andi sambil nyengir.

Fara menggeleng cepat. “Nggak, Pak. Enggak ada yang mau…” katanya merendah, karena dia tahu—itu jawaban favorit mereka. Dan benar saja, tawa pun pecah.

“Aduh... sedih kali nasibmu. Makanya, kurusin dikit, dek. Biar ada yang naksir,” sambar Bu Lia, matanya melirik perut Fara yang bulat empuk. "Lihat tu, perutmu udah kayak hamil 5 bulan," tambahnya.

“Ah, gapapa, Bu. Dia sih masih muda. Belum perlu mikirin cowok,” bela Sisi.

“Iya lah, hidup Fara masih enak kali. Anak bungsu pula, pasti dimanja kali,” tambah Imah.

Fara cuma senyum.

Tiba-tiba Bu Lia ganti topik, matanya menyipit penasaran. “Oh iya, Fara pasti kenal sama Pak Yuto, kan? Soalnya Pak Yuto cucunya Pak Rio juga kan?”

Fara mengangguk pelan. "Sebenarnya Pak Yuto bukan cucunya Pak Rio, Bu. Pak Yuto cucunya Pak Haru, tapi.. Istri Pak Rio dan Pak Haru adik kakak."

“Ganteng nggak? Ada yang bilang, katanya ganteng.”

Fara mengangguk lagi.

“Baik nggak?”

Fara mengangguk untuk yang ketiga kalinya. Tapi mukanya sudah mulai memerah.

“Enak kali ya nasib anak orang. Baru lulus langsung jadi manager. Kita kerja bertahun-tahun, naik level aja susahnya bukan main,” keluh Pak Andi sambil bersedekap.

“Yah, namanya juga perusahaan keluarga, Pak…” Imah baru mau lanjut, tiba-tiba…

“*Euughhh*…”

Suara erangan membuat semua orang melompat kaget.

Dari bawah meja, muncul sosok pria, rambut sedikit berantakan, mata setengah merem, kemeja biru agak kusut. Dia mengangkat kepala, menguap lebar-lebar, lalu duduk bersandar di kursi, tampak sangat santai.

Dan tiba-tiba, mata pria itu langsung tertuju ke Fara.

“Tadi Abang nggak dengar Fara jawab apa,” kata pria itu. Suaranya serak, tapi jelas.

Fara melotot. Ia baru menyadarinya setelah mengamati wajah itu lebih lama. ***Lah?! Bang Yuto***?

Dia, yang disebut Yuto oleh Fara, terus menatapnya. “Coba ulangi, Abang mau dengar.”

Ruang rapat hening total. Semua yang ada di sana, kecuali Fara tentunya, tampak bingung dengan sosok Yuto yang tak mereka kenal namun mendadak muncul di sana dan terlihat akrab dengan Fara.

Fara buru-buru membersihkan bibirnya dari minyak dengan tisu di tangannya.

“P-Pak, kenapa nggak kenalin diri dulu?” katanya gugup, suaranya mendadak mengecil karena masih kaget.

Yuto senyum miring. “Jawab dulu. Dan jangan panggil Pak. Abang masih 24 tahun.”

Fara menelan ludah. “J-Jawab apa, P-Pak?” dan Fara tetap saja menyebut 'Pak'.

“Tadi kan mereka tanya, Abang ganteng atau enggak, baik atau nggak.”

Duh, rasanya Fara ingin masuk ke kolong meja. *Kenapa malah bahas ini*?

Wajahnya udah merah seperti kepiting matang, rasanya malu kali. Tapi akhirnya dia berbisik lirih, “Ganteng dan baik kok, Pak…”

Yuto senyum puas, angkat bahu ringan. “Oh, gitu ya?” Senyum Yuto mengembang lebih lebar. "Makasih banyak kalau gitu." Tampak sangat puas mendengar perkataan Fara.

Barulah setelah itu, dia berdiri dengan santai. Dengan sikap santainya, tetapi tetap menunjukkan sikap sopan, Yuto menatap satu-persatu staf yang ada di sana, yang sejak tadi terus menatapnya heran, karena belum mengenal siapa dirinya.

“*Assalamualaikum*, perkenalkan, saya Yuto. Mulai hari ini jadi Manager tim ekspor."

Semua mata melotot, kecuali Fara.

Pria yang tadinya kedapatan tidur di ruang rapat, ternyata bos mereka. Dan benar seperti yang dikatakan Fara, bos mereka yang kali ini memang ganteng. Ganteng kali malah. Sama saja seperti kepala cabang mereka, Pak Yuki. Sama-sama terlihat seperti orang Jepang. Tentu saja, karena mereka memang ada keturunan Jepang.

Yuto membungkuk sedikit. “Mohon bimbingannya ya, Pak... Bu... Kak... dan Adek Fara. Soalnya saya anak baru juga… walaupun statusnya manager.”

Tawa kecil pun terdengar dari mulut Pak Andi.

“Maaf tadi munculnya… ya, gitu,” lanjut Yuto sambil garuk-garuk kepala. “Saya semalam baru sampai dari Jepang. Jet lag masih berantem sama lambung. Akhirnya tadi sempatin tidur bentar… Niatnya nyari kopi malah ketiduran.”

Pak Andi berseru pelan, “Pantes tadi waktu masuk sini, loh, kok ada aroma kopi basi.”

Tawa meledak. Termasuk dari Fara, tapi cepat-cepat tutup mulut karena takut ada yang mengira tidak sopan dengan manager baru.

Tapi, Yuto tertawa juga. "Kopi basi bukan dari saya loh, Pak... Itu, coba cek tong sampah. Ada banyak sampah belum dibersihkan."

“Sampah, Pak? Serius? Biasanya si Agam sama si Zubaidah nggak pernah ketinggalan sampah. Rajin kali orang itu,” tanya Imah sambil melangkah menuju tong sampah di sudut ruang rapat dan ternyata benar. Masih ada sampah di dalam sana, termasuk beberapa cup berisikan sisa kopi. "Maaf ya, Pak. Saya hubungi dulu orang itu."

Yuto mengangguk. “Kalau gitu, saya mau kenalan dong. Coba, perkenalkan satu per satu.”

Satu per satu mulai memperkenalkan diri.

“Saya Andi, bagian logistik. Hobinya mancing, tapi gak pernah dapat ikan,” kata Pak Andi disambut tawa oleh Yuto dan yang lain.

“Sisi, Pak. Desain kemasan. Suka kopi susu tapi abis itu mencret.” Mereka tertawa lagi.

“Imah, Pak. Admin. Paling nggak bisa kerja kalau belum makan. Muka saya bakal kayak genderuwo. Rasanya pengen makan orang aja." Tawa mereka kembali pecah.

“Lia, Pak... QC. Paling anti kalau ada yang makan di jam kerja. Si Fara nih, suka kali makan sambil kerja. Nggak kenyang-kenyang perutnya. Pantaslah perutnya buncit.”

Semua langsung nengok ke Fara diikuti tawa mereka.

Fara menunduk, pura-pura sibuk ngelap jari pakai tisu.

Yuto ikut melirik dan tersenyum tipis. “Ayo, perkenalkan diri, Bebek Gendut.”

Fara mendongak kaget. “Haaa?!” *B-Bebek Gendut*? ulangnya dalam hati.

“Bagian apa, Fara?" tanya Yuto, suaranya melembut.

“Staff kreatif, Pak,” jawabnya malu-malu.

“Masih suka bakwan?”

Fara tersenyum canggung, tetapi Bu Lia yang menjawab, "Hampir setiap hari dia bawa bakwan, Pak."

Yuto tertawa. “Masih ternyata,” gumamnya pelan.

Semua mata kini tertuju ke Yuto dan Fara.

Bukan cuma karena Yuto memanggil Fara dengan sebutan *Bebek Gendut*, tapi juga karena cara dia bilangnya… berbeda.

Sisi mengerutkan kening. Matanya berpindah dari wajah Fara ke Yuto, lalu balik lagi. Seperti sedang menonton balapan mobil tamiya.

Pak Andi melirik Imah, lalu berbisik, “Itu nada suara bos… kenapa kayak abang-abang yang lagi goda cewek sebelah rumah ya?”

Imah ngangguk cepat. “Aku pikir aku yang halu barusan.”

Sementara itu, Fara sendiri tidak merasa aneh dengan sikap Yuto kini. Sejak dulu, Yuto memang selalu berlaku lembut seperti saat ini, sama saja dengan perlakuannya kepada semua adik dan sepupunya. Mungkin, karena Fara sahabat baik adik sepupunya dan dulunya juga sangat sering main bersama mereka, jadi, cara Yuto memperlakukan Fara tak jauh berbeda. Seperti itu sih yang Fara pikirkan.

Namun, yang membuat Fara heran, dari semua orang yang ada di ruangan itu, kenapa sejak tadi cuma dia yang ditatap Yuto?

.

.

.

.

.

Continued...

1
mak² rempong
blokir aja no si Shela itu...😡😡😡😡😡
kira ngkos y mbak.. kirain AQ tinggal sama om nya
Ikha Mangil
mau apalah lagi si Shella itu lhoooo
mau pinjam uang lagi sama si Fara
magdalenad dewi simarmata
sak berak terus loh Sora ini,
Anonymous
sora aku lg makan loh/Pooh-pooh/
Hyull: /Joyful//Joyful//Joyful/
total 1 replies
DISTYA ANGGRA MELANI
Jngn diksih pinjam ya fara.. Buat si yuto jg harus tegas.. Uang nya fara yg dipenjm aja blm balik mw pinjam lagi gak boleh lah...
titissusilo
buah jatuh gak jauh dari pohon nya bukan...ortu doyan utang anak kesayangan pun bgtu....orang bnyk utang pnyakitan gak bkal hilang....hadehhhh
Ayu retonisa
mau pinjam uang pastinya si sella itu /Grievance/
Al.Ro
mantab Fara, gemas banget sama tingkah Eka dan anaknya shella
Ulfah Rahayu
nek mayang😢
Kar Sim
Masya Alloh cakap X endingnya, seperti di kehidupan nyata.... dilanjut Tor 👍👍
Ikha Mangil
nah kannn ketauan kau eka
matilah kau🙈😬
Ayu retonisa
eka ini otaknya kebanyakan Micin
Tita Rosmiati
syukur lah selamat tuh si Filano kuning dasar uka uka g tau diri 😁
Tita Rosmiati
g usah takut Fara Sora itu meskipun muncung nya berisik tapi baik banget loh sama seperti keluarga yg lain nya
Ibu² kang Halu🤩
aku menunggu karmanya si uka-uka., hah😤😤 entah kapan lah itu sadarnya si uka-uka ini😡😡
EsTehPanas SENJA
bener... jaga tensi sama diabetes penyakit ga pandang usia ...
pola makan harus sehat 👍🏻👍🏻👍🏻
EsTehPanas SENJA
aku hp nya kentang thor ga bisa donlot2 lagi ga muat memory 😭 bawa kesini aja ceritanya 😭😭😭
Ayu retonisa
kyknya yuto pintar kali buat lukisan bibir yh pembaca /Facepalm/
mak² rempong
g apa² Fara. kak Sora udah tau kok semua nya, bukan cuma Sora aja yg tau, kak Yuri sama onti Endah juga tau gmn buruk nya mama kamu..
kamu yg sabar, terus doain biar mama kamu cepat dapat hidayah nya..
Umi Jasmine
sora bisa tau semuanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!