NovelToon NovelToon
Dia Yang Mencintaiku

Dia Yang Mencintaiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Percintaan Konglomerat / Teen Angst / Teen School/College / Bullying di Tempat Kerja
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lovely 12345

Cerita cinta tentang anak SMA yang terjadi karena tindakan bullying terhadap Hani si siswi gendut tapi manis dan cantik.
Nindy yang merasa mudah memanfaatkan situasi untuk mengambil keuntungan dari Hani. Sengaja meminta ganti rugi kepada Hani atas kerusakan HP yang tidak Hani lakukan.
sejak saat itu Hani menjadi target pembullyan, beruntunglah Hani ada seorang kakak kelas Yang mau menolongnya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lovely 12345, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 Bangunlah Putri Tidur

Alam bawah sadar Hani

"Kenapa aku tidak bisa menggerakkan tubuhku?", Batin Hani.

Hani saat ini terjebak di alam bawah sadarnya, dia mendengar semua yang ayah dan bunda bicarakan. Dia berusaha untuk menggerakkan tubuhnya dan membuka matanya namun semuanya nihil.

“Bunda, Hani mohon jangan menangis lagi. Ayah, hani tidak menyalahkan ayah. Maafkan Hani yang salah perhitungan. Hani pikir, Hani bisa menyelesaikan masalah Hani sendiri”, batin Hani. Hani entah mengapa matanya terasa sangat berat. Beberapa lama Hani mendengar pembicaraan ayah dan bunda, makin tak kuasa dia mendengar ucapan bunda yang sedang menyemangati ayahnya. Akhirnya air mata Hani menetes, namun sayang hal ini tidak terlihat oleh kedua orang tuanya.

...

Setelah mendapat kekuatan baru dari istrinya dan menyadari bahwa dirinya harus bisa kuat dan lebih tegar, istrinya benar ayah Danu harus bisa menjadi sandaran bagi anak dan istrinya, agar musibah ini bisa dilalui bersama.

“Sayang.. mas pergi dulu yah. Hari ini kebetulan jadwalnya rapat tahunan dengan direksi perusahaan. Mas mohon kamu juga harus perhatikan kesehatan mu. Sebaiknya nanti kamu tidur dulu, dari semalam mas lihat kamu sudah duduk disamping Hani tanpa tidur. Ingat sayang Hani butuh kita, tolong mas... kamu harus bisa menjaga kesehatanmu… yah”, ucap ayah Danu setengah memohon, karena wajah bunda Jasmine saat ini sudah terlihat sangat pucat.

“iya mas nanti setelah jadwal kunjungan dokter selesai memeriksa Hani, bunda akan pergi beristirahat”, jawab bunda Jasmine.

“Baiklah mas akan berangkat sekarang, ingat sayang wajahmu sudah terlihat pucat jangan terlalu memaksakan dirimu… yah… setelah selesai rapat mas akan segera kembali ke sini”, pinta ayah Danu kepada istrinya.

“Iya mas..”, ucap bunda Jasmine.

Ayah Danu pun segera berangkat menuju kantornya, sementara Bunda kembali ke posisi awalnya yakni duduk sambil memegangi tangan Hani yang masih setia memejamkan matanya. Bunda lagi dan lagi terus mengajak bicara Hani tanpa henti.

“Hani bunda mohon… Hani harus kuat bukalah matamu nak… apa kamu tidak merasa rindu dengan bunda…”, ucap bunda terus menerus tanpa lelah dia berusaha membangunkan Hani.

Di sisi lain, di alam bawah sadar Hani. “Bunda kata ayah bunda pucat kenapa bunda tidak istirahat?”, di dalam batinnya Hani sudah merasa sangat khawatir dengan kesehatan bundanya. Namun sekuat apa pun Hani mencoba membuka kedua matanya atau menggerakkan anggota tubuhnya yang lain hasilnya masih nihil.

Selang berapa lama rombongan dokter jaga pun tiba, dokter kembali melakukan serangkaian tugasnya dan melihat respons tubuh Hani.

“Dokter bagaimana kondisi Hani..”, Tanya bunda setelah dokter selesai memeriksa.

“Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara untuk kondisi fisik Hani saat ini sudah semakin membaik, namun cedera di tulang kering dan lututnya masih butuh penanganan. Karena sudah di gips dan penanganan awal dari dokter orthopedi, khusus untuk kondisi kaki nona Hani harus melihat perkembangan selanjutnya tolong pihak keluarga bisa lebih bersabar”, ucap sang dokter. Kata kata dokter memberi sedikit ketenangan bagi bunda.

“Dokter tapi Hani sampai saat ini belum sadarkan diri?”, Tanya bunda khawatir.

“Ibu tidak perlu khawatir kondisi ini hanya sementara, bahkan saat ini saya yakin nona Hani bisa mendengarkan pembicaraan kita. Mungkin kalau sampai besok belum ada perkembangan saya akan jadwalkan terapis untuk menstimulus bagian otak nona Hani yang tertidur. Tapi untuk saat ini mari kita usahakan dulu dengan cara yang alami”, jawab dokter senior itu. Jawaban yang kembali membuat hati bunda tenang.

Sebelum kembali melakukan visit jaga di ruangan lain dokter senior itu sempat memberi semangat kepada Hani.

“Hani… nak cepat buka matamu.. lawan semua beban yang ada di hatimu… nak kalau kamu tidak bangun juga kasihan ibumu nak.. wajahnya sudah terlihat pucat dan kelelahan.. dia sangat mengkhawatirkanmu… ayo Hani segera bangun kami menunggu kamu disini”, ucap dokter senior kepada Hani. Bunda merasa terharu dengan ucapan sang dokter, di dalam hatinya bunda merasa ada oase, ada harapan, yang bunda genggam.

“Dokter terima kasih atas kata katanya saya harap Hani bisa mendengar semangat yang dokter berikan”, ucap Bunda penuh rasa syukur.

“Tidak masalah bu.. ibu juga harus jaga kesehatan wajah ibu terlihat sangat lelah. Kalau nanti ibu ingin istirahat ibu bisa minta suster jaga untuk menggantikan”, ucap dokter.

Setelahnya sang dokter beserta rombongan visitnya kembali melanjutkan pemeriksaan ke ruangan lain. Sementara disisi lain, dalam batinnya Hani menangis sekuat tenaga dia berusaha menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku dan matanya yang terasa berat. “Aku harus bisa bangkit, benar kata pak dokter aku harus kuat untuk bunda. Kasihan bunda pasti dia lelah menemaniku”, ucap batin Hani. Sementara itu setelah kunjungan dokter visit keluar, bunda kembali setia dengan posisi duduknya disamping tempat tidur rumah Sakit Hani. Meski ayah dan dokter sudah memberi peringatan kepada bunda untuk menjaga kesehatan, namun tak dia indahkan. Seluruh perhatiannya dia curahkan kepada putri tidurnya, meski kepalanya terasa berat akibat kelelahan dan dari kemarin belum makan, nyatanya bunda tidak memperdulikan semua rasa sakit di tubuhnya. Tujuannya saat ini hanya satu yaitu bisa menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri Hani putri kesayangannya membuka matanya dan memanggil namanya.

“Hani bangun nak… bunda rindu suara Hani… bunda rindu lihat senyum Hani… Bunda…”, ucapan bunda terhenti seketika suaranya tercekat, tubuhnya serasa dibasahi keringat dingin dan kepalanya berputar hebat.

Hani yang pada dasarnya bisa mendengar suara disekelilingnya, merasa aneh. Tiba tiba ada perasaan khawatir yang menelusup kedalam hatinya. “Bunda.. ada apa dengan bunda.. kenapa tiba tiba aku tidak bisa mendengar suara bunda..”, batin Hani. Setelahnya ada suara kursi jatuh, benda besar yang terjatuh dan diikuti dengan suara pecahan gelas yang sangat nyaring. Meskipun suara pecahan itu nyaring namun dari luar ruangan tidak terdengar, begitulah fasilitas kamar VVIP yakni pintu yang kedap suara.

Bruuukkk… Praaaangg…. Gedebuk…..

“Ahhh… suara apa itu… kenapa tiba tiba hening… kemana bunda…”, batin Hani. Setelah mendengar suara seperti bunyi orang jatuh Hani memaksakan dirinya sampai batas maksimal untuk menggerakkan seluruh tubuhnya, memaksakan dirinya untuk membuka matanya, dan memaksakan diri untuk bersuara. Usaha tidak pernah menghianati hasil, meski penuh perjuangan dan usaha yang sangat keras Hani akhirnya berhasil membuka belenggu yang mengikat di tubuhnya.

“BUNDAAAAA…..”, jerit Hani yang serasa terbebas dari belenggu yang selama ini mencekat suaranya. Bersamaan dengan itu Hani pun bisa membuka mata dan menggerakkan anggota tubuhnya. Dalam keadaan lemah Hani berusaha mencari sumber suara yang tadi di dengarnya. Sambil melihat sekelilingnya Hani mencari keberadaan Bundanya, dia melihat sang bunda sudah tergeletak di lantai tak sadarkan diri. "Bundaaaa...", Suara Hani bergetar memanggil bunda. Dia berusaha menyadarkan bunda dengan suaranya.

Dengan tangan bergetar Hani ingin meraih tombol darurat, namun karena sebelumnya bunda menggantungnya di atas kepala tempat tidur rumah sakit membuat Hani kesulitan meraihnya. Hani penuh dengan perjuangan, sekuat tenaga dan tangan yang bergetar karena lemah Hani mencoba meraih tombol tersebut. Sebelum Hani berhasil meraih tombol darurat tiba tiba pintu ruangan rawatnya dibuka. Hani melihat ayah Danu yang membuka pintu, sontak saja Hani merasa bersyukur akan hal itu dia menangis keras seakan meminta pertolongan kepada sang ayah.

“Ayah… tolong bunda jatuh… Hani tidak bisa meraih tombol darurat”, ucap Hani dengan mata yang sudah memerah dan air mata yang sudah berderai derai.

Ayah Danu yang melihat pemandangan ini merasa terkejut, hatinya bercampur aduk Antara merasa bahagia melihat Hani yang sudah sadarkan diri dan khawatir melihat istrinya tergeletak tidak sadarkan diri di lantai.

“Sayang… sayang… bangun sayang..”, ucap ayah Danu khawatir.

\=\=\=\=

TBC

1
Lovely 😍
Bantu Author dengan komentar di setiap bab nya yah kak 🙏 matur suwun sanget nggeh
Lovely 😍
Semoga kakak pembaca semua suka dengan karya author 🤲🙏
Lovely 😍
Mohon Bantu dukungannya kak 🥰🙏
jangan lupa berikan ulasan positif dan ikuti akun author yah kak 🤲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!