Dikhianati dan ditinggalkan membuat Alisya tak menghentikan tekadnya untuk tetap menjadi seorang Bodyguard, meski profesi itulah yang menyebabkannya putus dari sang kekasih. Di saat yang sama takdir mempertemukan Alisya dengan seorang klien bernama Virza. Namun, Siapa sangka bila kedatangan Alisya ke perusahaan Virza memiliki maksud dan tujuan tertentu hingga membuat Alisya terjebak pernikahan kontrak dengan Virza.
Akankah nyawa Alisa tertolong di saat jatuh ke dalam tebing dengan kedalaman 30 meter?
Apakah Virza dan Alisya akan tetap bersama ketika mantan kekasih masa lalu mereka membuat rencana untuk memisahkan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebenarnya Apa Yang Terjadi?
Mengikuti pria tua berjas hitam itu sampai ke arah pintu keluar kantor hingga dia melupakan instruksi yang dikatakan Virza tadi. Langkah pria tua itu semakin cepat sehingga membuat Alisya pun bergerak cepat. Alisya mempercepat lagi langkahnya karena dia tidak ingin kehilangan lagi pria itu.
Saking cepatnya pria itu nampak setangah berlari membuat Alisya sedikit kesulitan untuk mengejarnya, ditambah lagi banyak sekali para karyawan yang berlalu lalang melintasinya karena ini jam pergi kerja.
Brukk!
Tubuh Alisya mundur beberapa langkah ketika dirinya ditabrak oleh seorang cleaning servis yang tengah membawa alat pembersih, "Maafkan saya, Bu."
Alisya tak memerdulikan ucapan perempuan paruh baya itu hanya terus mengedarkan sepasang bola matanya untuk memastikan pria tua itu masih dalam jangkauan matanya. Namun sayang setajam apa dia mengedarkan sepasang bola matanya tak juga menemukan pria tua tadi, sungguh kaki Alisya bergetar, keringat sudah membasahi wajah cantiknya hingga kini rambutnya tak tersanggul lagi, rambutnya teruari begitu berantakan.
Dia sudah mencari di mana terakhir kali dia melihat pria tua itu namun tetap saja dia kehilangan jejaknya. Matanya tertuju dengan sebuah lift berharap pria tua itu ada di sana, melihat tak ada seseorang pun di dalam lift, Alisya terduduk lemas sambil berurai air mata, "Kenapa aku selalu saja kehilangannya!"
Virza yang baru saja hendak melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift sontak mengernyitkan dahinya mendapati kondisi sang asisten pribadinya nampak kacau seperti itu seingatnya Alisya pergi sudah begitu rapi sekali dengan rambutnya di sanggul mengingat dirinya sudah terbiasa dengan gaya seorang bodyguard.
Mendengar ucapan Alisya, pria muda itu langsung duduk berjongkok sambil menatap Alisya dengan seksama, dia heran dengan tingkah perempuan di depannya itu. Setiap bertemu dengannya, Virza belum pernah melihat Alisya sesedih itu hal itu persis seperti semalam. "Sebenernya apa yang terjadi?" tanya Virza mulai tertarik dengan Alisya.
Perempuan itu menggelengkan kepalanya seraya beranjak dari duduknya, mengusap air matanya yang telah deras membasahi pipi. Menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Alisya mulai melirik ke arah Virza sambil merapikan sanggulnya kembali. "Bukankah sebentar lagi ada meeeting, Pak? Aku akan mengambil berkas yang ada di atas meja Bapak dulu."
Sungguh hal itu membuat Virza mengerutkan dahinya, dia benar-benar merasa aneh dengan sikap perempuan tua itu. "Kenapa Tante cantik itu bisa langsung berubah mood begitu cepat, apa karena kejadian semalam ya?" gumamnya sambil menggaruk kepalanya namun dia berhak melakukan itu karena begitu kesal dengan Alisya.
Virza hendak menyusul bodyguard barunya itu namun Alisya sudah sampai di depannya begitu cepat, "Apa kau yakin mau pergi meeting sekarang? Jika tidak kau bisa ubah jadwal meetingnya?" tawar Virza nampak sedikit penasaran dengan apa yang terjadi dengan perempuan itu.
"Tentu, urusanku itu tidak penting kok! Yang terpenting adalah meeting hari ini," jawab Alisya mengulas sedikit senyum.
Virza menggelengkan kepalanya sambil terus melirik tingkah aneh Alisya, baginya baru pertama kali Virza menemui seorang perempuan yang begitu mudah mengubah moodnya dalam waktu singkat. Mengingat jadwal meeting diubah ketika Alisya membukakan pintu mobil pun Virza tak berhenti terus menatap perempuan itu, "Apa kau yakin baik-baik saja, Tan?" tanya Virza ingin tahu.
Alisya menghela napasnya,"Bisakah Bapak berhenti memanggilku Tante?"
"Tidak bisa! Aku suka memanggilmu Tante."
"Apa kau yakin ingin menyetir mobil? Aku saja ya--" Virza meneguk salivanya ketika melihat Alisya sontak mengambil kunci mobil secara paksa dari tangan Virza.
Perempuan bermanik mata coklat itu langsung menginjak gas pedal mobilnya dan langsung menuju ke lokasi di sebuah restoran terkenal di pusat kota. Menghindari perdebatan dengan brondong tengil itu membuat Alisya hanya fokus dengan setir mobilnya saja meskipun sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang ada di dalam otaknya saat ini.
Untuk kedua kalinya dia kehilangan saksi kunci tepat di depan matanya, entah kenapa sampai saat ini semesta belum membuka rahasia kematian ayahnya. Setiba di depan restoran makanan barat, Alisya mengitari mobil dan hendak membukakan pintu mobil namun tangan Virza lebih dulu membuka mobil.
"Sangat tidak pantas bagi seorang pria dibukakan pintu mobil oleh seorang perempuan apalagi lebih tua dariku."
"Baguslah kalau kau sadar," gumam Alisya mulai terpancing emosi.
Virza tersenyum tipis, "Tentu saja aku menghormatimu, Tan."
"Menghormatiku?! Jelas-jelas semalam kau sudah melecehkanku," gumam Alisya mulai naik pitam dan sedikit membahas kejadian semalam.
"Aku melakukan itu karena ternyata kau sama saja dengan perempuan di luar sana. Aku salah menilaimu,"
"Maksudmu?"
Pemuda itu bungkam membuat Alisya ingin sekali memukul wajah tampannya, sungguh sikap Virza yang sukar ditebak itu membuat Alisya bingung namun dia tak ingin peduli dengan ucapan Virza karena dia tahu pemuda itu hanya ingin mempermainkannya saja yang berakhir membuatnya terluka.
Berjalan pelan sambil mengikuti langkah Virza, perempuan itu tak sadar bila Virza menghentikan langkahnya hingga dia menabrak punggung kekar Virza. "Maafkan aku, Pak."
"Sepertinya sejak tadi kau terus saja melamun hingga kau tak tahu bila aku menghentikan langkahku dan kau tak perlu memanggilku begitu formal, Tan. Panggil saja aku Virza."
"Dasar brondong tengil! Terus saja mengangguku," umpat Alisya mulai sebal.
"Apa brondong tengil! Aku ini Brondong tampan." Alis Virza saling bertaut seolah mempertunjukkan ketampanannya dii depan Alisya.
"Aku tak tergoda denganmu."
Mendengar itu, Virza hanya tersenyum geli. Melihat seorang pria tua yang tengah duduk sambil melambaikan tangannya, Virza pun balas melambaikan tangannya dan menuju ke arah pria tua yang memiliki kumis tipis itu.
"Apakah Paman sudah lama menunggu?" tanya Virza begitu ramah.
"Tidak kok, Paman baru saja sampai." Pria tua itu melirik Alisya dari ujung kaki sampai ujung rambut seraya mengernyitkan dahinya. "Siapa perempuan cantik ini, Za?" tanya pria tua itu sedikit kepo.
"Dia adalah asistenku."
"Asistenmu bukannya si Boy?"
"Dia hanya asisten pengganti Boy, hanya untuk sementara kok!"
"Sementara?! Jika kau tidak keberatan Paman mau perempuan ini menjadi asisten di perusahaan Paman," jawabnya bercanda sambil mengusap kumis tipisnya.
"Paman bisa saja."
Alisya merasa tersudutkan karena dirinya dijadikan pembahasan dalam meeting tersebut namun dia mulai menyodorkan sebuah map ke atas meja sambil melirik Virza, ia benar-benar bosan dengan percakapan dua orang itu.
"Oh ya, paman. Kita langsung saja ke pokok pembahasan meeting. Di sini sudah tertera di surat kontraknya apa yang Paman inginkan, bisa diperiksa dahulu."
Virza tersenyum tipis ketika melihat ekspresi Alisya yang nampak sebal, "Tante tenang saja, mana mungkin aku akan memberikan Tante pada pria hidung belang seperti dia," bisiknya pelan.
"Dasar pria brengsek!" ketusnya sebal.
Alisya hendak bangun dari duduknya dan beralasan pergi ke toilet, "Pak, aku ke toilet dulu ya."
Virza mengangguk pelan, sejujurnya dia tahu bahwa sang bodyguard sekaligus sang asistennya itu kesal pada dirinya namun hal seperti ini merupakan hal yang biasa bagi seorang asisten perempuan sehingga Alisya harus terbiasa dengan situasi seperti itu.
"Paman setuju dengan semua isi surat kontrak kerja sama ini," ulasnya sambil mengambil sebuah ballpoint di saku jasnya lalu menandatangani surat kontrak tersebut.
"Bagus kalau Paman setuju dan terima kasih karena Paman sudah mau bekerja sama dengan perusahaanku."
Virza hendak bangun dari duduknya namun langsung memasukkan berkas tersebut ke dalam map namun pria tua berkumis tipis itu menghentikannya. "Tunggu dulu, Za! Apakah kau akan secepat itu pergi?"
Makasih kk udah mau baca novelku dan salam kenal kk...
jika Author buat novel kedua, ditunggu like dan komentny yakkk...
Doakan Author lancar lahirannya, salam kenal buat pembaca semuanya🙏🙏😘😘😘🥰🥰
Salam kenal ya kk🙏😘