Dua bulan sebelum menikah. Dia bertemu dengan wanita di masa lalunya. Ternyata selama ini alasannya enggan menikah karena masih tidak terima ditinggal mantan pacarnya begitu saja.
Dia ingin membalas dendam, tapi cinta masa lalu kembali menjeratnya.
Lalu bagaimana nasib pernikahannya?
Akankah dia akan tetap menikah atau kembali kepada masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena_Senja🧚♀️, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Bab 8
Entah karena bahagia atau apa. Semenjak bertemu kembali dengan Alenka. Samuel mulai bisa tersenyum di depan para karyawannya. Jika sebelumnya dia selalu berwajah dingin. Kini ia sudah bisa tersenyum bahkan menjawab saat disapa oleh karyawannya.
Namun, Samuel tetap beranggapan bahwa tujuannya mendekati Alenka lagi hanya untuk balas dendam. Membalas sakit hatinya yang diputus Alenka tanpa penjelasan.
Yoga, sebagai teman dekat Samuel juga merasakan hal yang sama. Ia melihat perubahan dari diri Samuel. Namun, dia tidak tahu apa membuat Samuel berubah. Dia hanya mengira perubahan itu karena Samuel hendak menikah.
"Aku perhatiin belakangan ini kamu kayak lagi berbunga-bunga?" tanya Yoga duduk di depan meja kerja Samuel.
"Udah nggak sabar mau menikah?" imbuhnya.
Samuel terdiam. Ia bahkan lupa kalau dirinya akan segera menikah. Dia hanya terus fokus mengejar Alenka belakangan ini.
"Sam, aku lagi pedekate dengan seorang wanita yang ternyata bekerja di Futute Design." kata Yoga lagi.
Seketika Samuel menatap Yoga. Ia bahkan menghentikan kegiatannya. "Future Design?" Yoga menganggukan kepalanya dengan cepat.
"Yup, namanya Maya, dia sekretaris di Future Design." jawab Yoga.
Samuel pun menghela nafas lega. Untung bukan Alenka yang pedekate dengan dia. Entah kenapa dia merasa tidak rela.
"Aku mau ke Future Design, mau ninjau progres perhiasan yang aku pesan." kata Samuel setelah selesai melihat ponselnya.
"Aku ikut.." Yoga melompat kegirangan karena itu artinya dia akan bertemu dengan gebetannya.
Ia mengikuti Samuel sampai ke mobil. "Tumben kamu mau mantau proyek kamu? Udah nggak sabar lihat hasil perhiasan untuk pernikahan kamu?" tanya Yoga.
"Sebenarnya aku cuma mau ketemu pacarku." jawaban Samuel tersebut membuat Yoga terkejut bukan main.
"Pacar?" dia bertanya seolah tak percaya. Karena selama ini, Yoga sama sekali belum pernah melihat Samuel memiliki pacar.
"Hem.. Dia mantan pacarku dulu. Aku deketin dia lagi." tutur Samuel mulai jujur kepada Yoga.
"Tapi, kamu jangan sampai bilang kalau aku mau nikah." imbuhnya.
"Why?"
"Karena aku deketin dia hanya ingin balas dendam. Dulu, dia putusin aku tanpa penjelas dan sampai sekarang aku tidak tahu apa alasannya." jawab Samuel dengan sedikit emosi. Setiap kali teringat hal tersebut. Amarah Samuel tak terkendali.
"Aku akan buat dia kembali, lalu aku tinggalin dia untuk menikahi orang lain." imbuhnya.
"Apa itu tak terlalu kejam?" tanya Yoga.
Namun, Samuel hanya terdiam. Tidak menjawab pertanyaan Yoga. Bahkan dia terus membisu sepanjang perjalanan.
Yoga menyadari kesalahannya. Dia memilih untuk tidak ikut campur mengenai urusan pribadi Samuel. Mungkin apa yang wanita itu lakukan sudah sangat menyakiti Samuel, sehingga dia memilih jalan tersebut untuk balas dendam, batin Yoga.
"Nanti kenalin sama gebetan kamu ya!" goda Yoga sebelum mereka keluar dari mobil. Sedangkan Samuel hanya tersenyum saja.
Samuel dan Yoga tiba di Future Design tepat saat jam makan siang. Saat itu banyak sekali karyawan yang keluar untuk makan siang. Baik Samuel maupun Yoga, masing-masing mencari gebetan mereka masing-masing.
Keduanya celingukan ke kanan dan ke kiri. Namun tidak menemukan gebetan mereka. Sampai akhirnya mereka melihat Alenka dan Maya sedang berjalan bersama dengan bos mereka.
Alenka dan Maya nampak akrab dengan Andreas. Mereka bahkan berjalan bersama saat keluar dari kantor.
"Bos mau kemana?" tanya Alenka.
"Bos nggak mau ikut makan siang? Saya traktir deh.." imbuhnya.
"Idih sok-sok'an, orang uang itu juga dari aku." sindir Andreas sambil tersenyum. Ia memang suka memancing amarah Alenka.
"Tapi itu kan bonus. Ya sudah jadi hak saya dong.." seru Alenka dengan kesal.
"Mau nggak saya traktir? Kalau nggak ya udah.." kata Alenka dengan manyun.
"Nggak ah.. Aku udah ada janji." jawab Andreas.
"Ciee yang mau kencan." olok Alenka dan Maya bersamaan.
"Kemarin aja bilangnya nggak mau, nggak suka, sekarang udah kencan aja." olok Alenka lagi.
"Tahu tuh si bos, nggak punya pendirian banget.." sahut Maya juga mengolok Andreas.
"Oh, ceritanya mengolok-olok bos ini? Oke, nanti aku minta bagian keuangan untuk potong gaji kalian." ucap Andreas tapi dengan tersenyum.
"Idih makin kesini makin nampakin wujud asli bos kejamnya." ledek Alenka lagi.
Akan tetapi, Andreas bukannya marah dengan dua karyawannya tersebut. Justru dia malah terbahak. "Biasa aja." katanya sembari mengusap wajah Alenka dengan tangannya.
"Pak Andreas! Tangannya bau trasi!" seru Alenka.
Lagi, lagi Andreas malah terbahak. Ia tidak bisa marah dengan kedua karyawannya tersebut. Lagi pula dia juga menikmati gurauan dari karyawannya.
"Ganteng-ganteng bau trasi." ledek Maya juga.
"Tahu tuh si bos.."
"Aku bukan mau menemui wanita yang kemarin. Tapi, aku ada janji dengan mama aku." kata Andreas.
"Oh..." gumam Alenka dan Maya secara bersamaan. Lalu mereka berdua terbahak karena bisa barengan padahal tidak janjian.
"Ya udah aku duluan. Kapan-kapan aja kalau traktir aku!"
"Keburu uangnya habis." gumam Alenka.
Andreas lalu masuk ke dalam mobil. Pada saat itu, Samuel dan Yoga bersembunyi dibalik mobil.
Sementara Alenka dan Maya pergi ke kafe depan kantor mereka. Kafe tempat biasa mereka makan siang. Seharusnya mereka juga bersama Sisil. Sayangnya, Sisil libur karena sakit.
"Pesan aja yang kak Maya mau!" kata Alenka.
"Aku juga mau ditraktir!" sahut seseorang yang tiba-tiba duduk disebelah Alenka.
Bukan hanya Alenka, namun Maya juga kaget dengan kemunculan Yoga dan Samuel bersama-sama.
"Yo..ga?"
"Sam..muel?"
Yoga dan Samuel pun bahkan duduk di sebelah mereka. Mereka sama-sama tidak menyangka jika mereka ternyata kenal satu sama lain.
"Ini gebetan kak Maya yang kak Maya ceritain? Aduh.." Maya menendang kaki Alenka. Lalu ia memberi kode dengan matanya agar diam.
"Jadi kamu sering ceritain aku ke teman-teman kamu?" Yoga tersenyum bahagia.
Samuel lalu memberi kode ke Yoga agar pindah tempat. Dia sepertinya ingin berduaan dengan Alenka. Yoga pun sangat paham kode itu. Ia segera mengajak Maya untuk menjadi meja lain.
"Kita pindah ke sebelah yuk!" ajak Yoga sembari memberi kode kepada Maya melalui gerakan kepalanya.
Maya yang paham akan kode tersebut. Kemudian pindah tempat duduk bersama dengan Yoga. Ia juga tak menyangka jika Samuel-lah orang yang mendekati Alenka.
"Kita pindah ke sebelah ya Al?" kata Maya.
"Kak Maya.. Ah.." Alenka mulai gugup karena Samuel terus menatapnya. Untung saja, teman-temannya tidak mengenali wajah Samuel. Mungkin mereka hanya tahu nama Samuel, tapi tidak dengan wajahnya.
"Kamu jadi traktir aku?" tanya Samuel.
"Pesan aja apa yang kamu mau!" jawab Alenka tidak ingin mengingkari janjinya.
"Kamu tahu apa yang aku suka."
"Udah lupa."
"Masa?"
"Mau pesan nggak? Kalau nggak ya udah.." Alenka selalu menghindari percakapan tentang masa lalu mereka.
"Iya. Tapi jangan marah." Samuel meraih tangan Alenka, tapi dengan cepat Alenka menarik tangannya.