(Gak jamin kalau kamu bakalan nangis bombay)
Audrey, seorang wanita pekerja keras yang mengabdikan hidupnya untuk karier. Dia tidak tampak tertarik dengan hubungan percintaan apalagi pernikahan. Di usia 28 tahun, ia bahkan tidak memiliki seorang kekasih ataupun teman dekat. Tidak ada yang tahu kalau Audrey menyimpan beban penyesalan masa lalu . Namun, kehidupannya yang tenang dan monoton mendadak berubah drastis ketika ia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, Sofia. Audrey tidak pernah menyangka kalau Sofia memintanya menikahi calon suaminya sendiri. Akankah pernikahan Audrey menjadi mimpi buruk atau justru kisah cinta terindah untuk seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07 Penyesalan Cinta Pertama (Part 2)
Dave mencoba menghubungi Audrey lewat telpon, namun Audrey tidak menanggapi. Di kampus, Audrey selalu pergi menjauh setiap kali Dave berusaha mendekatinya atau mengajak bicara.
"Tolong, beri aku waktu untuk sendiri," balas Audrey singkat ketika Dave mengirimkan pesan yang berisi permintaan maaf.
Audrey menghela nafas membaca pesan balasan dari Dave, "Aku gak akan berhenti mengejarmu sampai kamu menerima permintaan maafku, honey. Please, kita ketemuan. Aku mau menjelaskan semuanya."
Audrey menghempaskan dirinya di kursi. Sudah hampir dua minggu Dave berusaha keras untuk bertemu dan minta maaf. Sepertinya Dave memiliki niat yang tulus. Audrey berpikir mungkin ia harus memberikan satu kesempatan kepada Dave untuk bicara. Hatinya memang sangat sakit, tapi Audrey tidak bisa membohongi perasaannya kalau ia masih sayang kepada Dave.
Apa Dave sekarang benar-benar mencintaiku? Apa dia menyesal dengan semua perbuatannya? Aku harus tau yang sebenarnya, pikir Audrey dalam hati.
"Dave, kalau kamu ada waktu kita bisa bertemu di kafe Oxy besok Sabtu sore," ketik Audrey.
Dave langsung membalas pesan Audrey dengan cepat. "Aku pasti bisa, honey. Besok aku jemput ya. Thanks sudah memberiku kesempatan."
Audrey masih ragu apakah keputusannya ini benar atau salah. Tapi Audrey sadar bahwa ia tidak bisa membiarkan perasaannya terombang-ambing.
...****************...
"Dave, kenapa kamu mengajakku ke restoran seperti ini? Bukannya kita akan bicara di kafe Oxy?" tanya Audrey keheranan. Baru kali ini Dave mengajaknya ke restoran di kawasan apartemen elite.
"Aku sengaja mengajakmu kesini karena aku ingin minta maaf. Please, maafkan aku, honey. Aku mengaku sudah sangat sangat bersalah. Tapi aku sudah berubah, Drey. Aku sudah jatuh cinta padamu. Aku sadar gak bisa kehilangan kamu. Aku janji akan memperbaiki segalanya. Aku gak akan pernah menyakitimu lagi. Aku ingin kita tetap bersama. Apa kamu masih belum percaya dengan cintaku?"
Mata Audrey berkaca-kaca mendengar pengakuan Dave. Sorot mata Dave yang memohon membuat hati Audrey luluh. Tanpa disadarinya, Audrey menganggukkan kepala. Dave terlihat sangat senang dengan reaksi spontan Audrey yang sudah memaafkannya.
"Thank you, honey," ucap Dave sembari menggenggam erat tangan Audrey. "Nah, sekarang aku punya sebuah kejutan untukmu."
Dave berdiri dari meja menuju ke atas panggung pertunjukan musik yang ada di restoran itu. Ia mendekati pemain piano dan membisikkan sesuatu. Tak lama, alunan piano yang indah mengalun di telinga Audrey. Dave pun maju mengambil microphone, "Lagu ini untuk gadis yang paling kusayangi. Terimakasih sudah memberiku kesempatan," kata Dave mengarahkan matanya kepada Audrey. Dave mulai menyanyikan lagu Can't Help Falling In Love dengan suaranya yang merdu. Audrey tidak menyangka kalau Dave akan memberikan kejutan seromantis ini padanya. Mata Audrey kembali berkaca-kaca, ternyata keputusannya memaafkan Dave memang tepat. Dave sungguh mencintainya sekarang dan itu membuatnya bahagia. Audrey pun yakin untuk melupakan segala kesalahan Dave dan memulai kisah cinta mereka dari awal lagi.
Setelah menyelesaikan makan malam yang romantis, Dave menggandeng tangan Audrey dan menuntunnya masuk ke dalam mobil.
"Honey, kita mampir ke apartemenku dulu. Kepalaku sedikit pusing, aku mau minum obat sebentar. Apartemenku ada di sebelah restoran ini," tunjuk Dave ke arah bangunan apartemen yang ada di samping restoran.
"Tapi Dave, sebentar lagi aku harus pulang. Ibu dan Opa pasti sudah menungguku di rumah."
"Tenang, honey. Aku janji gak akan lama. Setelah minum obat, aku langsung mengantarmu pulang."
Karena tidak ingin berdebat, Audrey menyetujui permintaan Dave. Security apartemen yang bertugas nampaknya sudah sangat akrab dengan Dave. Tanpa banyak bicara, Dave mengajak Audrey ke lantai lima apartemen.
Dave meminta Audrey untuk menunggu di ruang tamu sementara Dave masuk ke dalam kamarnya. Apartemen itu didominasi interior berwarna coklat yang menunjukkan gaya maskulin. Audrey baru tau bahwa Dave tinggal sendirian di sebuah apartemen. Dengan memiliki apartemen sebagus ini, pastilah Dave anak dari keluarga terpandang.
"Honey, tolong kesini sebentar. Aku butuh bantuanmu. Obatku terselip entah kemana," teriak Dave dari dalam kamarnya. "Honey, tolong bantu aku sebentar supaya aku bisa segera minum obat dan mengantarmu pulang."
"Iya Dave, tunggu..."jawab Audrey dengan ragu-ragu. Audrey melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Ia hanya berpikir harus membantu Dave menemukan obatnya supaya bisa cepat pulang ke rumah. Audrey tidak mau ayah dan opanya menjadi cemas.
Aroma parfum maskulin tercium oleh Audrey ketika masuk ke dalam kamar Dave. Dave tersenyum melihat pacarnya itu telah berada di dalam kamarnya.
"Coba bantu aku cari obatnya di laci meja ini," kata Dave menunjukkan laci meja di hadapan Audrey. Tanpa membuang waktu, Audrey membuka laci dan mulai mencari obat sakit kepala yang dimaksud Dave. Ketika Audrey sedang sibuk mencari, Dave tiba-tiba memeluk Audrey dengan erat dari belakang. Ia menyibak rambut Audrey dan menciumi leher gadis itu dari belakang.
"Dave ada apa ini?" tanya Audrey panik.
"Sst, diamlah. Aku ingin menikmati keharumanmu,"
"Berhenti Dave, jangan seperti ini. Bukankah kita harus menemukan obatmu," kata Audrey coba menenangkan dirinya sendiri.
Dave tertawa senang mendengar kepolosan Audrey. Dengan gerakan cepat, Dave memutar tubuh Audrey dan mendorong gadis itu ke dinding kamar. Kedua tangan Dave mengurung Audrey hingga tidak mampu bergerak
Seringai licik tersungging di bibir Dave. "Kamu memang cewek terculun yang pernah aku kenal, honey. Kamu gampang sekali dibodohi. Aku pura-pura minta maaf dan kamu langsung percaya. Baru kamu gadis pertama yang berani minta putus dariku. Itu melukai harga diriku. Karena itu, kamu harus membayarnya dengan tubuhmu. Kamu sendiri yang bersedia masuk ke kamarku. Jadi, bukan salahku kalau aku akan menikmatimu malam ini," ucap Dave penuh kemenangan.
"Kamu sudah menipuku. Tolong lepaskan aku," jerit Audrey memohon.
Dave kembali menjawab dengan nada mengejek, "Sudah terlambat, gadis sombong. Setelah ini, kamu yang akan memohon-mohon untuk tetap menjadi pacarku. Kamu akan mengemis cinta padaku."
"Please, jangan lakukan ini..."
Bibir Audrey yang masih berteriak langsung dibungkam dengan ciuman kasar dari Dave. Tanpa menghiraukan Audrey, Dave terus ******* bibir gadis itu agar diam. Tangan Dave mulai menjelajahi bagian tubuh Audrey yang lain. Air mata Audrey mengalir membasahi kedua pipinya. Dalam keadaan putus asa, Audrey berusaha mencari cara untuk menyelamatkan dirinya dari Dave, sebelum mahkota yang ia pertahankan diambil oleh cowok itu. Audrey ingat bahwa kedua kakinya masih bebas. Ia pernah mengikuti ekstrakurikuler taekwondo semasa di bangku SMP dan tau bagaimana cara menendang lawan.
Ya, ini cara satu-satunya.
Aku harus mencoba, pikir Audrey mantap.
Dengan mengumpulkan segenap tenaga dan keberanian yang masih tersisa, Audrey langsung mengangkat kaki kanannya. Satu tendangan yang keras tepat menghujam kejantanan Dave. Cowok itu meringis kesakitan dan melepaskan cengkramannya. Audrey tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Secepat kilat, Audrey berlari keluar dari kamar Dave yang pintunya masih terbuka. Lalu, ia menuju ke ruang tamu dan menempelkan kartu akses agar pintu ruangan segera terbuka.
Terimakasih, Tuhan.
Pintunya bisa terbuka tanpa perlu password, batin Audrey bersyukur di dalam hati.
Masih berlari, Audrey menuju lift dan turun ke lobi.
Audrey melihat ke sekeliling dan kembali bersyukur melihat taksi online yang masih ada di seberang apartemen. "Ke Jalan Anyelir, Pak," kata Audrey sembari masuk ke dalam taksi. Audrey benar-benar merasakan bahwa Tuhan telah menolongnya kali ini.
aq lebih lebih & lebih padamu Reiner😍😍😍😍
emak" labil🤣🤣🤣