NovelToon NovelToon
Mission In Disguish

Mission In Disguish

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Lita

Dua anak kembar yatim piatu yang dipisahkan sejak mereka dilahirkan. Gayatri dibesarkan oleh keluarga angkatnya yang kaya raya sedangkan Gayathi diberikan kepada keluarga miskin.
Gayatri yang dinikahkan oleh keluarga yang sederajat dengan orang tua angkatnya mengandung anak perempuan sedangkan posisi untuk mewarisi kerajaan bisnis keluarga suaminya terancam karena istri kedua suaminya mengandung seorang bayi lelaki. Gayatri dan Gayathi sepakat untuk menukar kedua bayi mereka yang dilahirkan pada hari yang sama. Bayi lelaki Gayathi yang berparas mirip dengan anak bayi perempuan Gayatri ditukar demi menyelamatkan posisi keturunan Gayatri yang nyaris direbut oleh madunya. Apakah misi mereka berhasil? Dapatkah keturunan Gayatri mewarisi harta keluarga ayahnya? Menjadi pewaris tahta kerajaan bisnis ayahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Lita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Philia

Putra merasa takjub dengan apa yang dilihat serta dirasakannya. Mungkin itu yang namanya keajaiban serta sentuhan cinta.

Wajah Miranti berulang kali memerah tanpa bisa ditahannya. Pipinya terasa memanas.

"Bisa kah kau bersikap biasa saja?" Tegur Raka yang merasa kasihan melihat Miranti yang tampak salah tingkah.

"Apa maksudmu biasa saja? Memang aku kenapa?" Tanya Putra tidak mengerti.

"Kau seperti tidak pernah melihat perempuan saja. Kau tidak pernah seperti ini sebelumnya."Tukas Raka kesal.

"Mengapa nada bicaramu seperti itu padaku?" Protes Putra. Raka yang selalu bersikap baik, melindungi dan melayani berubah menyebalkan.

"Maafkan aku. Tetapi kau sangat tidak sensitif. Berhenti memandanginya seperti itu. " Raka menegurnya dengan nada marah.

"Kau ini kenapa sih? Marah-marah tidak jelas juntrungannya." Putra balas memarahinya.

"Begini saja! Aku akan mengantarnya pulang. Sebaiknya kau tidak usah bertemu lagi dengannya." Raka menarik tangan Miranti berlalu dari hadapan Putra.

"Eh! Tunggu dulu!" Teriak Putra panik,"kau tidak bisa seperti itu padaku!"

"Mengapa tidak bisa?"

"Aku memerintahkanmu dan tugasmu mematuhiku! Itu sebabnya!" Seru Putra dengan nada marah.

"Semua perintahmu berlaku dan akan kupatuhi dengan senang hati kecuali yang berhubungan dengan Miranti!" Raka tidak mempedulikan perkataan Putra.

"Baiklah! Kau menang!"Seru Putra,"apa yang kau inginkan dariku?"

"Bersikap sopan dan nyaman. Jangan memandanginya seperti itu. Membuatnya merasa risih dan tidak nyaman."

"Baiklah!" Ucap Putra membuang wajahnya.

"Aku dan Miranti sedang bermain petak umpat. Apakah kau ingin bergabung?" Tanya Raka kepada Putra.

"Tentu saja! Tapi bagaimana caranya jika aku tidak boleh melihatnya?"

Sontak Raka tergelak.

"Ah ya! Betul juga!" Ujarnya menghabiskan sisa tawanya,"tentu saja kau boleh melihatnya tetapi tidak boleh memandangi terlalu lekat. Sehingga membuatnya risih. Bagaimana kalau kau berlatih dengan melihatku?"

"Cuih! Aku bukan homo!" Sahut Putra gusar diikuti gelak tawa Raka,"ilfeel aku liat mukamu. Jangankan melihat. Melirik saja aku ogah! Takut tertular HIV!"

Mereka semua tergelak termasuk Miranti.

"Baiklah! Aku punya ide!" Ujar Raka.

"Apa itu?" Tanya Putra.

"Anggap dia seperti perempuan-perempuan yang kau temui selama ini? Bagaimana?"

Putra menganggukkan kepalanya,"baiklah, akan kucoba. Kau benar. Aku tidak harus memperlakukannya dengan berbeda kan?"

Raka menganggukkan kepalanya.

Tidak butuh waktu lama bagi mereka bertiga menikmati permainan petak umpat. Mereka juga bermain patok lele.

"Bagaimana jika kita mengajak Jaka dan lain-lain bergabung bersama kita? "Usul Putra,"kita bisa bermain gobak sodor dan banteng?"

Raka berpikir sejenak dan menganggukkan kepalanya,"ide yang bagus!"

Pertemanan mereka semakin dekat. Putra menepati perkataannya. Tidak membuat Miranti risih dan merasa nyaman dengan kehadirannya.

Perlahan Miranti mulai menjadi akrab dengan Putra dan yang lainnya selain Raka.

Putra kerap mentraktir mereka semua sehabis bermain bersama. Bahkan seringkali dia membawakan minuman dan makanan untuk mereka semua.

"Supaya kita puas bermain dan tidak harus berhenti mencari makanan dan minuman."

Peluh mereka bercucuran sehabis bermain basket. Panas terik tidak menghentikan antusiasme mereka bermain basket.

Miranti memanfaatkan keleluasaannya yang berbeda gender dengan teman-temannya. Jika sesama lelaki mereka kerap adu body maka tentu tidak demikian terhadap Miranti.

Dengan gesit, Miranti memanfaatkan sikon tersebut dan membuatnya lebih leluasa ketika mendribble bola dan memasukkannya ke keranjang.

"Sepertinya sekelompok dengan Miranti merupakan kartu Truff." Ujar Jaka mengelap peluhnya yang bercucuran dengan deras.

"Hm, ya... Tidak bisa adu body. Menjegal tidak tega karena perempuan." Gerutu Maman.

Membuat yang lainnya tertawa.

"Menghendaki persamaan tapi kenyataannya tidak mungkin menyamakan."

"Memang kenapa tidak bisa disamakan?" Ujar Miranti asbun.

"Kau mau terjungkal atau merasakan lebam?" Sambung Jejen.

"Jangan diladeni!" Seru Raka,"kalian bersikap lah gentleman!"

"Masak beropini saja tidak boleh." Aden.

"Hey! Kemenangan itu kan bukan satu-satunya tujuan kita bermain basket. Kita ingin menikmati permainan ini. Bukan berkompetisi beneran." Ujar Putra mengingatkan.

"Ya, kau benar." Sahut Joel.

Saat mereka sedang asyik bermain. Ada seorang anak yang merupakan saingan bisnis ayah Putra. Membawa beberapa orang bersamanya. Membuat keributan.

Bola yang sedang mereka mainkan diambil paksa. Dan dibuang ke dalam tempat sampah.

Tak ayal, perkelahian tidak terelakkan. Mereka semua terlibat baku hantam. Miranti mengambil bebatuan kecil dan mulai melempari ke arah mereka yang mengganggu.

Dia juga mengambil sebatang kayu dan mengacungkannya pada mereka semua.

Salah seorang berteriak kencang,"kau jangan ikut campur! Kami tidak berkelahi dengan perempuan! Kami bukan banci!"

"Berhenti mengganggu kami! Pergi dari sini!" Teriak Miranti pada mereka. Sembari mengacung-ngacungkan potongan kayu ke arah mereka semua.

Mereka berlalu karena enggan berkelahi dengan perempuan.

"Terima kasih ya Miranti!" Sahut Jaka dan yang lainnya.

"Buat apa berterima kasih padaku?"

"Seandainya tidak ada kamu. Mungkin kami masih terlibat baku hantam dengan anak sialan tersebut! Ayahnya sangat memanjakannya. Sehingga dia kerap berbuat sewenang-wenang dan arogan. Kau liat sendiri. Kita hanya bermain basket. Dan mereka menyerang kita begitu saja."

"Mereka mengincarku bukan kalian."Ujar Putra .

"Tapi kami kan harus melindungi mu dari gangguan seperti itu. Itu sudah tugas kami. Ayahmu menjamin pendidikan serta menempatkan kami pada kelas yang sama denganmu. Menjamin kehidupan keluarga kami dengan tujuan agar kami menjalankan tugas kami melindungimu dari gangguan semacam itu. Dan itu artinya, sama saja mengusik kami juga."

"Sudahlah! Lebih baik kita berlalu dari sini. Bola basketnya pasti bau karena sudah dimasukkan ke tempat sampah. Kita cuci dulu. Bagaimana?" Usul Miranti.

"Tidak usah!" Ujar Putra.

"Tidak usah?" Tanya Miranti kembali.

"Biarkan saja bola basketnya di tempat sampah. Kita beli lagi saja gimana? Kita makan siang dulu. Setelah itu kita membeli bola basket." Sambung Putra.

Mereka berlalu dari tempat itu. Mengambil sepeda masing-masing mengayuhnya menuju pusat perbelanjaan terdekat.

Putra memesan makanan untuk mereka semua. Memberikan makanan kesukaan Miranti padanya.

"Terima kasih."Ucap Miranti.

"Kau kan alergi kerang. Kupesankan udang, cumi-cumi dan kepiting." Sahut Putra mengangsur makanan yang dipesannya untuk Miranti satu per satu. Satu jenis makanan satu porsi.

"Tidak perlu sebanyak ini!" Protes Miranti.

"Tubuhmu kurus kering seperti papan setrikaan. Kau harus makan yang banyak. Supaya lebih berisi. Kau bisa difitnah busung lapar!" Sontak mereka semua tertawa kecuali Miranti yang manyun.

"Ini makanan buat kita semua."Ujar Putra menunggu dengan sabar makanan yang sedang diatur Raka setelah pelayan meletakkan pada meja mereka semua.

Ikan gurame, kerang darah, kerang hijau, udang, tiram dan cumi. Masing-masing dua porsi dengan jenis yang berbeda. Jamur dan sayuran diletakkan di setiap sudut meja. Beserta sari buah apel, jeruk dan semangka. Masing-masing dua pitcher. Ditambah tiga pitcher air mineral untuk mereka semua.

Mereka adalah sekelompok orang yang kelaparan dan kehausan. Seluruh makanan dan minuman tandas tidak bersisa. Selain itu makanan dan minuman yang dipesan Putra sangat lah lezat dan segar.

Setelah makan siang. Mereka bergegas menuju sport station. Membeli beberapa buah bola basket. Dengan aneka corak dan warna.

"Bagaimana dengan bola volley?" Usul Jejen,"sesekali kita bermain volley di tepi pantai. Pasti seru."

Putra berpikir sejenak dan kemudian membuka mulutnya,"boleh juga!"

1
Aerik_chan
2 iklan buatmu kak
Eka Lita: Terima kasih kak...
total 1 replies
Aerik_chan
jangan usik keluarga cemara ini
Aerik_chan
1 iklan buatmu kak
Aerik_chan
waahhh seru nih...
Salsabila Arman
lanjut
Eka Lita: Terima kasih kakak...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!