NovelToon NovelToon
Satu Milyar Untuk 30 Hari

Satu Milyar Untuk 30 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Nikah Kontrak
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Tya

zea perempuan cantik yang harus menikah kontrak selama 30 hari dengan leon pengusaha kaya raya.
di dalam perjanjian pernikahan kontrak mereka tidak boleh saling jatuh cinta.
namun berjalannya waktu zea mulai ada rasa dengan Leon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Zea membuka pintu mobil dengan wajah kesal dan memasuki mobil tersebut. Tak lama kemudian, Leon juga masuk ke dalam mobil sambil meletakkan barang belanjaan mereka. 

Suasana di dalam mobil terasa tegang, Zea dan Leon sama-sama menunjukkan sikap acuh tak acuh satu sama lain.

"Jadi ke restoran tuan?" tanya Pak Sopir dengan sopan, mencoba meredakan suasana yang canggung.

"Gak! Kita makan di rumah," jawab Leon dengan nada tegas.

"Baik tuan," ujar Pak Sopir, kemudian menghidupkan mesin mobil dan melaju perlahan keluar dari area parkir.

Zea menautkan kedua alisnya, lalu menoleh ke arah Leon dan menatap wajah tampannya dari samping. Leon yang sadar diperhatikan Zea, langsung berkata dengan nada tinggi, "Dan kami langsung masak."

"Kamu bicara sama aku?" tanya Zea dengan ekspresi bingung.

"Tidak, sama kaca mobil," jawab Leon dengan dingin, sambil menatap lurus ke depan melalui kaca depan mobil.

Ketegangan di antara mereka semakin terasa. Keduanya terus saling beradu pandang dan tatapan dingin, seolah tak ada yang mau mengalah.

Namun di balik itu semua, pak sopir  merasa penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam kehidupan mereka berdua.

Sepanjang perjalanan, Zea dan Leon sama sekali tidak bertukar kata. Suasana di dalam mobil terasa begitu hening, hanya terdengar deru mesin yang melengking.

Namun, tak lama kemudian, Zea tiba-tiba mulai bernyanyi dengan riang gembira, menggantikan keheningan yang sebelumnya menyelimuti mereka.

"Nanana!" teriak Zea dengan nada yang tak jelas, membuat Leon langsung kesal.

Pria itu menutup telinganya dengan kedua tangannya, berusaha menghindari suara nyanyian Zea yang mengganggu ketenangannya.

"Diam, perempuan aneh!" kesal Leon sambil melotot tajam ke arah Zea.

Tak terpengaruh, Zea malah menjulurkan lidahnya ke arah Leon, sambil tersenyum nakal. Melihat itu, Leon semakin geram. Nafasnya terengah-engah, hidungnya kembang kempis menahan amarah.

"Biasa saja kali, hidungnya tuan," ledek Zea dengan nada menggoda, membuat amarah Leon semakin memuncak.

"Diam kamu, Zea! Baru kali ini ada perempuan yang berani sama aku," ucap Leon dengan nada tegas.

Mendengar itu, Zea tertawa terbahak-bahak. "Aku berani, lah. Orang kamu orang bukan dedemit, mungkin yang takut sama tuan melihat tuan sebagai dedemit kali" sahut Zea dengan enteng, menggoda Leon yang semakin merasa terprovokasi.

Zea mengejek Leon sambil menirukan gerakannya yang kesal, membuat wajah Leon semakin memerah. Suara tawa Zea terdengar jelas, bahkan sampai pak sopir yang duduk di depan ikut tertawa kecil tak bisa menahan tawanya.

"Diam kamu, botak! Aku pecat kamu!" ancam Leon dengan wajah yang semakin memerah.

"Halah, cuma ketawa kok mau dipecat! Jahat banget jadi orang!" sindir Zea, masih dengan nada mengejek.

"Diam kamu, Zea, terserah aku!" bentak Leon, mencoba mengendalikan emosinya.

"Iya, iya, si paling banyak duit," ujar Zea sambil mengedipkan matanya.

Zea pun terdiam menatap ke arah kaca jendela mobil, mencoba mengalihkan perhatiannya dari Leon yang masih terlihat kesal. Pak sopir juga diam tanpa kata, tak berani tertawa lagi, takut ancaman Leon tadi benar-benar terjadi.

Sesampainya di halaman rumah, pak sopir memberhentikan mobil dengan hati-hati. Zea turun dari mobil sambil menarik napas lega, sedangkan Leon tampak masih berusaha menenangkan dirinya. 

Tak ada yang berani mengomentari insiden tadi, dan suasana di antara mereka bertiga menjadi canggung.

Tepat setelah Leon memberi perintah, Zea tanpa ragu beranjak dari kursinya dan segera menuju dapur. Ia langsung membuka kulkas, mengambil potongan ayam dan ikan yang segar, serta sayuran yang akan ia masak.

Tangan Zea terampil mengolah bahan-bahan tersebut dengan lincah dan pasti.Sementara itu, Leon pergi ke kamarnya untuk mandi. Setelah merasa segar, ia mengenakan kaos oblong serta celana pendek, lalu keluar dari kamar. 

Saat menuruni anak tangga, Leon melihat salah satu ART yang hendak membantu Zea di dapur. Namun, pria itu langsung bersikap tegas dan melarang ART tersebut untuk ikut campur.

"Bubar semua, jangan ada yang bantuin Zea!" perintah Leon dengan nada tegas.Mendengar perintah itu, para ART yang ada di sekitar dapur langsung menghentikan niat mereka untuk membantu.

Mereka bubar dan kembali ke pekerjaan mereka masing-masing, menyisakan Zea sendirian di dapur untuk menyiapkan hidangan yang diminta Leon.

Zea menatap Leon dengan senyum mengembang, seakan dia telah menemukan ide jahil untuk membuat lelaki itu menderita. 

"Hei, Tuan Leon, jadi Anda benar-benar ingin membantu saya memasak? Bagus sekali!" seru Zea dengan semangat yang berlebihan.

Leon hanya menggeram kesal, namun Zea tidak peduli. "Jadi, Anda ingin menggoreng ikan, ya?" tanya Zea sambil berusaha mengejek.

"Telinga kamu dipakai, woy!" bentak Leon, namun Zea tidak gentar.

Malah, ia semakin tertantang untuk menggoda lelaki itu.Zea berjalan mendekati Leon, lalu dengan berani menarik paksa tangan Leon untuk menyeretnya ke dapur. 

Tentu saja, tubuh Zea yang langsing tidak cukup kuat untuk menyeret lelaki tinggi, berisi, dan gagah seperti Leon. Namun, Zea tetap tidak menyerah, terus memaksa Leon untuk ikut dengannya.

"Sok asyik! Minggir sana!" bentak Leon kesal, mencoba melepaskan diri dari cengkraman Zea. Namun, semakin Leon melawan, semakin Zea merasa puas dengan aksi isengnya ini.

Para art yang menyaksikan kejadian itu tak bisa menahan tawa mereka, mereka menutup mulut sambil merasakan perut mulai terasa sakit akibat menahan tawa.

"Yasudah kalo tuan gak mau bantu aku masak gak papa, silahkan duduk tuan Leon yang terhormat, aku siapkan dulu makan malamnya," ujar Zea dengan nada yang penuh ironi.

"Bagus!" jawab Leon sambil mengangkat dagu, menunjukkan keangkuhannya.Leon duduk di kursi meja makan dengan sikap angkuh, ia menunggu makanan yang di masak oleh Zea.

Dengan lihai, Zea menata makanan di atas meja makan. Setiap makanan terlihat lezat dan mengundang selera.Zea mengambil piring, ia mengambil nasi dan juga lauk pauk yang ia masak barusan, lalu memberikan kepada Leon.

"Silakan, Tuan," ucapnya dengan sikap yang sopan namun terkesan sinis.

Leon dengan penuh percaya diri mulai menyantap makanan yang disajikan. Namun, begitu ia mencicipi lauk, wajahnya berubah pucat dan ia langsung batuk-batuk. 

Rupanya, Zea sengaja memberikan lauk yang terlalu pedas untuk Leon, membuat para art yang menyaksikan kejadian itu semakin sulit menahan tawa mereka.

"Zea !! Ini sangat pedas ! Mau ngeracunin aku?" Lantang Leon sambil mengambil gelas lalu menuangkan air putih kedalam gelas 

"Eits ! Jaga omongannya dong tuan, dari sejarah kapan makan pedas bisa ngeracunin orang" jawab zea sambil menahan tawanya 

"Awas kamu ya ! Abis ini habis kamu sama aku" ancam Leon 

**

1
Ellis Herlina
Bagus, membuat penasaran jadi pengen terus membacanya.
Dewi
👍
Rike
cwok gk besyukur🤦
Dewi
ceritanya sangat bagus
🌜💖Wanda💕🌛
Luar biasa
Ivana Make Up
awal yg bagus😍aku suka baca novel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!