Memiliki saudara kembar nyatanya membuat Kinara tetap mendapat perlakuan berbeda. Kedua orang tuanya hanya memprioritaskan Kinanti, sang kakak saja. Menuruti semua keinginan Kinanti. Berbeda dengan dirinya yang harus menuruti keinginan kedua orang tuanya. Termasuk menikah dengan seorang pria kaya raya.
Kinara sangat membenci semua yang terjadi. Namun, rasa bakti terhadap kedua orang tuanya membuat Kinara tidak mampu membenci mereka.
Setelah pernikahan paksa itu terjadi. Hidup Kinara berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 07
Jari jemari Kinara saling merem*s kuat. Bahkan, keringat dingin sudah membasahinya. Ia takut, akan terjadi hal yang buruk karena Rico mengendarai mobilnya seperti orang yang sedang kerasukan setan. Sangat kencang dan tidak beraturan. Ingin sekali meminta pria itu berhenti, tetapi Kinara tidak ingin memiliki keberanian sama sekali. Hanya menatap saja, Kinara merasa sangat takut.
Gadis itu menghela napas lega ketika mobil Rico sudah berhenti di halaman rumah dengan selamat. Tanpa mengucap sepatah kata, Rico kembali menarik lengan istrinya. Kali ini Rico membawanya ke kamar utama miliknya. Hal itu tentu saja membuat Kinara semakin takut. Apakah mungkin malam ini ia harus kehilangan kehormatan di tangan suaminya? Seharusnya itu memang sudah menjadi kewajiban, tetapi dalam hatinya sungguh merasa belum siap.
"Mandilah!" perintah Rico setengah membentak.
"Tapi handuk saya ...."
Rico kembali menarik tubuh Kinara menuju ke kamar mandi. "Handuk dan lainnya semua sudah ada di dekat sini. Mandilah sampai bersih. Jangan mendebat lagi sebelum aku semakin marah padamu!"
Tak ada yang bisa dilakukan Kinara selain mengiyakan. Setelah suaminya tidak terlihat, Kinara segera melepaskan baju. Mengambil sebuah handuk mandi lalu bergegas menuju ke bath-up. Sementara itu, diam-diam Rico mengambil baju kotor milik Kinara. Menyuruh Mbok Nah untuk membuangnya ke sampah.
Wanita paruh baya itu merasa bingung, tetapi ia hanya diam karena takut juga melihat tatapan mata Rico yang menyeramkan.
"Kamu sudah selesai?"
Kinara terkejut. Ia pikir suaminya tidak di kamar, tetapi lelaki itu ternyata sedang duduk santai di atas ranjang.
"Su-sudah."
"Kamu harus ingat satu hal, aku tidak ingin melihat kamu dekat dengan lelaki lain. Pria mana pun dan siapa dia sekalipun. Apalagi sampai berpelukan seperti tadi. Kamu harus ingat, kalau kamu itu adalah seorang istri!"
Ah, sekarang Kinara tahu. Ternyata Rico melihatnya tadi sedang berpelukan dengan Danu. Tapi yang membuat gadis itu merasa heran adalah, kenapa Rico bisa semarah itu? Bukankah lelaki itu pernah berkata bahwa mereka tidak akan saling mengurusi urusan satu sama lain.
"Ma-maaf, saya tidak akan mengulanginya lagi."
"Sekarang lebih baik kamu tidur."
Kinara menurut. Ia segera menuju ke sofa dan merebahkan tubuh di sana, sedangkan Rico yang melihatnya langsung berjalan mendekat. Membuat Kinara dengan segera duduk. Ia cemas Rico akan berbuat hal yang tidak-tidak kepadanya.
"Kenapa kamu justru tidur di sofa?"
"Lalu saya tidur di mana? Tidak mungkin saya tidur satu ranjang dengan Anda."
"Kenapa? Padahal aku suami kamu. Apakah kamu lebih suka tidur dengan kekasihmu tadi?" sarkas Rico. Nada bicaranya masih penuh dengan emosi.
"Saya tidak punya kekasih. Danu hanyalah sahabat saya. Lagi pula, saya takut jika mengotori ranjang mewah Anda."
"Bodoh!" cela Rico. "Kamu benar-benar bodoh, pantas saja orang tuamu menjualmu."
Kinara merem*s ujung kaos yang dikenakan. Rasanya sungguh sangat menyakitkan mendengar ucapan Rico. Bahkan, Kinara hampir saja menangis, tetapi ia tahan sekuat tenaga. Jika menangis sekarang, sudah pasti Rico akan semakin marah padanya.
Tanpa berbicara, Kinara pun bangkit dan merebahkan tubuh di ranjang milik suaminya. Ia merasa pasrah, kalaupun nanti Rico memperlakukan dirinya dengan kasar maka ia tidak akan melakukan perlawanan apa pun. Bukankah ia ibarat barang yang sudah dibeli, dan pembeli bebas melakukan apa pun.
Namun, sampai Kinara tertidur lelap, Rico hanya duduk di samping gadis itu tanpa berbicara. Setelah mendengar dengkuran halus dari istrinya, Rico segera menghubungi Pak Yanto dan meminta lelaki itu untuk datang ke ruang kerja miliknya.
***
Walaupun takut, Pak Yanto menceritakan semuanya. Ini sudah menjadi tanggung jawabnya. Rico sudah memasrahkan Kinara seharian ini padanya. Soal bertemu Danu, Pak Yanto sungguh tidak menyangka hal itu akan terjadi.
"Saya benar-benar minta maaf, Tuan. Lain kali saya tidak akan mengulangi keteledoran saya lagi." Pak Yanto berbicara setengah menunduk.
"Kali ini aku memaafkanmu. Tapi kalau sampai lain kali terjadi lagi maka tidak akan ada lagi kata maaf!"
"Iya, Tuan. Saya harap Tuan tidak menyakiti Nyonya Ara. Beliau adalah gadis yang baik. Bahkan, Nyonya Ara membeli oleh-oleh dan mengatakan bahwa itu adalah bingkisan dari Tuan untuk orang tua Nyonya."
"Apa?! Jadi dia melakukan hal itu? Apa dia mau menghinaku!" Rico mengepalkan tangan sambil memukul meja untuk meluapkan kekesalan.
"Sabar, Tuan. Sepertinya Nyonya Ara tidak ada niatan untuk menghina Anda."
"Jangankan membeli oleh-oleh, untuk membeli rumah dan usaha Om Soni saja aku sangat bisa," ujar Rico angkuh.
"Lalu apakah Tuan sudah memberi nafkah materi kepada Nyonya Ara?"
Rico langsung diam. Benar saja. Setelah menikah dengan Kinara, ia belum sepeser pun memberi nafkah materi kepada wanita itu. Ia bahkan hampir melupakannya. Namun, kenapa Kinara justru diam saja. Tidak meminta apalagi menuntut. Berbeda dengan Papa Soni maupun Mama Yayuk yang selalu meminta uang untuk biaya kuliah Kinanti.
"Tuan, walaupun Anda belum mencintai Nyonya Ara. Pernikahan kalian hanyalah sebatas perjanjian antara Anda dan orang tua Nyonya Ara, tetapi Anda tetap memiliki kewajiban untuk menafkahi Nyonya." Pak Yanto memberi nasehat.
Rico hanya mengiyakan lalu menyuruh Pak Yanto untuk beristirahat. Setelah kepergian lelaki paruh baya itu, Rico terus saja gelisah dan merasa bersalah. Ia merasa menjadi lelaki paling bodoh di dunia ini.
Hahaha. Apakah itu berlebihan?
Setelah berdiam diri cukup lama, Rico segera kembali ke kamar. Ia melihat Kinara yang masih terlelap dalam tidurnya. Bahkan, kali ini posisi gadis itu sudah membentang luas hingga tidak menyisakan tempat untuk Rico. Bukannya marah, Rico justru terkekeh melihatnya. Tidak menyangka jika saat tidur, Kinara akan menjadi seusil itu. Jika tadi di sofa, sudah pasti gadis itu akan jatuh ke lantai.
Rico pun mencari tempat yang kosong dengan menggeser perlahan kaki Kinara dan ia langsung tidur di samping gadis itu. Tanpa sadar, Rico memeluknya erat. Merasakan debaran jantung yang sangat kencang saat tubuh mereka serapat itu.
Aku bahagia. Setidaknya Tuhan masih memberi kesempatan untukku, bertemu denganmu lagi.
Rico semakin merapatkan pelukannya. Namun, saat hendak meraih telapak tangan Kinara, tubuhnya serasa memanas saat melihat ada tulisan nomor ponsel di sana. Padahal Kinara sudah mandi, tetapi tulisan itu tidak hilang. Bukankah itu berarti Kinara sengaja tidak menghapusnya?
Dengan geram, Rico bangkit dan mengambil tisu basah. Lalu menghapus tulisan itu tanpa menyisakan noda sedikitpun.
"Ternyata kamu masih ingin berhubungan dengannya. Jangan harap kamu dan dia akan bertemu lagi."
Rico mengepalkan tangan. Merasa kesal dan marah. Tidak ingin kesulitan mengendalikan diri, Rico memilih keluar dari kamar dan tidur di kamar yang lain.
jangan² nanti minta anak kakaknya diurus oleh ara kalau iya otw bakar rumahnya
kinara masih bisa sabar dan berbaik hati jangan kalian ngelunjak dan memanfaatkan kebaikan kinara jika gk bertaubat takut nya bom waktu kinara meledak dan itu akan hancurkan kalian berkeping" 😏😂