"Rey... Reyesh?!"
Kembali, Mutiara beberapa kali memanggil nama jenius itu. Tapi tidak direspon. Kondisi Reyesh masih setengah membungkuk layaknya orang sedang rukuk dalam sholat. Jenius itu masih dalam kondisi permintaan maaf versinya.
"Rey... udah ya! Kamu udah kumaafkan, kok. Jangan begini dong. Nanti aku nya yang nggak enak kalo kamu terus-terusan dalam kondisi seperti ini. Bangun, Rey!" pinta Mutiara dengan nada memelas, penuh kekhawatiran.
Mutiara kini berada dalam dilema hebat. Bingung mau berbuat apa.
Ditengah kondisi dilemanya itu, ia lihat sebutir air jatuh dari wajah Reyesh. Diiringi butir lain perlahan berjatuhan.
"Rey... ka-kamu nangis, ya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27 - Debat dulu sebelum Berangkat
"Nggak mau, ah! Nanti aku diajak ke tempat sepi. Terus, kamu ambil kesempatan deh. Walau bagaimana pun, sebaik apapun kamu sebagai laki-laki, pasti punya iblis di dalam sana. Iya, kan? Kamu punya niat jahat kepadaku kan, Rey?" tanya Mutiara dengan begitu waspada.
Walaupun hatinya kini telah terukir nama Reyesh, ia harus tetap hati-hati.
Mutiara khawatir, jika dirinya terlalu polos dan manja di hadapan laki-laki, pasti laki-laki tersebut akan sok dan berpura-pura tambah perhatian, demi melancarkan niat bulusnya. Kemudian, berujung mudah diajak kemana-mana dan akhirnya melakukan hal yang tidak diinginkan!
Karena bukan saatnya, dan memang belum waktunya.
Mutiara telah menyalakan sinyal waspada tersebut, ketika Reyesh mulai menjaga jarak dan sok bersikap dingin padanya.
Menurutnya, ini adalah sebuah trik tarik ulur dari laki-laki. Fungsinya, agar si perempuan merasa, bahwa laki-laki tersebut sangat menjaga dirinya. Pura-pura sok alim dan polos, untuk memikat perhatian si perempuan. Sehingga mendapat respect dan kendali penuh atas hati perempuan itu.
Sisanya, kalau hati perempuan sudah tertambatkan satu nama, apapun yang diminta si lelaki akan dilakukan! Bahkan, hal mustahil sekalipun. Mungkin saja jika disuruh terjun ke jurang, perempuan itu akan menuruti. Karena beralasan, si lelaki adalah cinta sejatinya.
Halah, kentut...!!! gumam Mutiara dalam kecamuk pikirannya sendiri.
Mutiara sudah paham dan khatam, perihal gerak-gerik dan strategi semacam itu. Beberapa kali ia amati dari curhat beberapa rekan perempuan, teman semasa kecil, juga pengalaman pribadi!
Untungya, saat kejadian mengerikan tersebut, dirinya masih diberikan keselamatan. Kali ini, ia juga akan terapkan kepada Reyesh.
"Terserah kamu! Jadi, nggak mau ikut nih? Yakiiinnn.....?" goda Reyesh, coba menggoyahkan prinsip Mutiara yang keras kepala.
Sementara bagi Mutiara, ia masih ragu, apakah akan ikut atau tidak menuju tempat rahasia kesukaan si jenius. Sisi lainnya mengatakan, jika tempat rahasia tersebut merupakan sebuah tempat istimewa bagi seorang mahasiswa ber-IPK 4.00, artinya memang bukanlah tempat biasa.
Setidaknya, lokasi yang ingin dikunjungi Reyesh, punya ciri khas unik dan keunggulan tersendiri. Mutiara pun ragu, apakah menolak ajakan si jenius adalah pilihan yang bijak?
Di sisi lain, ia sangat penasaran dengan rumah makan favorit sang jenius.
"Cepetan dijawab, Mut! Segeralah ambil keputusan! Mau ikut atau nggak?" tanya lagi Reyesh yang sudah berdiri dan siap pergi dari ruangan itu.
Mutiara sengaja memperlambat dalam merapikan barang-barang. Ia ingin memastikan, bahwa tempat yang akan didatangi Reyesh, benar-benar aman dan tidak berbahaya.
"Mmm.... bentar dulu, Rey! Aku masih ragu nih..." ucapnya sambil merapikan buku terakhir, dan juga siap meninggalkan ruangan tersebut.
"Kamu ragu sama apalagi? Langsung aja ambil keputusan. Jangan plin-plan begini, Mut...." sergah Reyesh. Sudah tidak sabaran.
"Pokoknya, aku jamin kamu akan menyesal kalo nggak pernah sekalipun mengunjungi ke tempat itu."
"Tapi... tempat itu, tetaplah sebuah rumah makan, Rey? Apa spesialnya?"
"Iya. Rumah makan paling istimewa di sekitar area kampus ini! Nggak ada lawan lah pokoknya, mah...." ungkap lagi Reyesh dengan antusias.
"Tetap saja! Aku butuh jaminan kuat, kalau-kalau kamu nanti mengantarku ke tempat sepi atau membahayakan diriku. Bagaimana, berani?"
"Oke! Tantangan di terima." ucap Reyesh.
"Apa jaminan darimu?"
"Jaminanku sederhana, siang ini, kamu akan kutraktir makan di tempat itu sampai sepuasnya! Sampai perutmu itu kembung dan begah!"
"Apaan jaminan murahan kayak gitu! Aku juga bisa... kalo sekedar traktir kamu doang. Jangan ngasih jaminan yang murahan dan receh begitu lah, Rey! Ayolah... katanya, rumah makan itu merupakan tempat spesial, untuk mahasiswa pemilik IPK sempurna sepertimu?" tantang Mutiara.
Reyesh mulai terpancing oleh ejekan Mutiara. Padahal, hati dan kondisinya kini sedang bahagia, lantaran akan mengunjungi rumah makan istimewa versinya itu.
Jika didiamkan saja, Reyesh merasa bersalah telah menyembunyikan tempat makan langka tersebut dari Mutiara. Mau tidak mau, ia harus berpikir keras, demi membujuk mahasiswi cantik itu, agar menerima ajakannya.
"Aku sebenernya ingin menerima tantanganmu. Tapi, takutnya malah jadi taruhan antara kita berdua!"
"Taruhan apaan sih, Rey? Ini mah anggap saja kuis berhadiah! Siapa pemenangnya, berhasil dapat reward. Kalo nggak di gituin, kurang seru. Nggak ada sensasi berdebar-debarnya!" lanjut Mutiara, masih mengompori Reyesh dengan tantangannya.
Reyesh menghela napas panjang dengan wajah lesu dan menundukkkan wajah. Sulit rasanya membujuk mahasiswi keras kepala itu, tanpa adanya alasan yang kuat dan mengikat.
"Baiklah, aku punya sebuah jaminan yang akan membuatmu tidak akan pernah menolaknya." ucap Reyesh.
"Wah... udah ketemu nih? Udah yakin apa belom, sama jaminanmu yang berikutnya ini?" tanya Mutiara, menggoyahkan prinsip Reyesh.
"Yakin kok."
"Kira-kira berapa persen, jenius?"
"Sepuluh persen....." jawab Reyesh.
"Yah elah, cuma sepuluh persen doang! Apa-apaan, Rey...! Aku tolak, lah. Kamu nggak serius promosiin ke orang lain, atas sebuah tempat favorit kesukaanmu sendiri." potong Mutiara dengan tegas.
"Makanya kalo orang lagi ngomong, dengerin dulu sampai tuntas!" protes Reyesh, karena ucapannya yang belum selesai, langsung dipotong oleh Mutiara.
"Iya cuma sepuluh persen doang, kan? Aku males denger kalimat berikutnya." ketus Mutiara.
"....pangkat sepuluh!"
Sontak, Mutiara langsung kaget dan langsung bereaksi,
"Hah?! Sepuluh pangkat sepupuh persen? Kamu yakin sama angka itu, Rey? Aku paham, kamu itu emang jenius di bidang sains, tapi... nggak gitu juga kali, mempermainkan sebuah nominal hanya untuk seru-seruan begini doang!" sanggah Mutiara.
"Kamu udah bisa menghitung jumahnya?"
"Yah elah, aku bukan anak kecil lagi, Rey! Sepuluh pangkat sepuluh, artinya sepuluhnya dikalikan sebanyak sepuluh kali. Berarti, jumlah angka NOL-nya ada sepuluh, yang artinya...." Mutiara sempat menghitung sejenak, memejamkan mata.
".... sepuluh miliar!" ucap mahasiswi cantik itu setelah berhasil menghitung.
"Jaminanmu sebanyak sepuluh miliar persen, Rey?" tanya lagi Mutiara, memastikan.
"Yaapp! Telingamu udah normal, kok. Pendengaranmu baik dan nggak ada kekurangan sama sekali!"
"Hush... kurang ajar kamu ngomong begitu terus! Nanti kalo aku tuli beneran, baru tau rasa kamu! Bakalan capek ngajar orang budeg!" sanggah Mutiara.
"Kedua kupingku masih normal tauk...!" tambah Mutiara melayangkan protesnya.
"Iya. Maaf. Intinya, sebesar tadi angka jaminanku. Bagaimana?"
"Nah, itu baru jenius dan pemberani. Aku sudah merasa aman dan yakin deh kalau nominal kepercayaanmu setinggi itu. Hayo coba katakan, apa jaminan terkuatmu tadi? Harus sesuatu yang mahal atau membuatku terkesan, Rey! Sehingga aku tergiur dan akhirnya mau datang ke tempat itu!" ucap Mutiara.
"Penasaran nih, yeee?" ejek Reyesh.
"Udah deh nggak usah basa-basi melulu...! Cepet bilang, Rey!" paksa Mutiara.
"Kamu tipikal orang yang nggak sabaran, yah?"
"Habisnya, kadang-kadang kamu bikin kesel sih..."
"Jaminanku.... denger baik-baik nih, yaaa...." ucap Reyesh dengan hati-hati.
Mutiara kembali memperhatikan Reyesh.
Bersambung.......