NovelToon NovelToon
Not The Main Actress

Not The Main Actress

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putu Diah Anggreni

Riana, seorang pecinta drama, terkejut saat terbangun di tubuh Zahra, karakter utama dalam drama favoritnya yang terbunuh oleh suami dan selingkuhannya. Dengan pengetahuan tentang alur cerita, Riana bertekad mengubah nasib tragis Zahra.

Namun, Hal yang dia tidak ketahui bahwa setelah dia terlempar ke Tubuh Zahra alur cerita yang dramatis berubah menjadi menegangkan. Ini lebih dari perselingkuhan, Ini adalah petualangan besar untuk menyelamatkan dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putu Diah Anggreni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Kegelapan perlahan memudar, digantikan oleh cahaya putih yang menyilaukan. Riana mengerjapkan mata, berusaha memfokuskan pandangannya. Dia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan serba putih tanpa jendela atau pintu yang terlihat. Di sampingnya, Reyhan mulai sadar, tampak sama bingungnya.

"Di mana kita?" tanya Riana, suaranya sedikit serak.

Reyhan menggeleng, matanya menyapu sekeliling ruangan. "Entahlah. Tapi kurasa ini ada hubungannya dengan parfum vanila Adrian."

Seolah dipanggil oleh namanya, Adrian Wong muncul dari sudut ruangan yang tadinya kosong. Dia masih mengenakan setelan rapinya, tapi kini ada sesuatu yang berbeda dari auranya. Dia tampak lebih... tidak manusiawi.

"Selamat datang di Ruang Antara," Adrian berkata dengan senyum dingin. "Tempat di mana realitas dan fiksi bertemu."

Riana bangkit berdiri, diikuti oleh Reyhan. "Apa maksud semua ini, Adrian? Siapa kau sebenarnya?"

Adrian tertawa kecil. "Ah, Riana. Atau haruskah kupanggil Zahra? Kau selalu penuh pertanyaan. Baiklah, kurasa kalian berdua pantas mendapatkan penjelasan."

Dia menjentikkan jarinya, dan tiba-tiba tiga kursi muncul entah dari mana. "Duduklah. Ini akan jadi cerita yang panjang."

Dengan ragu, Riana dan Reyhan duduk. Adrian mengambil tempat di hadapan mereka.

"Aku, seperti kalian, berasal dari 'dunia nyata'," Adrian memulai. "Tapi berbeda dengan kalian, aku tidak 'terjebak' di sini. Aku memilih untuk datang."

"Bagaimana caranya?" tanya Reyhan.

Adrian tersenyum misterius. "Ah, itu berkat penemuan brilian Edward Vanderwall. Kalian sudah mendengar tentang dia, bukan?"

Riana mengangguk. "Kayla menceritakan tentang catatannya."

"Kayla, ya," Adrian mengangguk. "Dia cukup cerdas. Tapi sayangnya, dia hanya melihat sebagian kecil dari gambaran besarnya."

Adrian bangkit dan mulai berjalan mondar-mandir. "Edward Vanderwall tidak hanya menemukan cara untuk membuka portal antar dimensi. Dia menemukan cara untuk menciptakan dan memanipulasi realitas itu sendiri."

Riana dan Reyhan saling berpandangan, tidak yakin harus percaya atau tidak.

"Bayangkan," lanjut Adrian, "kekuatan untuk menciptakan dunia sesuai keinginanmu. Untuk menjadi Tuhan dalam duniamu sendiri. Itulah yang Edward temukan, dan itulah yang aku sempurnakan."

"Jadi... dunia drama yang kami masuki...?" Riana mulai mengerti.

"Tepat sekali," Adrian mengangguk. "Itu adalah dunia yang kuciptakan. Sebuah eksperimen, jika boleh kubilang. Untuk melihat bagaimana manusia akan bereaksi ketika dihadapkan pada situasi yang hanya ada dalam fiksi."

"Tapi kenapa?" tanya Reyhan, nada frustrasi dalam suaranya. "Apa tujuanmu melakukan semua ini?"

Adrian berhenti mondar-mandir dan menatap mereka dengan intensitas yang mengerikan. "Kekuasaan, tentu saja. Dengan menguasai teknologi ini, aku bisa mengendalikan realitas itu sendiri. Bayangkan implikasinya dalam skala global."

Riana merasa mual membayangkannya. "Kau gila," bisiknya.

"Gila?" Adrian tertawa. "Mungkin. Tapi aku juga jenius. Dan sebentar lagi, aku akan menjadi Tuhan."

Tiba-tiba, ruangan itu bergetar. Dinding-dinding putihnya mulai retak, menampakkan kilasan-kilasan realitas lain di baliknya.

"Ah," Adrian menghela napas. "Sepertinya waktu kita hampir habis. Ruang Antara ini tidak stabil tanpa suplai vanila yang konstan."

"Apa yang akan terjadi pada kami?" tanya Riana, ketakutan mulai merayapi dirinya.

Adrian mengangkat bahu. "Entahlah. Mungkin kalian akan kembali ke dunia drama. Mungkin ke dunia nyata. Atau mungkin... kalian akan terjebak di Ruang Antara selamanya. Bukankah itu menarik?"

Sebelum Riana atau Reyhan bisa bereaksi, sebuah retakan besar muncul di lantai, memisahkan mereka dari Adrian. Cahaya putih menyilaukan mulai memancar dari retakan itu.

"Riana!" Reyhan berteriak, mengulurkan tangannya. Riana meraihnya, berpegangan erat saat ruangan itu mulai runtuh di sekeliling mereka.

"Sampai jumpa di realitas berikutnya," suara Adrian terdengar sayup-sayup sebelum semuanya tenggelam dalam cahaya putih.

Riana merasakan tubuhnya seperti ditarik ke segala arah. Dia bisa merasakan genggaman Reyhan terlepas, dan dia berteriak dalam diam saat jatuh ke dalam kekosongan...

...dan tiba-tiba, dia terbangun dengan terengah-engah.

Riana mengerjapkan mata, memandang sekeliling dengan bingung. Dia berada di kamarnya sendiri, di apartemennya di dunia nyata. Televisi masih menyala, menayangkan episode terakhir drama yang ditontonnya.

"Apa... apa itu semua hanya mimpi?" gumamnya pada diri sendiri.

Namun, saat dia bangkit dari sofa, matanya menangkap sesuatu yang membuatnya membeku. Di meja kopi, ada sebotol parfum vanila yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Dan di sampingnya, sebuah catatan:

"Permainan belum berakhir. - A"

Jantung Riana berdegup kencang. Ini bukan mimpi. Semua itu nyata, dan entah bagaimana, dia telah kembali ke dunianya. Tapi untuk berapa lama? Dan apa yang terjadi pada Reyhan? Pada Kayla?

Dengan tangan gemetar, Riana meraih ponselnya. Dia harus menghubungi seseorang, siapa saja yang mungkin bisa membantunya memahami situasi ini. Tapi siapa yang akan percaya ceritanya?

Saat dia hendak menelepon, ponselnya berbunyi. Nomor tidak dikenal.

Dengan ragu, Riana mengangkatnya. "Halo?"

"Riana?" suara di seberang telepon membuatnya tersentak. Itu suara Reyhan. "Syukurlah kau juga kembali. Kita harus bicara. Ini belum berakhir."

Riana mengangguk, meski tahu Reyhan tidak bisa melihatnya. "Aku tahu. Adrian... dia masih di luar sana."

"Dan dia memiliki kekuatan untuk mengubah realitas," Reyhan menambahkan. "Kita harus menghentikannya."

Saat Riana menutup telepon, dia merasakan tekad baru menguatkan dirinya. Mungkin dia telah kembali ke dunianya, tapi pertarungannya belum berakhir. Kini, dia harus berjuang tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk melindungi realitas itu sendiri.

Dengan mantap, Riana mengambil botol parfum vanila itu. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi dia tahu satu hal, dia siap menghadapinya.

"Baiklah, Adrian," bisiknya. "Mari kita lihat siapa yang akan menang dalam permainan realitasmu ini."

1
martina melati
atoma vanila y bukan aroma bunga melati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!