Dendam petaka Letnan Hanggar beberapa tahun lalu masih melekat kuat di hatinya hingga begitu mendarah daging. Usahanya masuk ke dalam sebuah keluarga yang di yakini sebagai pembunuh keluarganya sudah membawa hasil. Membuat gadis lugu dalam satu-satunya putri seorang Panglima agar bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal yang sulit. Setelah mereka bersama, siksaan demi siksaan terus di lakukan namun ia tidak menyadari akan perasaannya sendiri.
Rahasia pun terbongkar oleh kakak tertua hingga 'perpisahan' terjadi dan persahabatan mereka pecah. Tak hanya itu, disisi lain, Letnan Arpuraka pun terseret masuk dalam kehidupan mereka. kisah pelik dan melekat erat dalam kehidupannya. Dimana dirinya harus tabah kehilangan tambatan hati hingga kembali hidup dalam dunia baru.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya???
Penuh KONFLIK. Harap SKIP bagi yang tidak biasa dengan konflik tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Hukuman yang setimpal.
Bang Hanggar sudah sadar namun tidak bersedia mendapatkan perawatan khusus. Ia lebih memilih menunggu Arlian di luar ruangan karena ketiga Abang memblokir dirinya agar tidak bertemu dengan Arlian.
Bang Hanggar pun sampai sempat terlupa jika ada masalah lain selain masalah Arlian. Kehamilan Dhiva menambah kesakitan batinnya saat ini.
Tak lama berselang, Bang Raka keluar dari ruang rawat Dhiva. Ia segera menemui Bang Hanggar dan mengambil duduk di sampingnya.
"Aku mohon jangan menyalahkan Dhiva. Kehamilannya jelas adalah kesalahanku." Kata Bang Raka. "Aku meminta ijinmu untuk menikahi Dhiva."
"Kau yakin aku akan merestuimu??" Jawab Bang Hanggar.
"Perasaan kita saat ini sama. Sama-sama mencemaskan wanita yang kita cintai, juga mencemaskan bayi kecil yang sudah hadir di dalam rahim mereka. Perut Lian dan Dhiva akan semakin besar. Kurasa batin kita akan semakin tersiksa jika sampai kembali melihat tangis mereka." Ucap Bang Raka. "Jadi.. bagaimana, Bang?"
Sejenak Bang Hanggar menata perasaannya. Ingin rasanya berteriak sekencang-kencangnya meluapkan rasa sakit di hatinya.
Setelah merasa hatinya cukup kuat, ia menatap lekat kedua bola mata sahabatnya.
"Sayangi dan cintai Dhiva sepenuh hatimu. Jangan pernah kamu memperlakukan Dhiva seperti aku memperlakukan Arlian..!! Dhiva gadis kecilku, yang kubesarkan tanpa bantuan dari siapapun. Kelak.. jika kau menyakitinya, aku akan menguliti dan menghentikan nafasmu saat itu juga..!!" Pesan penuh ancaman dari Bang Hanggar kemudian menunduk menghalau air mata yang nyaris menetes.
"Akan kulakukan sesuai pesanmu. Akan kucintai Dhiva seperti kamu mencintai istrimu." Kata Bang Raka.
Mendengarnya, Bang Hanggar menoleh kaget. Bang Raka pun menepuk bahu sahabatnya.
"Tingkat kecemburuanmu itu sudah menunjukan bagaimana dalamnya perasaanmu untuk Arlian. Kamu benar-benar kesetanan sampai hampir menebas leherku dengan badik." Jawab Bang Raka.
"Kau juga niat membunuhku dengan parangmu itu, kan???" Sambar Bang Hanggar.
"Sudahlah, kau dan aku sama saja. Gobl*k mendadak kalau urusannya sudah 'perempuan'. Yang jelas mana ada laki-laki yang ikhlas ceweknya di ubek orang."
Bang Hanggar tersenyum tipis kemudian balik mengarahkan pandangan pada sahabatnya.
"Ada satu syarat kalau kamu mau menikahi Dhiva."
"Apa syaratnya??" Tanya Bang Raka.
"Kau ikut tunda pangkat bersamaku..!!" Pinta Bang Hanggar dengan seringainya. "Yang kau lakukan juga pelanggaran disiplin."
"Siap.. saya akan mempertanggung jawabkan segala perbuatan yang saya lakukan dan akan menjalani hukumannya..!!" Jawab Bang Raka.
Tiba-tiba suara teriakan keras dari kamar Arlian mengagetkan Bang Hanggar dan Bang Raka.
"Liaaaann..!!!" Secepatnya Bang Hanggar menerobos masuk ke dalam kamar rawat meskipun ketiga Abang Arlian menunggu disana.
"Lian nggak mau anak ini. Gugurkan anak ini..!!!!!! Lian nggak mau Bang Hanggar marah..!!" Arlian terus berteriak ketakutan.
Bang Axcel sampai tak tau harus berbuat apa karena terbawa kepanikan.
Tak ada permintaan ijin pada Bang Axcel dan pada Abang yang lain, Bang Hanggar pun memeluk Arlian dengan sayang.
"Nggak.. jangan..!! Sakiiit..!!! Ampuuuunn..!!! Lian nurut..!! " Arlian semakin menjerit histeris.
"Lian lihat mata Abang..!!" Bang Hanggar mengarahkan Arlian agar bisa menatap kedua bola matanya. "Abang salah, Abang memang salah. Jangan di apa-apain bayi kecil ini ya, sayaang. Ini anak Abang."
Arlian gemetar di dalam pelukan Bang Hanggar, tatapan matanya kosong. "Lian, tidak pernah tidur dengan laki-laki lain." Gumamnya pelan.
"Iya.. iya sayang..!! Abang percaya, Abang nggak akan teriak lagi, nggak akan marah lagi dan akan mengubah segala kelakuan buruk Abang untuk kamu dan anak kita..!!" Janji Bang Hanggar.
Keadaan Arlian sungguh buruk. Seakan ada trauma yang di alami, nafasnya sesak, tidak ada suara lagi yang keluar dari mulut Arlian.
"Bicara sesuatu dek..!!" Batin Bang Hanggar tersayat nyeri melihat keadaan Arlian.
Dulu Bang Hanggar begitu menginginkan Arlian menjadi alat balas dendamnya. Tapi kini setelah semua tercapai, pikiran dan mental Arlian hancur.. hatinya tak kuat melihat apa yang terjadi pada istri kecilnya.
"Bunuh Abang saja dek..!! Abang memang pantas mati..!!" Begitu erat Bang Hanggar memeluk Arlian, sesalnya pun ikut menekan mentalnya habis-habisan. "Liaaaann.. Abang minta maaf..!!!"
Melihat kejadian ini, Bang Axcel bereaksi hendak menghantamnya namun Bang Raka melarang.
"Hanggar memang membuat kesalahan yang fatal, tapi kejadian ini sudah memberi pelajaran berharga untuknya." Kata Bang Raka.
Bang Axcel menepis tangan sahabatnya lalu meninggalkan ruangan bersama kedua Abang.
:
Beberapa orang anggota polisi militer menghampiri Letnan Hanggar usai suami Arlian itu keluar dari ruang rawat sang istri.
"Selamat malam. Kami mendapat perintah untuk membawa Letnan Hanggar Bayuaji atas pelaporan Letnan Axcel Maros dalam tindakan KDRT atas diri Ibu Arlian Nafila Shada juga perintah untuk membawa Letnan Arpuraka Ragaupas atas tindakan pelanggaran disiplin atas pelaporan dari Letnan Hanggar Bayuaji."
Bang Hanggar dan Bang Raka saling lirik. Kemudian mereka mengikuti langkah anggota polisi militer yang menjemput mereka.
***
Arlian mulai membuka matanya. Kini dirinya sadar sepenuhnya akan keadaannya. Ia melihat keadaan sekeliling sama sekali tidak ada sosok Bang Hanggar di sampingnya.
"Apa Bang Hanggar sama sekali tidak kesini?" Tanyanya dengan nada sedih.
Ketiga Abang saling lirik, bukankah semalam ada Letnan Hanggar yang menenangkan adiknya itu.
"Kamu tidak ingat??" Kening Bang Axcel memastikan keadaan sang adik.
"Nggak, Lian nggak ingat apapun." Jawab Arlian.
Seringai kilas senyum tipis Bang Axcel menghias wajahnya.
"Datang, tapi hanya untuk mentalakmu. Dia tidak pernah mencintaimu." Kata Bang Axcel.
Kedua Abang sempat bingung tapi tidak ada yang berani bersuara. Tapi mengingat lebam karena KDRT yang di lakukan Bang Hanggar, mereka pun setuju dengan Abang tertua mereka.
"Apakah Bang Gar juga tidak mengakui anak ini?" Tanya Arlian.
"Iya.. dia tidak mengakuinya. Jika dia mencintaimu dan menyayangi anak ini, pasti dia ada disini bersama mu..!!" Kata Bang Axcel.
Arlian terdiam dalam tangisnya. Ingin rasanya tidak percaya tapi kenyataannya Bang Hanggar memang tidak ada disana bersamanya.
//
buugghh..
"Aaaarrgghhhhh.." Bang Hanggar menggelinjang di lantai. Agaknya balasan dunia benar-benar ia terima. Dirinya mengaku salah dan dosa sudah menyiksa fisik dan mental Arlian.
Bang Hanggar tau ada pelanggaran dari tindakan oknum polisi militer untuknya tapi ia memilih tidak melawan. Ia membiarkan sakit itu menghantam tubuhnya asalkan bayinya sehat di dalam tubuh ibunya juga sang istri segera sehat jiwa dan raganya.
.
.
.
.
mbak nara yg penting d tunggu karya terbarunya
buku baru kpn mbak.. 🙏 penasaran sm mbak Fanya dn Bang Juan.