Season 2 Pengganti Mommy
Pernikahan Vijendra dan Sirta sudah berusia lima tahun lamanya, namun mereka belum dikaruniai momongan. Bukan karena salah satunya ada yang mandul, itu semua karena Sirta belum siap untuk hamil. Sirta ingin bebas dari anak, karena tidak mau tubuhnya rusak ketika ia hamil dan melahirkan.
Vi bertemu Ardini saat kekalutan melanda rumah tangganya. Ardini OB di kantor Vi. Kejadian panas itu bermula saat Vi meminum kopi yang Ardini buatkan hingga akhirnya Vi merenggut kesucian Ardini, dan Ardini hamil anak Vi.
Vi bertanggung jawab dengan menikahi Ardini, namun saat kandungan Ardini besar, Ardini pergi karena sebab tertentu. Lima tahun lamanya, mereka berpisah, dan akhirnya mereka dipertemukan kembali.
“Di mana anakku!”
“Tuan, maaf jangan mengganggu pekerjaanku!”
Akankah Vi bisa bertemu dengan anaknya? Dan, apakah Sirta yang menyebabkan Ardini menghilang tanpa pamit selama itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8
Bidan itu memeriksa Ardini, dan tahu kondisi Ardini, lalu meminta Yanuar dengan orang tuanya tetap di kamar Ardini, juga Nenek Sarni, karena Bidan Sekar akan memberitahukan kondisi Ardini.
“Maaf kalau saya lancang akan bertanya seperti ini, apa Mas Yanuar dan Mbak Dini sudah melakukan hal diluar batas?” tanya Bidan Sekar.
“Maksud Bu Bidan?” tanya Yanuar dan orang tua Yanuar.
“Mbak Dini hamil, sepertinya usia kandungannya sudah masuk minggu ketiga,” jelas Bidan Sekar.
“Apa, hamil!” pekik Yanuar bersama dengan ibunya.
“Ardini, kau hamil dengan siapa? Aku sama sekali tidak pernah menyentuhmu, Dini!” tanya Yanuar dengan penuh kecewa.
“Maaf,” ucap Ardini menunduk.
“Siapa yang melakukannya, Ardini!”
“Lebih baik kalian pulang, bawa semuanya, dan kita batal saja menikah,” ucap Ardini pasrah.
“Ya, memang kita harus batalkan pernikahan ini, aku tidak sudi menikahi perempuan kotor seperti mu! Jalang!” umpat Yanuar di depan Ardini, dan terdengar oleh tamu yang ada di luar kamar Ardini yang memang sedang menguping pembicaraan mereka.
“Saya juga tidak sudi memiliki menantu yang seperti kamu! Dasar Jalang!” sembur Ibunya Yanuar.
Semua yang di luar kamar tahu dengan keadaan itu. Ketua RT pun menengahi, namun tidak disangka Ketua RT itu malah mengusir keluarga Ardini, karena tidak mau kampungnya tercemar gara-gara ada warganya hamil di luar nikah, dan tidak tahu siapa yang menghamilinya.
Ardini bersama adik dan neneknya segera berkemas, Ardini memohon maaf dengan nenek dan adiknya, karena sudah membuat semuanya runyam seperti ini. Tidak tahu akan pergi ke mana Ardini malam ini bersama nenek dan adiknya.
“Maafkan Mbak Dini, As,” ucap Ardini.
“Siapa yang menghamili mbak?” tanya Asri tulus.
“Nanti mbak akan ceritakan semua. Kita harus segera meninggalkan rumah ini, jangan sampai amukan tetangga makin menjadi,” ucap Ardini.
“Nek maafkan Dini, Dini belum bisa cerita sekarang,” ucap Ardini.
“Kita pulang ke kampung kita, Nduk. Kita pulang ke Jawa. Rumah Nenek masih ada, belum nenek jual, kita akan tinggal di sana. Asri, kamu mau sekolah di kampung? Nenek masih ada tabungan, yang mungkin bisa untuk sekolah kamu sampai SMA,” ucap Nenek Sarni.
“Yang penting kita keluar dari sini dulu, Nek. Masalah itu kita pikir nanti. Mbak Dini tidak boleh banyak pikiran juga. Ayo kita keluar dari sini,” ucap Asri.
Mereka keluar dengan disambut cemoohan warga. Mereka digayang keluar dari kampungnya dengan bermacam cemoohan dan lemparan botol air mineral juga batu kerikil.
“Kita gak usah pulang ke kampung, Nek. Ardini masih ada uang buat cari kontrakan, Di kampung nanti Ardini kerja apa? Di sini kan Ardini bisa kerja apa pun gampang, Nek?” ucap Ardini.
“Iya, Nek. Asri kan bulan depan mau ujian nasional, biar Asri ujian sampai lulus dulu,” ucap Asri.
“Ya sudah kita cari kontrakan saja,” putus Nenek Sarni.
Mereka menyewa mobil untuk mencari kontrakan. Beruntung sopir taksi online yang Ardini tumpangi itu, tahu kontrakan yang cukup jauh dari kampung tempat tadi Ardini tinggal. Ardini diantarkan sopir itu, dan juga dikenalkan dengan pemilik kontrakan.
Kontrakan yang cukup bersih dan tidak terlalu sempit itu sudah Ardini tempati. Ardini segera mengurus rumah peningalan ibu dan bapaknya itu, yang ada di kampung itu untuk dijual.
“Katakan siapa yang menghamilimu, Din,” tanya Nenek Sarni.
Ardini akhirnya menceritakan semuanya. Nenek Sarni paham kenapa Ardini menolak pria yang menghamilinya itu untuk bertanggung jawab. Tidak mungkin Ardini menikah dengan pria beristri.
“Maafkan Dini, Nek,” ucap Ardini.
“Sudah jangan pikirkan, nenek maafkan kamu. Nenek akan bilang pada tetangga kontrakan kalau kamu baru saja ditinggal mati suamimu, dan kamu sedang mengandung. Sudah kamu fokus pada kehamilanmu, kita hidup apa adanya dulu. Nenek akan jualan kue lagi untuk menyambung hidup kita, kamu tidak usah bekerja lagi di sana!” ucap Nenek Sarni.
Dini mengangguk, menuruti apa yang neneknya katakan. Sedangkan Asri, dia menatap Dini dengan penuh rasa iba, harusnya malam ini adalah malam bahagia Dini karena sudah dilamar oleh kekasihnya yang sangat dicintainya. Asri masuk ke dalam kamar Ardini, lalu langsung memeluk sang kakak dari belakang dan menangis dengan memeluk Ardini.
“Mbak yang kuat, ya? Kita lalui sama-sama. Mbak harus sehat, anak mbak harus sehat juga. Mbak jangan memikirkan biaya sekolah Asri, nanti juga ada rezeki, Mbak,” ucap Asri.
“Maafkan mbak, As. Mbak sudah membuat malu kamu dan nenek,” ucap Ardini.
“Jangan meminta maaf, Mbak. Mbak gak salah, semua sudah digariskan oleh Tuhan. Mbak lebih baik istirahat, ya? Besok gak usah kerja,” ucap Asri.
Ardini mengangguk, beruntung dia memiliki keluarga yang mensupportnya dalam keadaan begini. Ardini memutuskan untuk tidak lagi bekerja di kantor Vi, dan dia akan bebas dari Vi mulai saat ini.
**
Sudah satu minggu Vi tidak pernah melihat Ardini masuk kantor, dan ternyata Ardini sudah resign dari kantornya, padahal dia sudah ada niatan ingin menikahi Ardini, entah hamil atau tidak Vi akan tetap menikahi Ardini untuk ia jadikan istri kedua.
Vi langsung ke rumah Ardini, dia melihat Ardini yang sedang di depan rumahnya. Ardini pulang ke kampung itu lagi, karena akan menemui calon pembeli rumahnya, sebelumnya ia sudah izin pada RT setempat untuk mengurus rumah itu yang akan dia jual. Setelah deal dengan pembeli rumahnya, Adin menyerahkan kunci rumah itu, dan Adin menerima uang pembayaran rumah itu. Ia segera memasukkan amplop berwaran cokelat ke dalam tasnya. Adin berniat hasil penjualan rumah itu, akan ia belikan rumah lagi untuk tinggal dengan nenek dan adiknya.
Adini pamit dari rumah itu pada pemilik rumah baru, namun saat dia baru saja dia sampai jalan depan rumah, Ardini melihat sosok pria yang dikenalinya.
“Adin!” panggil Vi.
“Tuan, kenapa di sini?” tanya Ardini.
“Kenapa kau resign? Katakan padaku, apa kau hamil?” tanya Vi.
“Tidak! Saya akan pulang kampung, saya akan jual rumah ini!” jawab Ardini.
“Katakan padaku, apa kau hamil?”
“Hei perempuan jalang! Gak tahu malu kamu masih di sini!” teriak warga, yang tak lain tetangga Ardini.
“Sudah ketemu belum ayah dari jabang bayi di perut kamu?! Paling anak rame-rame!” ucapnya.
“Jadi kamu hamil, Adin?” tanya Vi.
“Tolong jangan menambah beban hidup saya, Tuan!”
Vi tidak peduli dengan ucapan Ardini, dia membawa Ardini masuk ke dalam mobilnya, lalu melesatkan mobilnya entah mau ke mana.
“Tuan ini mau ke mana?”
“Aku akan menikahimu!”
“Enggak bisa, Tuan! Aku tidak akan menikah dengan laki-laki beristri!”
“Kau hamil anakku, katakan berapa minggu usianya!”
“Empat minggu, Tuan,” jawab Ardini.
“Di mana kamu tinggal sekarang?”
Ardini terpaksa memberitahukan di mana dirinya tinggal dengan nenek dan adiknya. Vi menghubungi Alex, dan meminta Alex menyiapkan berkas untuk menikah. Alex mendengarnya terkejut, namun Alex sudah tahu ini akan terjadi, Alex yakin benih Vi tumbuh subur di rahim sang OB itu.
Vi sampai di kontrakan Ardini. Dia disambut oleh nenek Sarni dan Asri yang baru pulang sekolah. Vi mengutarakan maksud kedatangannya.
“Tuan benar mau bertanggung jawab?” tanya Sarni.
“Saya sudah melakukan kesalahan fatal, Nek. Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya, dan saya akan nikahi Ardini,” jawab Vi.
“Baiklah, kalau memang Tuan berniat baik, nenek setuju, dan segeralah menikah, sebelum kandungan Ardini membesar,” ucap Nenek Sarni.
Alex datang dengan pengacara, dia sudah mempersiapkan semuanya, dan lusa mereka akan menikah. Vi tidak peduli nanti Sirta bagaimana, selama ini pun masih sama, bahkan Sirta makin menjadi perbuatannya.