Setelah bereinkarnasi ke dunia lain, Klein memutuskan untuk merubah hidupnya. Sebagai seorang yang bekerja keras dalam belajar dan akhirnya menjadi pekerja kerah putih yang terus-terusan bekerja lembur sampai kematiannya, di kehidupan ini dia memutuskan-
Tidak akan bekerja dan hidup dengan santai!
Untungnya, Klein bereinkarnasi sebagai pangeran pertama dengan keluarga yang menyayanginya. Belum lagi, dia juga menunjukkan bakat sihir yang sangat luar biasa, langka di antara umat manusia.
Latar belakang hebat dan bakat super, bukankah itu cocok sebagai pahlawan atau semacamnya?
Bahkan jika itu benar, Klein tidak peduli. Dalam hatinya, hanya ada satu tekad yang selalu dia jaga.
‘Di kehidupan ini-‘
‘Aku hanya ingin bermalas-malasan!’
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kei L Wanderer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membentuk Tim
Sekitar satu jam mencari, Klein dan rekan-rekannya akhirnya bertemu dengan orang yang Rachel maksud. Akan tetapi, orang itu tampaknya cukup populer.
Di jalan depan Akademi Dawn Star, seorang lelaki dengan wajah biasa-biasa saja duduk di kursi pinggir jalan sambil menatap kosong.
Di sekitarnya, tampak beberapa orang berbicara dengannya. Kebanyakan mereka memakai seragam murid inti dan memiliki penampilan cukup mengesankan.
Sementara orang itu sendiri tampak biasa saja, dengan kulit berwarna gandum, dan rambut cokelat gelap dipotong pendek. Jika hanya dilihat wajahnya, dia jelas tidak akan mencolok di kerumunan.
Meski demikian, pemuda itu memang sangat menonjol. Bukan karena wajah atau temperamennya, tetapi karena memiliki tinggi hampir dua meter dan tubuh penuh otot, jelas terlatih dengan baik.
Selain tubuhnya, apa yang membuatnya mencolok adalah seragam murid inti yang dia kenakan.
“Namanya Vlad, murid inti dari kelas Warrior 1-A,” ucap Rachel yang berdiri di samping Klein.
“Tanpa nama belakang?” Klein mengangkat alisnya.
“Vlad terlahir di pedesaan, tanpa keluarga. Dia dianggap memiliki bakat untuk menjadi Warrior berkualitas dan diterima di akademi. Apakah kamu merasa statusnya tidak cocok untuk menjadi rekan satu tim mu?” Rachel melirik ke arah pemuda itu.
“Aku tidak terlalu memedulikan hal itu. Hanya terkejut karena melihat pemuda berbakat seperti itu.” Senyum muncul di wajah malas Klein. “Itu membuatku tertarik merekrutnya.”
“Penyihir ini tidak keberatan,” ucap Arianna dengan tangan terlipat.
Luna hanya tersenyum. Semua orang tahu kalau dia akan mematuhi dan mengikuti keputusan Klein, jadi tidak ada yang menanyakannya.
“Kalau begitu kita juga ikut membujuknya?” tanya Rachel.
Gadis itu merasa sedikit cemas karena tampaknya ada dua atau tiga tim yang mencoba mengajak Vlad bergabung. Jika tidak terburu-buru, mungkin mereka akan terlambat.
“Tidak perlu.” Klein menggeleng ringan. “Jika orang itu bergabung dengan tim lain, maka itu berarti kita tidak ditakdirkan satu tim dengannya.”
“Setidaknya berusahalah sebisanya!” Rachel mendengus dingin.
Klein melirik ke arah pedang di sisi kiri pinggang gadis itu kemudian mengambil langkah ke samping secara strategis. Setelah itu, dia berjalan ke depan.
Ketika Rachel dan Arianna berpikir Klein akan mencoba membujuk Vlad seperti orang-orang lainnya, pemuda itu malah pergi ke seberang jalan untuk membeli jajanan di warung pinggir jalan.
Melihat pedagang warung di depannya, Klein langsung memesan puluhan tusuk sate dan sosis bakar.
‘Meski masakan dalam istana memang nikmat, tetapi sesekali aku merindukan jajanan seperti ini.’
Melihat si penjual mulai memanggang di atas bara api, Klein bersenandung dengan ekspresi puas.
Di kejauhan, Rachel yang melihat pemandangan itu langsung mengutuk, “Bocah itu malah teralihkan karena hal-hal tidak penting!”
“Sudah, sudah. Mungkin Master akan melakukan sesuatu yang tidak anda duga, Nona Rachel,” ucap Luna sambil tersenyum lembut.
Mendengar kalimat ‘sesuatu yang tidak terduga’ dari mulut Luna, sudut bibir Rachel langsung berkedut. Lagipula, kata-kata itu memang cocok dengan Klein yang berkepribadian berbeda dari bangsawan normal.
Setelah beberapa saat, Klein menerima satu bungkus besar berisi banyak sate dan sosis bakar. Dia tanpa malu-malu langsung mengambil salah satu lalu memakannya.
“Ya, beginilah seharusnya,” ucapnya puas.
Kios ini ramai pengunjung, berarti rasanya memang lumayan. Mungkin tidak sebaik koki kerajaan atau restoran kelas atas, tetapi memang memiliki ciri khas khusus jajanan jalanan.
Sambil membawa sebungkus makanan di tangan kiri dan membawa satu tusuk sate di tangan kanan, Klein berjalan mendekati Vlad serta beberapa orang yang mengelilinginya. Pemuda itu sekali lagi mengambil sosis bakar lalu memakannya.
Melihat kedatangan Klein, Vlad dan beberapa orang di sekitarnya tampak bingung.
Saat itu juga, pemuda itu tiba-tiba menyerahkan sebungkus sate dan sosis bakar kepada Vlad yang tampak kebingungan.
“Aku melihat kamu terus memandangi kios itu sedari tadi. Makan saja jika kamu menginginkannya,” ucap Klein.
Vlad yang tampak bingung mengambil sebungkus jajanan yang diserahkan oleh Klein, lalu mendongak untuk melihat pemuda yang tampak malas sedang menggigit sosis.
“Terima kasih?” Vlad memiringkan kepalanya.
“Tidak perlu berterima kasih. Omong-omong, aku tidak tahu apa yang mereka janjikan, tapi aku ingin menawarkan sesuatu padamu. Bagaimana kalau mengikuti ku? Aku tidak bisa menjanjikan kemuliaan, kekuasaan, atau semacamnya. Namun aku bisa memastikan kamu kenyang dan tidak pernah kelaparan,” ucap Klein malas. Nada bicaranya benar-benar tidak terdengar seperti bujukan tulus.
Vlad menatap wajah Klein. Tidak, lebih tepatnya ke mata pemuda itu.
Sesaat kemudian, di depan mata tidak percaya orang-orang, Vlad mengangguk dengan ekspresi bodoh.
“Baik,” ucapnya singkat.
Melihat pemandangan itu, Rachel menatap ke arah Klein dengan ekspresi tidak percaya. Bahkan Arianna yang suka berpura-pura menghentikan gerakannya dan tercengang di tempatnya.
‘Disuap oleh sebungkus makanan? Begitu murah?’
Itulah yang mereka pikirkan saat itu juga.
Beberapa bangsawan yang merasa disela ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya diam karena takut dengan latar belakang Klein.
Saat semua orang berpikir semua telah berpikir, seorang pemuda tampan berambut pirang yang tadi ikut membujuk Vlad berkata, “Bukankah anda kurang sopan, Pangeran Klein? Kami jelas-jelas berbicara dengan Vlad terlebih dahulu.”
“Kamu?” Klein memiringkan kepalanya.
“Nama saya Shane Oakshrine dari kelas Mage 1-B,” ucap Shane dengan ekspresi serius.
“Dia adalah satu dari mahasiswa berprestasi. Dikatakan memiliki bakat dan kekuatan baik, setara dengan para anak bangsawan yang menonjol.” Rachel berjalan mendekat, disusul Luna dan Arianna.
Shane mengangguk ke arah Klein dan rekan-rekannya, lalu menoleh ke arah Vlad.
“Kamu seharusnya mendengarnya, Vlad. Aku sama dengan mu dan lebih mengerti posisi mu. Daripada menjadi pengikut, bergabunglah dengan tim ku. Kita bisa menunjukkan kalau orang-orang biasa tidak kalah dengan para bangsawan,” ucapnya serius.
“Terima kasih atas undangan mu, tapi tidak perlu. Aku akan mengikuti orang ini,” ucap Vlad tulus.
Mendengar itu, Shane menggertakkan gigi. Ekspresinya tampak agak muram.
“Kalau begitu aku harap kamu tidak tertipu. Semoga beruntung,” ucap Shane.
Setelah mengatakan itu, dia mengangguk ringan lalu berbalik pergi. Sesaat kemudian, beberapa bangsawan yang awalnya membujuk Vlad juga pergi.
Klein melihat kepergian mereka lalu menoleh ke arah Vlad.
“Aku tidak takut aku menipu mu, Vlad?” tanya pemuda itu.
“Aku sudah puas bisa makan lengkap dan tidak kelaparan. Kakek kepala desa berkata agar aku lebih pandai bersyukur dan tidak mudah dibujuk dengan kata-kata manis orang lain,” ucap Vlad.
“Selain itu, aku merasa kalau aku bisa memercayai kamu Bos,” tambah Vlad sambil menggaruk belakang kepalanya dengan ekspresi ragu.
Melihat ke arah Vlad yang tampak tinggi dan kuat tetapi juga sedikit bodoh, Rachel benar-benar tercengang. Dia sama sekali tidak menyangka kalau sebungkus sate bisa digunakan untuk merekrut bibit berbakat seperti itu.
Jika Rachel dan Arianna bingung, Luna mengerti alasan kenapa Vlad menerima ajakan Klein. Itu karena tatapan Klein.
Bukan karena mata pemuda itu menghipnotis atau semacamnya, tetapi seperti yang dikatakan banyak orang-
Mata adalah jendela jiwa.
Ketika menatap tepat ke mata Klein, Vlad jelas bisa merasakan ketulusan dan hal itulah yang membuatnya tergerak untuk menyetujui undangannya.
Mungkin sederhana, tetapi begitulah adanya.
Melihat beberapa orang kebingungan, Klein hanya mengangkat bahu lalu tersenyum.
“Kalau begitu selamat bergabung ke dalam tim, Vlad.”
“Senang melihatmu mau bergabung dengan kami.”
>> Bersambung.
wkwkwk setiap cerita dibikin alur smpe setengah doang abis itu gk di lnjut
dah gw duga juga sih tpi tetep aja agak kecewa
yg pengen gw blng yg terbaik aja buat lu thor
Tapi kalau emang buat ada side income kayaknya karya ini ga sepopuler yg kemaren jadi mungkin kalo emang ga cuan kami ga masalah ga dilanjut
Walau tetep harapannya bisa membaca kisah ini sampai bener bener tamat