Ketika penggemar webtoon <Tower of God>, Arkan, tidak sengaja bertransmigrasi ke tubuh Neon Argarither dan menjadi bagian dari karakter webtoon <Tower of God> itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echo Gardener, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Sementara itu, di kereta pribadi lain untuk oara Regular.
Pzzt—!
BOOM!
Pzzt—! Pzzt—!
Salah seorang Regular merasa terancam dan bergumam, "Uh... sialan... kenapa aku bisa berada di dalam satu gerbong yang sama dengan dua orang ini..." dia mencoba mengatakan pada kedua orang di hadapannya, "Kalian... dasar monster terkutuk!"
Anak laki-laki pendek berambut biru muda dan bermata biru dengan mengenakan baju biru tua itu menoleh ke Regular yang tersisa di gerbong tersebut dan bertanya dengan dingin, "Huh? Apa?" kemudian dia menjatuhkan tubuh Regular lainnya dari tangannya yang berdarah.
Bruk!
"Oi, tadi katamu apa? Monster? Apa maksudmu itu?"
"Tentu saja karena kalian berdua itu monster! Kalian berdua membunuh semua orang di gerbong ini!"
"Yah, kan kalian duluan yang menyerang kita."
"Ugh!"
"Begitu kalian melihat tiket di tangan kita, kalian mulai menyergap kita." katanya dengan memperlihatkan tiket ekspres untuk Kereta Neraka, "Tempat ini enak sekali. Aku bisa membunuh sebanyak mungkin orang cuma karena aku memiliki tiket ini." lanjutnya.
"M-Maksudmu itu, semua tadi adalah...?"
"Ah~ seru sekali." kata anak laki-laki berambut biru muda itu dengan menampilkan senyuman.
Pzzt—!
"Aku betul-betul suka kereta macam ini."
KABOOM!
"AAAGGHHHHHH!"
Pzzt—!
Pzzt—!
"Seperti yang ku duga kalau Regular Kelas-D di Lantai bawah sangatlah lemah. Apa sebaiknya aku perlu mencari pemegang tiket bernomor kecil?" gumam anak laki-laki berambut biru muda.
"Oi, bocah." panggil pemuda pendek dengan kulit putih pucat dan rambut pirang.
Kedua orang itu adalah Khun Ran dan Beta dari Tim Novick.
...****************...
Dan di kereta lain.
Tratak—!
Tratak—!
Di tempat Neon berada atau sekarang namanya berubah menjadi Leon.
Ha Yura yang masih duduk di depan cermin dan di belakangnya ada Leon yang sedang duduk dengan menghabiskan waktunya bermain rubik itu tiba-tiba saja berhenti sesaat dia mendengar suara pemberitahuan.
[Halo, para Regular Kelas-D! Aku Kerros, yang akan bertanggung jawab atas Kereta Neraka dan Pengurus Ujian tahun ini! Dan dalam beberapa hari lagi, semua kereta akan sampai ke Kota Kereta dan akhirnya kereta akan bertolak. Aku akan umumkan sebuah acara luar biasa bagi mereka yang belum juga memiliki tiket. Mulai besok malam, acara Pra-Turnamen akan diadakan untuk memperebutkan Kereta Neraka! Terlebih lagi, ada rumor bahwa salah satu pemegang tiket kelas atas akan ikut berpartisipasi di turnamen ini—! Kalian pastinya tidak ingin kelewatan acara sebesar ini, bukan?! Pokoknya, kalian harus datang!]
Tratak—!
Ha Yura mendengus. "Dasar bodoh."
Tratak—!
Leon mengangguk setuju. "Itu benar."
Tratak—!
Ha Yura berkata dengan suara dingin, "Leon, orang-orang awam itu... memang bodoh sekali."
Tratak—!
Leon mendongak melihat arah Ha Yura.
Tratak—!
Ha Yura melirik ke arah sebuah amplop merah di meja riasnya. "Ku rasa, itu berlaku juga untuknya juga." kemudian melihat foto dan dua tiket ekspres di dalam amplop merah tersebut, "Nah, Leon, kita pasti akan segera bertemu dengannya, Bam." katanya tersenyum dingin.
Tratak—!
Leon tersenyum dan senyumannya semakin lebar. Namun yang Ha Yura tidak sadari itu sebenarnya shinsu yang ada di sekeliling kedua orang itu sedang berkecamuk.
Tratak—!
"Ya, kita akan bertemu dengannya." kata Leon.
...****************...
Di kereta lain.
Phantaminum duduk bersender di kursi kereta dengan bosan. Dia mulai menguap karena memang sangat bosan. Tidak ada orang lain di gerbong kereta itu selainnya, karena semua Regular sebelumnya telah dimusnahkan olehnya hingga jasadnya tidak tersisa sama sekali.
"Ah... aku benar-benar rindu sahabatku. Kenapa aku tidak boleh pergi bersamanya sih? Kenapa Neon lebih memilih jalan-jaoan sendiri? Benar-benar deh Neon itu tidak pernah tahu kalau dia sedang menyiksa hati kecilku." kata Phantaminum dengan sedih.
Dia melihat ke luar jendela kereta dan mulai mengingat kembali masa lalunya.
Flashback beberapa waktu yang sangat lalu.
Phantaminum berjalan tanpa mempedulikan banyak orang yang melihatnya dengan tubuh gemetar. Menurutnya, mereka yang takut melihatnya hanya serangga pecundang.
Ini membosankan... benar-benar sangat. membosankan, pikir Phantaminum yang sudah sangat amat bosan.
"Tidak ada lawan yang sepadan denganku apa di tempat ini? Regular ataupun High Ranker...aku tidak peduli, asalkan ada yang memiliki kekuatan setara denganku." kata Phantaminum dengan suara berbisik
Namun, matanya tiba-tiba tertuju pada seorang pemuda berambut dan bermata merah dengan tatapan dingin yang tidak jauh darinya berdiri saat ini yang tiba-tiba saja pemuda itu langsung menoleh ke arahnya.
Deg!
Phantaminum tersenyum lebar. " Ah~ aku menemukannya! Dewaku, Dewa Shinsu dan Dewa Perang!"
...****************...
Sementara itu, di kereta Bam berada.
"Jadi... anak ini, Bam, sudah menceritakan semuanya dan kami juga sudah memutuskan untuk berpartisipasi di turnamen itu. Tapi karena kau cidera, kami tidak menyertakan kamu, Felix." kata pria itu pada wanita bernama Felix.
"... Bagaimana bisa kalian..."
"Maafkan aku, Felix. Tapi kami terpaksa melakukannya."
Felix menunduk lemah dan berkata, "Aku juga tahu kalau kondisimu ini tidak cukup baik untuk ikut serta di turnamennya. Dan kalaupun aku ikut, aku hanya akan menjadi beban kalian."
"Tapi jangan cemas, Nona Felix! Kalau kami berhasil mendapatkan tiket lagi, tentu saja satu tiket itu akan menjadi milikmu!" kata murid dari pria sebelumnya.
Esentia terdiam dengan tatapan bosan. Menurutnya, perjalanan kali ini sangatlah membosankan. Apa semua itu karena dia berpisah dengan Neon, sehingga jadi terasa bosan meskipun ada banyak orang di sekelilingnya saat ini. Tapi diam-diam perhatiannya sesekali mengarah pada Bam.
Jadi Bam ini adalah mantan FUG sekaligus anak(angkat)nya Neon? Aku kira dia bakal terlihat mirip dengan Enryu atau mungkin... Phantaminum, pikir Esentia.
Felix juga diam-diam melirik ke arah seorang pria yang duduk berlawanan dengannya, pria itu berambut dan terlihat seperti sedang sakit.
Pria itu terlihat seperti sedang menahan sakitnya, pikir Felix merasa kasihan dengan Esentia.
"Ah, Tuan Esentia, kamu juga tidak perlu khawatir tentang soal tiket—''
Esentia memberhentikan wanita berambut pink itu untuk berbicara lebih lanjut dan mengetik sesuatu di HPnya bahwa dia sebenarnya sudah mempunyai tiket ekspres untuk menaiki Kereta Neraka.
Wanita berambut pink itu awalnya sedikit terkejut, namun kemudian tersenyum dan mengatakan kalau dia senang mendengarnya.
Esentia melihatnya dengan tatapan lama dan berpikir kalau Regular di kereta yang di naikinya saat ini tidak terlalu membosankan.
Bam yang sedari tadi hanya diam saja karena di dalam pikirannya saat ini dia ingin sekali bertemu dengan dua orang yang telah mempengaruhi sebagian besar hidupnya, Neon dan Rachel.
Aku ingin sekali bertamu dengan Ayah... tapi aku juga tahu kalau saat ini aku hanya bisa bertemu dengan Rachel, pikir Bam sedikit frustasi.