Pengganti Adik Ku

Saat tubuhnya sudah di guyur air Lea merasa perubahan rasa di badannya tidak enak, Namun karna Lea tidak nyaman apabila tidak mandi pagi ia meneruskan aktivitasnya.

"Ya ampun, badan ku sakit semua. " Keluh Lea saat dirinya sudah selesai. Ia tak menghiraukan rasa sakitnya.

Lea menggoyahkan lembut lengan Arta, Arta yang masih enggan membuka matanya hanya mengubah posisi tidurnya saja. "Ayo makan dulu, buburnya keburu dingin lagi. Setelah itu terserah mau ke dokter atau mau minum obat saja. "

"Sudahlah, urusi saja urusan mu ! Saya bukan anak kecil. " Pungkas Arta.

Lea mengambil semangkuk bubur itu, " Sekarang Mas itu sudah menjadi urusan ku. Sekeras apapun Mas menghentikan ku sekeras itu pun aku akan tetap melakukannya. Ayo cepat ! "

"Kamu hanya takut akan orangtua saya saja. " Timpal Arta.

"Ya, anggap saja seperti itu. Aku tidak akan melarang Mas untuk berpikir apapun tentang aku. " Jawab Lea sambil mengaduk tipis bubur itu.

Lea yang tidak enak memanggil Arta dengan sebutan Anda, kini Lea membiasakan diri untuk memanggil Mas saja.

Arta pun membiarkan Lea menyuapinya, tapi itu hanya satu suap saja. Arta langsung mengambil semangkuk bubur yang ada di dekat Lea.

"Rasa buburnya aneh, " Gumam Arta.

Aneh bukan berarti tidak enak, Arta yang biasa memesan makanan di luar baru merasakan makanan rumahan seperti yang di buat Lea.

Di hari itu Arta lebih memilih untuk diam di dalam kamar, ia tidak mau di periksa Dokter. Obat yang tersedia di rumah saja yang di minum.

"Jangan buat saya berhutang Budi padamu, lakukan lah kegiatanmu. Biarkan aku sendiri. " Arta terus menunjukkan ketidaknyamanan nya saat Lea terus berada di dekatnya.

Lea yang dari tadi duduk di samping Arta menjadi tidak enak hati, " Baiklah. "

"Berbincang dengannya lebih asyik di banding harus terus diam di kamar ini. " Ungkap Arta membuat langkah Lea terhenti. Lea membalikan badan, dan melihat Arta terbangun dari tidurnya.

"Siapa ? " Tanya Lea.

Arta tak menjawab.

"Aku keluar kamar ini karna Mas yang menyuruh, aku menjauh dari Mas karna Mas yang menyuruhku. Jadi jika Mas melihat ku lebih bahagia di luar sana, itu karna Mas yang menyuruhku mencari kebahagiaan di luar sana. " Jelas Lea.

"Aku tidak menghiraukan semua sifat keras Mas padaku, karna kembali kesepakatan awal. Pernikahan ini hanyalah sebatas perjanjian. Bukan kah begitu ? " Tanya Lea. Entah kenapa Lea merasakan sakit saat mengatakannya.

Arta pun merasakan sakit saat mendengarnya, Pernikahan yang sudah mereka jalani selama ini memang membuat mereka sudah terbiasa bersama. Namun mereka belum mau mengakuinya, terlebih pada Arta yang selalu menunjukkan sifat keras kepala pada Lea.

Arta tidak mau menjawab ucapan Lea, Arta lebih memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi seraya menghindari Lea.

Lea keluar dari kamar, menuju taman rumah yang ada di rumah itu. " Ayolah Lea, kenapa kamu jadi cengeng. Bukan kan kamu menginginkan pernikahan ini segera selesai ? " batin Lea menggurui dirinya sendiri.

Dalam keheningan Lea terdiam, Sampai-sampai ia tidak sadar jika ada seseorang datang dengan dua gelas teh hangat.

"Bagaimana Arta ? " Tanya Atala.

Lea melirik sendu ke arah Atala, " Emm ... Sudah lumayan baik. "

Atala menganggukkan kepalanya. " Syukurlah, lagian aku menghajarnya tidak begitu parah ko. "

Lea tersenyum kecut.

Lagi-lagi Atala berhasil menjalin pembicaraan yang asyik dengan Lea, Lea yang tadinya merasa sedih kini sedikit terhibur dengan pengalaman Atala selama Study di luar negri.

Arta semakin muak melihat kedekatan mereka.