Started on Agustus 2024
Tinggal di kota membuatnya memiliki hubungan yang bebas dengan sang kekasih hingga akhirnya menghadirkan sesuatu dalam dirinya. Lantas bagaimana jika sang kekasih menolak untuk bertanggung jawab dan memintanya untuk menggugurkan kandungannya.
"Gugurkan kandungan itu dan kamu akan tetap menjadi pacarku." ucap Gavin Biantara Ryszard
"Tidak! Aku tak akan pernah menggugurkannya, cukup ia hadir karena kesalahan." lirih Arista Xaviera Exelyn
Entah Arista harus bersyukur atau justru sedih karena kesalahannya tersebut menghadirkan anugrah indah di dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon matchaneedz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8. Bukan Salahku
Tak terasa, dua bulan berlalu sejak Arista dipindah tugaskan ke divisi marketing menjadi sekretaris manager. Dia tidak banyak bicara dan hanya melakukan tugasnya dengan baik. Tetapi ntah mengapa selalu ada saja yang kurang tepat menurut atasannya itu. Seperti saat ini.
"Arista! Apa apan ini! Kenapa laporan seperti ini yang kamu berikan pada saya HAH!"
Arista tersentak ketika sebuah map mendarat tepat di depan wajahnya. Dia hanya bisa menunduk sembari menahan air mata yang sebentar lagi lolos dari kedua mata cokelatnya itu. Sudah sejak beberapa menit yang lalu dia mendapat amukan dari Chelsea karena laporan yang dia berikan sangat berantakan. Padahal tadi malam dia lembur untuk mengerjakan laporan itu dan sudah dipastikan isinya benar. Tapi kenapa yang sampai ditangan atasannya justru berbeda?
"Bu, ini bukan laporan saya. Saya ing-"
Brak
Chelsea menggebrak meja dan menatap tajam gadis itu, "Sudah lah tidak perlu mengelak. Kamu memang tidak becus, ntah apa yang membuat perusahaan ini menerimamu."
"Laporan yang kamu buat ini ngga ada yang bener, kamu tuh bisanya apa sih?! Apa jangan jangan selama ini kamu bertahan dengan membuka paha di hadapan pada pimpinan ya?!" Tuduh Chelsea dengan gerakan menunjuk ke arah Arista. Wanita itu menatap tajam dan seolah melihat sesuatu yang rendah dimatanya.
"Jaga bicara ibu ya. Saya memang salah, tapi itu bukan laporan yang saya buat. Lagi pula ini semua ngga ada urusannya dengan ucapan ibu tadi." Kali ini Arista mulai mendongak dan balas menatap tajam wanita itu. Tangannya terkepal berusaha untuk menahan emosi yang memuncak di kepalanya.
"Salah saya bicara gitu?! Kerjaan kamu ngga ada yang bener, tapi kamu bisa bertahan selama 2 tahun disini itu karena apa?!" Bentak Chelsea lagi.
Sejujurnya Arista sudah tidak kuat bekerja dalam tekanan seperti ini. Jika dia dimarahi karena kesalahannya maka dia akan menerima dengan lapang. Tapi ini, dia bahkan tidak mengerti kenapa laporan yang dia buat bisa berubah dalam semalam. Dia ingat sekali, semalam dia mengerjakan laporan itu sampai pukul 10 dan dia baru sampai apartemen Gavin tepat dipukul 10.30. Dia bahkan menyimpan rapi laporan itu di laci meja kerjanya tapi jadi kenapa isinya berbeda.
Ingin rasanya dia resign dari perusahaan ini tapi kontraknya masih satu bulan lagi. Kalau tidak mengingat pinalti yang tinggi maka dia tidak segan untuk mengundurkan diri sejak awal dipindahkan ke sini. Dia akan mencoba bertahan sampai saat itu, jika masih tetap sama dia akan memilih resign dan mencari pekerjaan lain.
"Terserah Ibu mau mengatai saya seperti apa yang jelas tuduhan Bu Chelsea kepada saya ini sangat tidak berdasar." Tegas Arista, tatapan matanya tajam menghunus bola mata Chelsea. Membuat wanita itu mengalihkan pandangannya karena merasa sedikit takut dengan pandangan Arista.
"Ya memang terserah saya. Menurut saya kamu begitu dan saya tahu pasti apa yang saya ucapkan ini benar! Sekarang kamu ambil map itu dan perbaiki laporan mu dengan baik, kalau masih berantakan seperti itu saya tidak akan segan memberikan mu sp." Perintah Chelsea dengan nada yang meninggi. Tangan wanita itu menunjuk ke arah pintu ruangan.
"Baik Bu. Saya akan perbaiki segera."
Tanpa banyak berkata lagi, Arista segera mengambil map yang tadi dilempar oleh Chelsea ke mukanya tadi. Dia bergegas keluar dari ruangan itu, tetapi belum sepenuhnya keluar dia kembali menoleh ke arah atasannya itu. "Bu Chelsea, saran saya Anda jangan terlalu banyak menghina orang karena Anda tidak akan pernah tau setajam apa doa orang tersebut ketika meminta pada Tuhannya."
Ceklek.
Arista segera menutup pintu ruangan Chelsea tanpa menunggu balasan wanita itu. Dia mulai membuka file laporannya dan benar saja isi file yang berada di komputer itu berbeda dengan laporan yang ada ditangannya. Tanpa membuang waktu lagi, gadis itu segera mencetak laporan tersebut.
Ting!
Gavin❤: Apa kau tidak bisa sekali saja bekerja dengan baik? Tolong jangan buat masalah, sebentar lagi tujuanku tercapai dan kita bisa segera menikah.
Tangan Arista terkepal, selalu saja seperti ini. Jika ada masalah dengan pekerjaannya ntah kenapa kekasihnya itu bisa langsung tahu dan langsung menegurnya seperti ini. Dia tidak pernah bertanya apa yang sebenarnya terjadi dari sudut pandangnya. Pria itu lebih memilih untuk percaya apa yang di katakan oleh sahabat masa kecilnya itu.
Sebenarnya Arista ingin marah karena Gavin selalu menyalahkannya dan menganggap dia tidak bisa bekerja dengan baik. Tetapi melihat kalimat terakhir yang pria itu kirimkan, Arista memilih untuk menahan amarahnya.
'Ya, maafkan aku.'
Arista hanya mengetikan 3 kata itu dan segera menekan tombol kirim. Tak sampai satu menit, pesan itu langsung dibaca oleh Gavin dan terlihat pria itu tengah mengetik sesuatu.
Gavin❤: Kau harus minta maaf pada Chelsea. Karena mu pekerjaannya jadi berantakan! Selanjutnya jangan buat masalah lagi.
Anjing. Arista (Suara hati Arista)
Selesai membereskan laporan yang baru saja dia cetak, gadis itu segera memberikannya kembali pada Chelsea. Wanita itu terlihat terkejut dengan isi laporan yang diberikan oleh Arista.
"Cepat juga kau." Sinis Chelsea.
Kali ini Arista hanya diam, percuma saja jika dia membalas atau membuat pembelaan. Mau dia jelaskan sampai muntah darah pun wanita itu tidak akan percaya kalau laporan yang dia buat semalam memang di tukar. Buktinya file yang berada di komputer kantor sesuai dengan apa yang dia kerjakan semalam.
"Kalau begitu saya permisi dulu Bu."
Chelsea mengangguk, membiarkan gadis itu keluar.
...----------------...
Saat ini Arista tengah berjalan menuju halte, dia akan pulang ke rumah malam ini. Sudah hampir dua bulan terakhir dia selalu menginap di apartemen Gavin. Dia hanya akan pulang sebentar di hari minggu untuk melihat kondisi bibinya dan menceritakan masalah yang membebani pikirannya. Menyewa sebuah apartemen adalah alasan yang Arista berikan pada bibinya, dia masih belum berani untuk jujur mengenai kehidupan bebasnya bersama sang kekasih. Dia tidak ingin membuat Bi Rena kecewa.
"Bi..." Panggil Arista, dilihatnya sekeliling rumah yang sepi. Dia tidak melihat tanda-tanda keberadaan bibinya di sekeliling rumah tetapi dia melihat ada sandal Bi Rena di depan teras. Jadi dapat di pastikan wanita itu pasti berada di rumah.
"Bi..." Panggil Arista lagi setelah memasuki area rumah. Dapat dia liat Bi Rena tengah berbaring di ruang TV sembari menonton serial India.
"Eh.. nduk kamu pulang!"
Bi Rena segera bangkit dari posisinya dan berniat untuk menghampiri keponakannya itu, tetapi niatnya berhenti ketika melihat gestur ponakannya. "Tunggu disitu saja Bi."
"Nduk... Bibi kangen sekali loh sama kamu, terakhir kamu kesini kurusan banget loh. Kok sekarang makin berisi yaa." Ditepuknya pipi gadis itu beberapa kali.
Sejak bekerja dibawah Chelsea, dia memang kehilangan berat badannya karena sering kali mendapat masalah di tempat kerjanya. Tetapi akhir-akhir ini porsinya meningkat dan dia juga merasa berat berat badannya meningkat drastis.
"Nduk, kamu gendutan gini bikin Bibi jadi inget ibumu pas hamil kamu loh."
...----------------...
To be Continued.
Terima kasih sudah membaca guyss, jangan lupa tinggalin jejak berupa like dan komentar yaa✨ Biar aku makin semangat updatenya hahahha🌹🤩
See u tomorrow guysss🌹