Duda Ganteng Ku

Drtttt ...

Drtttt ...

"Halo Roy, ada apa?" tanya Revano sambil memegang ponsel di telinganya. Roy merupakan sekertaris pribadi Revano.

"Sebelumnya, Tante Lilis menelpon saya, besok akan ada anak baru yang ingin bekerja di kantor." jawab Roy menjelaskan, pasalnya perusahaan Revano itu baru saja di pegang Revano dari tiga bulan yang lalu.

"Kau urus saja, Roy. Saya sedang di kampus." sahut Revano.

"Weekeend begini masih sibuk sama kampus, Bos?" tanya Roy.

"Ya, Sebentar lagi saya ingin resign dari kampus." jawab Revano.

"Ya sudah, Bos. Nanti saya besok akan mengurus keperluan anak baru itu, karena di suruh oleh Tante Lilis." kata Roy.

"Siapa sih? seperti orang penting saja ckckck. Cukup berikan dia baju kantor saja tidak usah kau turuti perintahnya." Revano berdecak kesal.

"Tidak tahu, Bos. Saya sudah di perintahkan." kilah Roy.

"Ya sudah lah terserah kau saja, Roy. Taruh saja dia pada bagian OB." kata Revano lalu mematikan telepon nya.

***

Revano berjalan melewati loby kampus, banyak mahasiswa yang sedang berada di halaman tersebut. Di hari weekend ini, banyak mahasiswa yang sedang masuk kampus di karenakan sebentar lagi akan melewati masa terakhirnya yaitu mulai memasuki proses magang.

Pada beberapa kampus merupakan program wajib sebelum menyusun skripsi. Tidak lagi hanya mendengarkan teori di dalam kelas, mahasiswa di minta untuk terjun langsung, guna nya sambil belajar sambil membayangkan dunia pekerjaan yang asli seperti apa.

Setelah mengikuti proses magang, mahasiswa akan menghadapi yang namanya penyusunan skripsi, dosen pembimbing, mengikuti pra-sidang sampai sidang yang asli hingga mahasiswa dinyatakan lulus.

"Pak maaf, ini hadiah dari saya." ucap seorang wanita sambil menjulurkan tangan nya di depan Revano.

"Hadiah untuk?" Revano kembali bertanya.

"Eum, ya pokok nya untuk Bapak.Terima ya, Pak. Please ..." kata wanita itu.

"Aqila? Dari jurusan hukum?" tanya Revano setelah melihat mukanya.

Aqila pun mengangguk.

"Pak, pokoknya ini spesial banget dari dalam hati saya, Pak. Oh ya, saya dengar-dengar Bapak ingin resign ya, Pak? Kenapa tuh, Pak?" pertanyaan bertubi-tubi yang diberikan Aqila untuk Revano.

"Saya ingin menikah." kata Revano mengarang. Pasalnya ia sudah tidak mau di dekati mahasiswi nya karena pikir Revano mereka masih bocah, ia hanya mau layaknya Dosen dan murid seperti biasanya.

"Yah ... gagal dong, Pak." gumam Aqila sendu yang masih terdengar oleh Revano. Revano pun tersenyum miring karena alasan itu cukup membuat Aqila tersentak kaget.

Revano tahu bahwa banyak mahasiswi yang kagum kepadanya, karena ia merupakan Dosen terkece yang ada di kampus tersebut.

Suatu ketika Revano pernah membawa Aurel ke kampus, banyak mahasiswi yang kecewa kepada Revano karena sudah memiliki anak, tetapi setelah mendengar dari Dosen lainnya bahwa Revano sudah lama menduda, jadi banyak mahasiswi yang mengejar-ngerjar cinta Revano dengan berbagai alasan. Gelar Duda tidak layak lagi di mata para mahasiswi yang di ajar nya.

"Gagal apanya, Aqila?" tanya Revano terkikik geli.

"Em, anu Pak. Aduh ... ya patah hati sekampus dong, Pak." kata Aqila sambil menghembuskan nafas nya berat.

"Ya sudah saya terima ini, ya? Terimakasih!" kata Revano lalu mengambil yang ada di tangan Aqila, kemudian ia masuk ke dalam mobil di bagian pengemudi. Revano meninggalkan Aqila yang sedang terbengong di luar.

Bukannya Revano akrab dengan Aqila saja, tetapi Revano suka dengan hasil pembelajaran Aqila selama ini yang menurutnya sangat baik sekali, mulai dari laporan yang sangat rapih hingga rangkuman pun sangat singkat namun mudah untuk di pahami.

"Yeayyy ... akhirnya hadiah gue di terima juga nih sama Doce itu." kata Aqila bersorak girang lalu menyusul teman-temannya yang berada di kantin. Doce 'Dosen Kece'.

"Hey kalian, tau gak?" tanya Aqila kepada kedua teman nya.

"Ya mana gue tahu lah bego, gimana sih." jawab Chelsa.

"Tau tuh." ketus Citra.

"Hadiah gue di terima dong oleh Pak Revano. Uhh ... seneng banget gue." kata Aqila sambil mengguncangkan pundak Chelsa.

"Waw! Are you Serious?" tanya Citra kaget. Pasalnya ia melihat Revano itu lempeng lempeng saja dengan muka yang datar sudah seperti jalan tol.

"Iya lah lagian sikap pak Revano ke Aqila itu beda dari yang lain, mungkin kalo yang lain udah di tolak tuh." kata Chelsa.

"Kenapa ya?" tanya Aqila sendiri.

"Mungkin pak Revano suka sama lo tuh Qil." jawab Chelsa lagi.

"Aih ... tunggu-tunggu, gue tadi di kasih tau sama Bu Emil, Pak Revano ingin resign." kata Aqila. Kedua teman nya pun tak kalah kaget nya juga.

"Yang bener aja lo, Qil? nanti gak ada yang namanya cuci mata lagi dong kita ..." kata Citra sambil memukul pelan bahu Aqila.

"Iya, terus tadi Pak Revano mengiyakan katanya dia mau resign, terus tadi juga gue tanyain alasannya apa, eh malah dia mau nikah dong, sakit hati nih gue." kata Aqila menjelaskan.

"Aduh bukan lo aja yang sakit hati, gue juga nih mungkin se kampus kayak nya deh, Hahaha ..." kata Citra sambil tertawa.

"Ya bagaimana pun gue juga kagum cuma sekedar mahasiswi sama dosen nya saja sih, gue gak mau berharap lebih. Tahu sendiri gue sudah punya calon. Emang nya si Meli tuh ... yang gak tau malu, bisa-bisanya ngakuin dia calon istrinya, Hahaha ... sakit perut gue." kata Aqila.

"Kan si Meli itu matre." kata Chelsa sambil ikut tertawa juga.

"Iya, mana sudah di ledekin sekampus, cowo-cowo juga udah gedek ama dia, apalagi pak Revano ya ..." kata Citra menyambung.

"Gak tau malu tuh Meli." kata Chelsa.

"Lah emang si Meli punya malu, Chel?" tanya Aqila.

"Em, gatau sih, kayak nya gak deh ... Buktinya ada yang seger di mata langsung di hap kek ngarep banget gak sihh sist ... jatuhnya ngemis, kasian sih kasian tapi ya emang sifat dari diri sendiri yang bikin mereka-mereka pada gak suka, toh malah ngerendahin diri sendiri." kata Aqila sambil geleng-geleng kepala dengan tingkah Meli yang terkenal dengan sebutan wanita gatel di kampus nya itu.