Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.
"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.
Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pool Side
Kanaya duduk di dekat kolam renang menunggu Galan. Siang itu dia datang ke hotel tempat kerja Galan. Semalam Galan memang sempat mengabarkan Kanaya kalau dia sudah berada di rumah. Tapi waktu Kanaya balas, Galan tidak membalas lagi dan Kanaya mikir kalau Galan pasti langsung tidur mengingat dia yang sudah lelah seharian kemarin. Entah dia sudah ketiduran atau memang masih marah. Tapi Kanaya berusaha mengerti sikap yang diberikan Galan kemarin.
Dan tadi pagi waktu ingin berangkat kuliah, Galan juga tidak menjemput Kanaya. Dia malah memesankan Kanaya taksi online. Sudah pasti dia masih kecewa banget sama Kanaya meski Galan tidak menghilangkan perhatiannya begitu saja.
Kanaya jadi semakin kepikiran tentang Galan. Makanya setelah sampai di kampus dan mengikuti jam mata kuliah pertama, dia langsung pergi ke hotel tempat kerja Galan tanpa memberitahu Galan. Tadi kata salah satu staff Galan yang sempat bertemu dengan Kanaya bilang kalau Galan sedang meeting di lantai lima. Makanya Kanaya menunggu Galan di area kolam renang sekalian menikmati cuaca yang mulai mendung di siang itu.
"See you next time, Mr. Galan. Have a good day."
Kanaya menoleh ke arah lobby mendengar seseorang yang menyebut nama Galan dengan cukup lantang. Dia memperhatikan dari tempat duduk kalau Galan tengah bersalaman dengan salah satu klien yang seperti orang Jepang. Orang Jepang itu tersenyum ramah sambil menjabat tangan Galan dengan penuh hangat. Galan mengantarkan orang Jepang itu ke depan pintu lobby sampai dia masuk ke dalam mobil.
Galan mengenakan baju formal dia dengan setelan jas hitam yang membuat dia benar-benar tampan sekali. Ah, Galan memang selalu tampan. Dia mampu membuat banyak mata yang terpesona karena kehadiran dia dengan gayanya yang santai dan gagah. Apalagi aroma tubuh dia yang selalu wangi membuat hembusan yang masuk ke dalam hidung mencari siapa sumbernya.
Galan tersenyum membalas sapaan beberapa staff yang menyapa dia. Dia adalah atasan yang hangat kepada bawahannya tapi dia juga mempunyai ketegasan yang membuat para staff dia takut dan juga tunduk. Sorot mata Galan menangkap sosok perempuan yang duduk manis di dekat kolam renang. Rambut panjangnya yang selalu di curly bagian ujungnya sedikit tersibak karena hembusan angin yang menyasar ke dirinya. Bola mata berwarna hitam bercampur cokelat yang mendominasi mewakili keturunan papanya yang berdarah Bali dan Hongaria. Kulit putih dia yang sangat mulus mewakili mamanya yang berdarah Sunda dan Bali.
Galan menghampiri Kanaya yang begitu sangat cantik sekali hari itu. Bahkan rasanya Galan selalu memuji Kanaya dalam hati dia kalau Kanaya memang selalu terlihat cantik. Sikap dia yang ramah, sopan, mudah berbaur, penuh perhatian dan penyayang binatang terutama kucing sangat membuat dia begitu memiliki banyak kelebihan.
"Haiiii." Kanaya tersenyum melihat Galan yang sudah berada di dekat dia.
"Kamu nggak kuliah?" tanya Galan yang duduk di hadapan Kanaya.
"Kuliah tapi jam pertama aja. Terus aku pengen ketemu kamu jadi aku cabut mata kuliah selanjutnya."
"Kamu pengen ketemu aku karena mau mastiin aku kerja beneran apa nggak? Siapa tau aku di mall. Siapa tau aku nggak meeting. Dan siapa tau aku sama perempuan lain." tebak Galan yakin.
Nada Galan yang menyindir sikap Kanaya kemarin membuat Kanaya langsung terdiam. Padahal dia datang kesini karena dia murni ingin bertemu dengan Galan aja. Pengen ajak dia buat makan siang bareng hari ini seperti biasanya. Tapi rasanya Galan masih marah banget sama sikap Kanaya yang belum melepaskan kecurigaan dia dari kemarin. Apalagi Galan sudah meyakinkan Kanaya tapi dia tetap tidak bisa percaya sama Galan sepenuhnya.
Kanaya masih diam melihat Galan yang benar-benar marah sama dirinya. Dia pikir Galan bisa senang melihat Kanaya yang datang ke hotel tempat kerja dia.
"Aku cuma mau kasih ini buat kamu makan siang." Kanaya meletakkan tupperware tiga tingkat di atas meja. Dia menyodorkan ke hadapan Galan tanpa berniat membalas ucapan Galan tadi. Kanaya memilih untuk tidak membalas dari pada membuat keadaan yang akan semakin panjang.
Galan menganggukkan kepala dia melihat pemberian makanan dari Kanaya. Dari aroma makanannya dia sudah yakin kalau Kanaya pasti yang membuatnya. Sementara Kanaya masih melihat reaksi Galan yang belum sepenuhnya menginginkan kehadiran dia di dekat dirinya. Galan benar-benar pertama kali bisa sampai marah seperti ini. Kanaya jadi merasa kehilangan Galan yang seperti biasanya.
"Yaudah kalo gitu aku balik ya, Gal. Maaf kalo aku udah ganggu waktu kerja kamu hari ini. Kamu jangan lupa abisin ya makanannya." Kanaya beranjak dari duduknya dan bergegas pergi. Tapi sebelum itu dia sempat meraih tangan Galan dan menggenggamnya sebentar.
"Kanaya."
Panggilan Galan menghentikan langkah Kanaya yang ingin berjalan keluar dari area kolam renang. Kanaya membalikkan badan dia dan melihat ke arah Galan yang sudah beranjak dari duduknya. Dia menatap lekat perempuan yang sangat dia sayangi selama dua tahun ini. Perempuan yang sebentar lagi akan dia jadikan sebagai seorang istri.
"Kamu nggak mau nemenin aku makan siang?"
Pertanyaan Galan membuat Kanaya menyunggingkan senyuman manisnya.
***
Galan sudah menghabiskan makan siangnya. Dia makan nasi putih dengan chicken teriyaki dan juga dendeng balado buatan dari Kanaya yang super banget enak. Sampai makanan yang Kanaya bawa benar-benar dihabiskan semuanya langsung. Padahal Kanaya bawa buat makan Galan untuk dua sampai tiga kali porsi hihihi.
Kanaya senang melihat Galan yang benar-benar menghabiskan makanannya. Tadi dia juga makan dan disuapin sama Galan beberapa kali. Tapi Galan juga menyuruh staffnya untuk membelikan Kanaya makanan bebek madura dan tempe mendoan dekat hotel dia. Ada jualan bebek madura di pinggir jalan yang biasa Kanaya sama Galan suka makan. Makanan kesukaan Kanaya karena katanya enak banget. Galan juga membawakan Kanaya beberapa cemilan untuk dia makan.
Kanaya sama Galan berada di salah satu kamar hotel tempat kerjanya Galan. Berhubung jabatan Galan sudah tinggi jadi dia memang mendapatkan fasilitas satu kamar suite yang sangat mewah untuk tempat dia istirahat atau menginap. Di kamar itu banyak barang-barang Galan yang dia letakkan disana. Kadang Galan memang suka menginap dari pada dia harus balik ke rumah. Kalau dia menginap lebih memudahkan dia yang pas jam kerjanya bisa langsung turun ke bawah lebih awal.
Kanaya sempat beberapa kali ke kamar Galan yang ada di hotel. Dulu hampir setiap hari Kanaya ada disitu setelah pulang kuliah karena Galan yang menyuruh dia menunggu di kamar sebelum Galan mengantarkan Kanaya pulang. Kamar yang diberikan sama Galan memang sangat mewah. Satu kamar utama yang luas, ruang tv, minibar, dapur dan ada teras yang menghadap jalanan ibukota Jakarta.
Galan berjalan keluar dari kamar mandi menghampiri Kanaya yang beberes meja makan. Tangannya merangkul pinggang Kanaya dan mengecup leher dia dengan penuh kelembutan. Kanaya tertawa kecil dan membalikkan badannya ke arah Galan. Ditatapnya dengan penuh lekat sosok yang sudah mengisi hidup dia selama dua tahun. Tidak pernah merasakan sedikit pun kalau dia menyesal memiliki Galan. Bahkan yang Kanaya rasakan dia selalu bersyukur karena betapa beruntungnya dia bisa dipertemukan dengan seorang Galan Farrabi Altezza.
"Kamu turun gih balik kerja. Udah mauselesai kan jam makan siangnya." tangan Kanaya merangkul leher Galan yang berada dekat di hadapannya.
"Masih lima belas menit." bisik Galan di telinga Kanaya. Nadanya yang jahil bikin Kanaya tahu apa maksud Galan. Tangan Galan langsung mengangkat pinggang Kanaya dan mendudukkan dia meja makan.
"Eh, eh... di meja makan?" Kanaya menahan bahu Galan yang sudah tidak sabar ingin memangsa dirinya. Raut muka Kanaya yang menjadi polos dengan setengah terkejut bikin Galan jadi tertawa.
Galan tidak menjawab pertanyaan Kanaya yang terkesan tidak menyangka kalau Galan ingin bermesraan dengan dia di atas meja makan. Tanpa basa basi lagi Galan langsung membungkam bibir Kanaya dan menautkan lidah dia di dalam mulut Kanaya.
...***...
Kanaya keluar dari kamar mandi dengan tersenyum. Dia melihat Galan yang sedang merapikan pakaiannya. Kanaya menghampiri Kanaya dan mengecup pipinya.
"Aku pulang ya sayang." Kanaya ikut merapikan kemeja Galan. Mengancingkan kemeja Galan dan membenarkan dasinya. Tampan sekali dia.
Galan tersenyum melihat Kanaya yang berada di hadapannya. Sibuk merapikan pakaian dia dan memastikan dasi yang Galan kenakan sudah rapi. Kanaya mengambil jas hitam milik Galan yang menggantung di kursi meja makan. Dia memberikan pada Galan agar dia memakainya mengingat Galan yang akan turun ke bawah dan menyelesaikan jam kerja shift dia sampai sore.
"Nggak usah pulang. Kamu disini aja." perintah Galan yang sudah mengenakan jas hitamnya. Dia melirik jam tangannya. Jam tangan pemberian Kanaya yang selalu dia pakai. Sudah pukul satu siang dan dia selesai shift sekitar jam empat sore. Jadi nggak masalah kalau Kanaya menunggu di kamar hotel selama tiga jam.
"Tapi kamu kan..."
"Tunggu disini aku bilang! Kamu mau pulang sama siapa sih? Kamu juga tadi kesini sama siapa?!" potong Galan menghentikan ucapan Kanaya yang ingin menolaknya. Lupa juga tadi dia bertanya kalau Kanaya datang ke hotel sama siapa. Nggak lupa juga sebenarnya karena dia juga ingin bertanya sama Kanaya. Cuma karena masih sedikit kecewa aja jadi dia belum melontarkan pertanyaannya.
"Aku nggak pulang sama siapa-siapa. Kan kamu juga mau kerja lagian shifting kamu belom selesai. Aku juga tadi kesini sendiri kok naik taksi." Kanaya berusaha menjelaskan apa adanya. Lagian mau diantar siapa juga. Selama ini cuma Galan yang mengantar dia kemana-mana setiap hari.
"Yaudah tunggu aku disini. Aku juga cuma tiga jam lagi selesai. Kamu kan disini bisa istirahat dan kalo kamu mau makan bilang aja nanti aku suruh anterin ke kamar. Pokoknya kamu pulang sama aku. Titik!" Galan memerintahkan dengan sedikit tegas. Sama sekali tidak mau Kanaya bisa pulang tanpa dirinya.
"Oke." Kanaya langsung menuruti perintah Galan yang tidak mau dibantah lagi.
"Yaudah kamu tunggu disini ya. Nanti kita video call."
"Ihhh ngapain video call kan kamu juga dibawah."
"Kamu mau video call ama siapa emang?" tanya Galan yang langsung curiga. Biasanya Kanaya tidak pernah menolak dirinya. Pikiran dia jadi kembali melayang-layang karena sosok Dafandra yang menghubungi Kanaya lagi.
"Nggak sama siapa-siapa ihhhh! Yaudah, yaudah kamu buruan kebawah entar telat nggak enak loh." Kanaya mendorong-dorong Galan agar segera keluar dari kamarnya. Nggak enak juga nanti sama staff-staff dia yang melihat Galan belum turun-turun apalagi ada Kanaya di tempat kerja dia.
Galan hanya menghela nafas karena Kanaya yang sudah mengusir dia sampai keluar pintu. Sebelum menutup pintu dia sempat memperlihatkan ekspresi Kanaya yang memelototi dirinya untuk segera turun. Padahal masih ingin berlama-lama dengan Kanaya, perempuan yang sangat dia sayangi selama ini. Kanya tersenyum geli melihat Galan yang sok-sokan pasrah harus berpisah dengan dirinya. Dasar Galan, calon imamku!
***