NovelToon NovelToon
WARS OF SYSTEMS

WARS OF SYSTEMS

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Epik Petualangan
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA

Ketika kampus memasang sistem di tubuh setiap mahasiswanya untuk mengontrol fokus mereka dalam berkuliah dan mencegah adanya gagal lulus. Mahasiswa yang berhasil luput dari pemasangan sistem itu, berjuang untuk melawan sistem yang telah memperbudak dan membunuh perasaan para mahasiswa yang kini bagaikan robot akademik. Apakah para mahasiswa itu berhasil mengalahkan kampus dan sistemnya ? Atau justru kampus akan semakin berkuasa untuk mengontrol para mahasiswa nya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JANGGAL

Mata kuliah kewarganegaraan dimulai pada hari pertama, pukul tujuh pagi. Lima belas menit sebelumnya, kelas sudah ramai oleh para mahasiswa. Hanya tersisa satu bangku kosong di kelas itu.

Jam tujuh kurang lima menit, Jean masuk ke kelas. Ia berpikir semua mahasiswa sudah lengkap. Ia pun memilih untuk langsung menutup pintu dan mengabsen satu persatu mahasiswanya. Tangan demi tangan terangkat ketika ia menyebutkan nama, tak ada jeda hingga akhirnya ia menyebut sebuah nama, Rayendra Nugraha.

“ Rayendra. Ada yang tahu kemana Rayendra ? “ Tapi, ia tak mendapat jawaban apa-apa dari mereka. Cuma ekspresi datar, mata tajam, dan bibirnya yang terkatup rapat dalam diam. Ia pun memilih untuk lanjut mengabsen para mahasiswanya.

Sementara itu, yang dicari ternyata masih berada dalam perjalanan. Ray asyik berjalan sambil mendengarkan lagu Prancis kesukaannya, “ Aline-Christoper “ sambil bernyanyi, “ Et je crie, crie.. “ tentunya dengan nada dan melodi yang super ngawur. Anehnya tak ada yang terganggu dengan nyanyian Ray. Orang-orang yang berpapasan dengan Ray, tetap berjalan, dengan ekspresi datar seperti tidak peduli. Dan Ray pun tidak malu dengan hal itu.

Setibanya di Fakultas Hukum, ia berjalan menuju kelasnya dan membuka pintu kelas tanpa rasa bersalah. Masih dengan alunan lagu yang ia dengarkan, ia berbicara, “ Maaf.. saya terlambat, “ katanya pada Jean, yang terkejut melihatnya. Sementara para mahasiswa di kelas itu tak peduli dengan kedatangannya. Tak satupun mata yang tertarik melihatnya. Ray tak menyadari hal itu dan segera mencari bangku kosong, setelah Jean mengizinkannya untuk ikut kelasnya.

Baik sekali Jean, pikir Ray.

Di bangku itu, Ray tak segera mengeluarkan buku catatan atau mendengarkan penjelasan Jean di depan. Ia malah mengajak salah seorang mahasiswa di sebelah kanannya untuk mengobrol. “ Telat banget, ya ? “ tanyanya begitu sambil menatap mahasiswa itu.

Tapi, sang mahasiswa tak menjawab. Bahkan untuk sekadar melirik sebagai respon saja tidak. Mahasiswa itu tetap dalam fokusnya. Cih, sok banget, gerutu Ray dalam hatinya.

Ia kemudian mengalihkan pandangannya kepada seorang mahasiswa di sebelah kirinya. Ia masih berusaha untuk membuka tali pertemanan dalam hari pertamanya sebagai mahasiswa. “ Tadi materinya apa ? “

Masih dengan pertanyaan basa-basi, tapi menurutnya bukan pertanyaan yang mainstream atau template.

Namun, tetap sama. Mahasiswa itupun tak menjawab pertanyaan Ray. Bahkan Ray mengajukan pertanyaan lagi ke mahasiswa itu tetap tak mendapatkan respon apa-apa. Sampai akhirnya ia langsung berkata, “ Sok banget.. “ Matanya menatap sinis, berharap direspon tapi benar-benar tak dianggap. Sebegitu dingin kah kultur di Fakultas Hukum ?

Ray memilih untuk diam setelah usaha menjalin pertemanan itu gagal total. Ia bertanya-tanya, apakah ada yang salah dengan usahanya ini ? Apa pertanyaannya membosankan ? Kan, wajar. Atau memang mereka yang tak mau berteman dengannya ? Tapi, kan tidak perlu sampai tidak merespon begini juga ?

Sampai kelas berakhir, ia masih tak mencatat satupun penjelasan dari Jean. Ia tak berminat dengan itu. Ia lebih memilih untuk berkutat menemukan jawaban dari peristiwa yang dialaminya saat ini. Dan disaat kelas berikutnya, ia melakukan hal yang sama dengan setiap mahasiswa, namun tetap mendapatkan perlakuan serupa. Yaps, dia tidak direspon sama sekali. Seolah-olah ia tak dianggap. Ekspresi mereka hanya dingin, dan datar. Mereka cuma fokus dengan pelajaran. Berbicara ketika dosen bertanya tentang materi, selebihnya mereka hanya diam saja seperti patung.

Hari itu, Ray tak merasa nyaman mengikuti seluruh kelas. Ia memilih kembali ke asrama lebih cepat. Berharap Jo dapat menghiburnya, meski ia juga sebenarnya agak kesal dengan Jo karena Jo tidak membangunkannya tadi pagi. Bahkan tidak mengabarinya kalau mau berangkat pagi-pagi.

“ Jo ! Sialan kau ! “ Tiga kata pertama yang diserukan Ray saat tiba di kamarnya. Melihat Jo yang sudah fokus dengan laptopnya. “ Kau kenapa ga bangunkan aku tadi pagi ? Sengaja, kah ? “

Jo hanya diam. Jari-jarinya sibuk mengetik. Matanya apalagi, terpaku sekali dengan layar laptop sampai tak melihat Ray. Ray yang sudah dari tadi diabaikan oleh orang-orang pun naik pitam. Ia segera bereaksi terhadap sikap Jo itu.

“ Jo, lihat aku ! “ Ray menutup paksa laptop Jo, yang akhirnya membuat Jo menatapnya. Tatapannya yang mengintimidasi, penuh kemarahan, kebencian, dan kegelapan. Ray bisa melihat itu, dan merasakan sesuatu yang berbeda dari Jo. Saat ini dihadapannya, ia seperti tidak mengenal Jo yang dia tahu. Jo yang bukan Jo. “ Kau.. kenapa ? “

“ Kau.. harus bertanggung jawab dengan dirimu sendiri. “ Itu kalimat pertama yang diucapkan Jo. Dengan kasar, ia kemudian mendorong Ray dari laptopnya, sambil berteriak, “ Dan bukan tanggung jawabku ! “

Ray yang terjatuh, terkejut melihat kemarahan Jo itu. Ia tak menyangka temannya bisa semarah ini. Dan menyaksikannya di hari terburuknya pula. “ Jo.. aku salah apa ? “ tanyanya dengan suara yang lirih.

Jo membisu. Ia malah membuka laptopnya, dan lanjut mengetik. Sepertinya sudah tidak ada kepedulian lagi dalam hatinya. Ray yang melihat itu, menjadi keras hatinya. Ia balik membalas dan berteriak, “ Oke, kalau itu katamu. Aku akan bertanggung jawab dengan diriku sendiri. Tapi, jangan minta bantuan lagi padaku. Ingat itu ! “

Ia segera bangkit, mengambil dompet dan handphonenya, bergegas keluar dari kamarnya. Dengan mata yang masih berkaca-kaca, ia berjalan menuruni tangga, merasakan kembali dengan jelas betapa sepinya asrama ini. Sama seperti ia pertama kali datang. Seolah, energi keramaian yang sempat hadir telah lenyap. Apakah Jo adalah energi itu ? Ah, Ray tak mau memikirkan Jo. Ia melesat pergi, kemana angin mau membawa tubuhnya. Kalau bisa, sejauh-jauhnya, sampai kesedihan ini menghilang.

~~

Larut dalam kesedihan ternyata membuat rasa laparnya meningkat. Disaat kakinya melangkah di persimpangan antara Fakultas Hukum dan Psikologi, ia melihat kantin Bond-band yang masih bercahaya. Tak ada tanda-tanda tutup sama sekali, meski waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Kantin-kantin biasanya tutup jam sembilan malam, dan jam segini, biasanya mereka sudah mulai persiapan untuk tutup.

Karena rasa lapar dan penasaran juga, ia pun mendatangi kantin itu. Segera, ia disambut oleh gadis yang sama, yang menolongnya dan Jo saat terkena cat merah.

“ Ah, kau lagi.. “ Gadis itu menyapa lebih dulu. “ Mau makan ? “ tanyanya dengan mata bulatnya yang berseri. Dia adalah tipe gadis yang selalu ceria dan riang, seperti tak ada masalah sama sekali.

“ Iya.. “ Suara Ray terdengar lesu. “ Nasi goreng.. ada, kah ? “ Ia langsung menyebutkan pesanannya tanpa melihat daftar menu. Menurutnya makanan sekelas nasi goreng adalah makanan dasar yang pasti ada di setiap kantin. Dan beruntung baginya, karena kantin itu menyediakan nasi goreng.

Gadis itu segera menyalakan kompornya, dan menggoreng nasi untuknya. Dengan terampil, ia memasukkan segala rempah yang menurutnya cocok dan memasaknya. Tak butuh waktu lama, ia pun sudah menyajikan nasi goreng itu di meja Ray.

Meski sudah mendapat makanan, wajah Ray masih tampak murung. Gadis itu tertarik untuk bertanya, “ Sendiri aja ? Temanmu yang satu mana ? “

Ray langsung gelagapan, ia bingung hendak menjawab apa. Tak mungkin ia katakan yang sebenarnya. “ Lagi di kamarnya, “ jawabnya singkat. Harapannya, gadis itu tak bertanya lagi.

Tapi, ternyata sang gadis begitu peka. Ia bisa membaca wajah Ray dengan jelas kalau dia sedang ada masalah. “Ah, masa sih, “ katanya dengan nada curiga sambil tersenyum ia bertanya lagi, “ Kalian ga lagi berantem, kan ? “

Mendengar itu, seketika matanya melirik tajam. “ Kau ini intel atau apa ? “ tanyanya dengan sinis. Tapi, gadis itu malah tertawa sambil menutup mulutnya. Tingkah gadis itu jelas membuat Ray heran dan bertanya lagi padanya, “ Kau kenapa tertawa ? “

Masih dengan tawanya, gadis itu mengibaskan tangannya. “ Lupakan saja. Nikmati makan mu. “ Ia kembali ke dalam, sementara Ray mengawasinya dengan waspada. Gadis yang aneh, batinnya sambil menyantap nasi goreng dengan lahap. Tapi dia jago masak, masakan yang lezat. Ray menikmatinya sampai tak sadar bahwa nasi goreng itu sudah habis. Karena masih lapar, ia kemudian memesan nasi goreng itu lagi.

“ Waw.. tambah lagi ? “ Mata gadis itu membulat, tak menyangka bahwa pelanggannya akan menambah porsi. Untung saja, ia tadi memasak nasi goreng dengan porsi yang cukup banyak, yang sebenarnya disiapkan untuk makan malam dirinya. Tapi, ia memilih untuk memberikannya pada Ray. Mending begitu, daripada masak lagi, pikir gadis itu.

Saat ia meletakkan piring berisi nasi goreng itu, gadis itu berkata, “ Kau mahasiswa pertama yang menambah porsi di kantinku. Sebelumnya, mahasiswa lainnya tidak pernah menambah porsi. “

“ Ada masalah ? “ tanya Ray yang sudah menyantap nasi goreng itu. “ Aku lapar dan jatah makan siangku juga belum ku gunakan. Jadi sah-sah saja. “

“ Kau mahasiswa yang aneh.. ehm.. bukan. “ Gadis itu terdiam sejenak, lalu memberi senyum terindahnya, “ Kau mahasiswa paling unik yang pernah ku temui. “

Ray termangu mendengarnya. Ia mati gaya, tak tahu harus berbuat apa. Sampai akhirnya gadis itu mengulurkan tangan. “ Namaku Ayu. Kau ? “

“ Aku Ray.. “ Ia membalas jabat tangan itu. Ayu mengerutkan kening saat merasakan tangan Ray. Begitu dingin. Seperti orang sakit saja.

“ Kau baik-baik saja ? “ tanya Ayu dengan nada cemas. Ray menggeleng dan kemudian berkata, “ Aku baik. Sangat baik. “

~~

1
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz: semangat juga kak
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
Weh jangan 😫
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz
tapi dia pun tak bisa keluar begitu saja karena situasinya
Acelinz
Memang pada dasarnya itu adalah sifat aslinya
Acelinz
Seperti itulah manusia, mudah tergiur akan sesuatu yang menarik tapi sebenarnya tidak jelas.
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
hah tak guna egois 😒
piyo lika pelicia
sebenar nya guru ini manfaatin mereka gak sih kok di fikir fikir gitu 🤔
Acelinz: benar, meski sebenarnya ada simpati dan harapan dari dosen tersebut kepada para mahasiswa nya
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
ya gak usah kuliah kalau mau bebas diam aja di hutan
piyo lika pelicia
murit yang nakal
piyo lika pelicia
semangat adik ☺️
piyo lika pelicia
bukan kekanakan marah lah di tinggal gitu aja bahkan apa yang dia bilang enggak di dengerin.😒
Acelinz: lebih kepada kecewa, hanya saja dia juga butuh
total 1 replies
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!