KONTRAK UNTUK 270 HARI

"Sebenarnya Gue nggak percaya sama kata-kata Valerie. Tapi gue juga penasaran, beberapa hari ini Aleana nggak bisa di hubungi!"

"Kalo ini jebakan dia gimana?"

Jeyra terdiam memikirkan hal ini. Jika Jeyra menolak masuk mungkin Helena tetap akan di paksa masuk oleh Valerie dan dia juga akan kehilangan mendapat informasi dari Valerie tentang Aleana. Namun, jika dia ikut masuk, apa mungkin Valerie akan berkata jujur?

"Va, sebenarnya apa yang lagi Lo rencanakan?" bisik Gita.

Valerie menarik sebelah sudut bibirnya.

"Lo liat aja nanti! Gue yakin Jeyra nggak akan pergi dari tempat ini kalau temennya masih stay di sini! Sedingin-dinginnya cewek itu, gue yakin dia masih punya titik kelemahan, yaitu rasa bersalah dan rasa kasihan! apalagi dia penasaran tentang keadaan Aleana, temen macam apa dia yang nggak tahu apa-apa soal sahabatnya sendiri!" Valerie tersenyum remeh.

"Kalo Lo nggak mau tau kabar sahabat Lo it's oke sih, gue baru tahu aja ternyata Lo nggak sebaik yang Aleana bilang." Valerie menghela nafas. "Oke, Gue kasih Lo pilihan biar gampang, silahkan Lo perg dari sini tapi tinggalin Helena dan jangan ikut campur sama urusan gue, kecuali.."

"Kecuali apa?" tanya Jeyra.

"Kecuali Lo stay di sini sampai gue tiup lilin, gue nggak suka penolakan, Jey. Lo tahu itu kan? setelah selesai tiup lilin Lo baru boleh pergi dari sini, gimana?" tawar Valerie.

Jeyra tak mengerti mengapa Valerie begitu ingin dia ada di pesta ini. Sebenarnya apa yang dia mau dari Jeyra, Kenapa dia begitu mempersulit Jeyra. Bukankah selama ini Valerie tak tertarik dengan gadis dingin itu? Lalu kenapa sekarang justru dia begitu terobsesi pada Jeyra, sebenarnya apa yang sedang dia rencanakan?

"Gue nggak faham sama Lo, Valerie. Sebenarnya mau Lo apa? kenapa gue harus ikutin kemauan Lo?"

"Karena Aleana mau Lo berbaur sama kita dan Lo nggak merasa sendiri! apa setelah mendengar ini Lo akan berubah pikiran?"

"Aleana nggak mungkin ngomong gitu, sorry gue tetep nggak bisa ikut party Lo!"

Jeyra segera pergi menuju motor bututnya sambil menarik lengan Helena. Walaupun sudah mendapat peringatan, Jeyra tetap tak mendengar ucapan Valerie, karena begitulah Jeyra.

"Jey, apa kita beneran pulang? Tapi gue takut Valerie ngamuk," Helena khawatir Jeyra akan mendapat masalah jika membawanya pulang.

"Lo nggak usah takut, kali ini gue akan bantu Lo sebisa gue, oke!"

"Stop Jeyra!" Lagi, Valerie menghentikan langkah Jeyra. Namun, kali ini dia sudah ada dihadapan Jeyra dan Helena.

Valerie memberikan isyarat pada dua sahabatnya agar mereka membawa Helena dari sisi Jeyra. Terlihat dari wajah Valerie jika saat ini dia sedang menahan emosinya.

"Kenapa sih Jey Lo nggak nurut aja sama ucapan gue? Simpel kan, Lo stay di sini sampe gue tiup lilin dan Lo boleh bawa cupu itu pergi sama Lo! segitu takutnya yah Lo sama Gue?" Valerie tersenyum sinis.

Jeyra menghela nafas sambil berdecak. "Kenapa Lo juga nggak ngerti sama ucapan gue? Udah berapa kali gue bilang kalo gue nggak tertarik ada di sini! Jadi biarin gue keluar dari tempat ini sama Helena!"

Valerie kini sudah kehilangan kesabarannya, sudah cukup selama ini dia bersikap baik pada Jeyra. Ternyata apa yang di bilang teman-temannya benar, bersikap baik pada rubah kampung hanya akan membuatnya bahaya dikemudian hari. Oke, kali ini Jeyra memang harus diberi pelajaran.

"Lo emang harus di kasih pelajaran, Jeyra!"

Valerie mengangkat sebelah lengannya dengan tinggi bersiap untuk menampar Jeyra.

Namun, tiba-tiba saja cahaya terang menyinari mereka semua. Cahaya yang berasal dari deretan mobil yang dipimpin oleh mobil berwarna hitam dari arah gerbang. Jelas Valerie kenal betul dengan suara mobil ini, karena dia lah yang sedang di tunggu oleh Valerie.

Wajah marahnya tiba-tiba berubah menjadi riang, bibirnya mengembang sempurna membentuk garisan garisan halus.

"My prince! Akhirnya Lo datang juga!" ucapnya dengan antusias sambil berlari menghampiri pemuda yang baru saja turun dari mobilnya.

"Hah, Gevan datang? Black Devil juga datang, seriusan nih! Valerie emang keren sih!"

"Gevan emang serasi sama Valerie. Yang satu cantik dan yang satunya ganteng minta ampun!" bisik Wilona sambil cengengesan.

"Nggak salah selama ini gue suka sama mereka!"

"Nggak nyesel deh gue datang ke party Valerie malam ini!"

Semua orang memuji ketampanan anggota Black Devil, tak ada satupun dari mereka yang berpaling dari pandangan Black Devil, kecuali Jeyra.

"Ngapain pada di sini? Acaranya udah selesai?" tanya Gevan dengan wajah dingin.

Valerie tersenyum sambil bergelayut manja di lengan kekar Gevan. "Belum kok, sebentar lagi gue tiup lilin. Lo naik gih ke atas, gue masih ada urusan sama cewek dua ini!" ucap Valerie dengan sinis sambil menatap Jeyra dan Helena.

Tak mau terlibat dengan urusan Valerie, akhirnya Gevan dan anggota Black Devil lainnya naik ke lantai atas.

Gevan terpaksa menghadiri acara Valerie karena tekanan dari orang tuanya yang ingin dia datang ke acara ini padahal Gevan sama sekali tak tertarik. Namun, apalah daya Gevan yang tak bisa menolak keinginan sang ibu karena sang kakek yang sudah membujuknya.

"Lo boleh pergi sekarang kalo Lo mau pergi! Dan Lo cupu, ikut gue naik ke atas! Jangan rusak mood gue hari ini kalo Lo masih mau hidup!" ancam Valerie.

Mendengar hal itu jelas Helena merasa takut, bagaimana dia bisa menolak keinginan Valerie yang kemungkinan besar keluarganya akan dalam masalah besar jika dia menentangnya.

Perlahan-lahan Helena melepaskan cengkraman Jeyra dari genggamannya.

"Jey, gue tetep di sini aja ya. Lo nggak usah khawatir, gue bisa jaga diri dan gue pasti baik-baik aja!" ucap gadis itu dengan wajah sendu.

Melihat ekspresi wajah Helena, bagaimana Jeyra bisa baik-baik saja dan membiarkan temannya ada di lingkungan toxic ini bersama orang-orang seperti Valerie. Dia yakin seribu persen jika nanti Helena hanya akan jadi bahan lelucon yang akan di permainkan oleh Black Angel, dan mirisnya semua orang tak ada yang bisa menolong Helena.

"Lo yakin sama keputusan Lo?" tanya Jeyra.

Helena segera menganggukkan kepalanya. "Gue yakin, Jey!"

Dengan terpaksa Jeyra melepaskan Helena dan membiarkan dia pergi bersama Valerie.

Disaat Jeyra akan melangkah pergi, lagi-lagi Valerie menghentikan langkahnya. Kali ini entah apa yang ingin gadis itu lakukan pada Jeyra.

"Tunggu, Jey! Sebelum Lo pergi sebaiknya Lo denger ini baik-baik!" ucap Valerie.

Jeyra menoleh sambil mengerutkan keningnya. "Dengerin apa?"

Wilona lalu datang menghampiri Jeyra sambil menyodorkan ponsel pintar miliknya yang ternyata tersambung ke telpon seseorang.

"Ini apa?"

"Coba aja Lo dengerin!" ucap Wilona.

Jeyra perlahan-lahan mengangkat ponsel itu hingga menempel pada telinganya. Tidak di sangka setelah mendengar suara yang begitu familiar dia terkejut.

"Hai Jey, ini gue Aleana. Lo pasti bingung kenapa gue bisa telpon Valerie ya? Lo tenang aja Jey, mereka nggak akan apa-apain Lo kok, gue yang minta mereka buat ajak Lo. Jadi Lo jangan ragu, Lo ikut party Valerie sampai dia tiup lilin. Gue juga baik-baik aja, gue cuman lagi di luar negri karena bokap ada urusan."

"Tapi Lea, kenapa nomor Lo nggak bisa gue hubungi?"

Belum sempat Jeyra berbicara banyak dengan Aleana, telponnya sudah lebih dulu di rebut oleh Wilona.

"Udah cukup!"

"Nggak sopan banget sih, Lo! gue masih ngomong sama Aleana!"

Valerie tersenyum. "Sekarang Lo percaya kan? masih nuduh gue pembohong? seenggaknya Lo jangan kepedean jadi orang, Lo bukan tandingan gue Jeyra!" ucap Valerie.

Jeyra menghela nafas panjang. "Oke kalo gitu, gue stay di sini tapi hanya sampai Lo tiup lilin! Setelah itu gue cabut!" ucap Jeyra yang kemudian naik ke lantai atas dengan wajah kesal.

Valerie lalu tertawa puas karena dia tidak pernah kalah dari siapapun. Kini tinggal pertunjukan yang harus segera di mulai. Pertunjukan yang akan membuat Jeyra tunduk dan patuh padanya.

"Ini baru permulaan, bahkan gue bisa hancurin Aleana dengan mudah, apalagi Lo yang hanya sampah buangan, Jeyra!"

Ditempat lain seseorang yang sedang menggenggam ponsel tertawa lebar sambil menatap foto yang ada di depannya.

"Akhirnya Jeyra masuk kedalam perangkap!"