Nazeera, seorang wanita cantik dan pintar, hidup dalam kesendirian setelah di khianati dan tinggalkan oleh suaminya. Namun, kehidupannya berubah drastis setelah di pertemukan dengan pria tampan yang merupakan seorang Presdir sebuah perusahaan besar.
Devan, yang selalu memprioritaskan perusahaan nya di desak untuk segera menikah oleh ibu nya mengingat dengan usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga. Akhirnya ia memutuskan untuk menikahi Nazeera dan menjadikannya sebagai istri rahasia yang di sembunyikan dari publik.
Namun walau begitu, tetap saja Intan menjodohkan Devan dengan banyak wanita lain karena tidak pernah setuju dengan pernikahannya bersama Zeera.
Lalu bagaimana dengan Zeera? akankan ia bertahan pada pernikahan ke-dua nya? atau justru memilih untuk meninggalkan Devan karena selalu di benci oleh ibu mertuanya?
Yuk simak ceritanya . . .
jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak berupa like, komen dan gift ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Celine mendorong Devan ke atas ranjang yang sudah disiapkan sebelumnya bersama dengan Intan untuk menjebak Devan, putra nya sendiri. Dengan nakal nya, wanita itu membuka jas yang di kenakan Devan serta dasi dan juga kancing kemejanya.
Namun, Devan masih sadar, ia bisa melihat Celine dengan jelas dan bahkan menahan wanita itu untuk tidak menyentuhnya sama sekali.
"Keluar kamu dari sini!" Ucap Devan dengan dingin.
"Aku tau saat ini kamu gak nyaman bukan? Aku akan membantumu menyalurkan hasrat mu."
"Diam kamu Celine!" Lagi, Devan mendorong tubuh wanita itu.
Ia pun beranjak dari posisinya mengusir Celine keluar dari ruangan itu.
Sudah pukul sebelas malam, namun Devan masih belum juga pulang. Zeera yang tidak bisa tenang, hanya bisa mondar-mandir di dalam rumah dengan perasan yang begitu cemas, apalagi disaat nomor Devan tidak bisa di hubungi nya.
Ia mencoba menghubungi Aldi, namun juga tidak ada jawaban. Detik demi detik, Zeera terus menatap jam dinding yang terdengar cukup kencang di tengah sunyi nya malam.
Dalam kegelisahan nya, ponsel Zeera berdering, ia segera melihat pesan tersebut yang ternyata dari nomor baru yang mengirimkan beberapa foto Celine bersama Devan di dalam kamar hotel.
Zeera menggenggam erat ponselnya dengan tetesan air mata yang membasahi nya begitu saja. Setelah di khianati oleh suaminya, Zeera menjadi sosok yang lemah, ia bahkan hampir tidak percaya lagi dengan yang namanya pria. Namun setelah bersama Devan, ia merasa pria itu pengecualian.
"Gak mungkin Devan seperti itu, aku yakin ini semua hanya fitnah." Zeera menyeka air matanya dan kembali mencoba menghubungi Aldi.
Tuuttt ... Tuuuuttt ...
"Ku mohon angkat telpon nya." Gumam Zeera yang masih mondar-mandir.
Panggilan pertama tidak ada jawaban, namun setelah melakukan panggilan yang kedua kalinya, akhirnya Aldi menerima telfon dari Zeera.
["Hallo, Aldi, kenapa kau baru menerima telfon ku?"]
["Maaf Bu, ada apa ya?"]
["Apa yang terjadi pada Devan? Kenapa aku tidak bisa menghubunginya?"]
["Aku tidak bersama pak Devan malam ini, apa terjadi sesuatu padanya?"]
["Kenapa kau bertanya balik? cepat hubungi Dito!"]
["Maaf Bu, tapi Dito lagi bersama ku. Dia bilang pak Devan pergi membawa mobil sendiri."]
Zeera terdiam sejenak mendengar itu, "jika mereka tidak bersama Devan, apa foto itu benar?"
["Hallo, Bu Zeera? Kau masih disitu?"]
Tanpa menyahuti ucapan Aldi, Zeera menutup panggilan nya secara sepihak.
*
Pagi hari, Zeera terbangun sudah berada di dalam kamarnya, padahal ia ingat betul jika semalam ia tidur di atas sofa ruang tengah. Zeera segera beranjak dari tidurnya dan bergegas ke kamar mandi. Tidak lama, ia kembali dan keluar kamarnya menuju ruang makan.
Langkahnya terhenti ketika melihat sosok Devan yang sedang membuat sarapan di dapur sana. Perlahan, Zeera menghampiri pria itu dan berdiri di dekat lemari es sambil menatap suaminya.
"Pulang jam berapa?" Tanya Zeera membuat Devan menoleh.
"Kau sudah bangun?" Tanya balik Devan mencoba menyentuh istrinya.
Dengan segera Zeera menghindari suaminya dan mundur satu langkah dari sana.
"Kenapa? Maaf, semalam aku..."
"Tidur bareng Celine?"
"Bagaimana bisa kamu berpikiran seperti itu?"
Zeera membuka galery di ponselnya dan menujukkan foto-foto itu pada suaminya. Devan mengerutkan keningnya melihat itu, memang benar, di dalam foto tersebut adalah wajah Celine. Namun, tidak dengan pria yang di sedang bercumbu dengan nya, itu sama sekali bukan Devan.
"Editannya sungguh mulus, sampai terlihat benar-benar seperti asli." Ucap Devan tersenyum sinis.
"Kamu pikir aku akan percaya jika itu hanya editan?"
"Terus kamu berpikir jika itu asli?" Tanya balik Devan.
"Sekalipun aku harus berselingkuh, bukan wanita itu yang akan aku tiduri." Tegas Devan.
Mendengar kata-kata itu membuat Zeera kembali menitikkan air matanya. Bukan itu yang Zeera ingin dengar, ia benar-benar tidak menyangka jika Devan akan mengatakan hal seperti itu.
"Maaf, aku gak bermaksud untuk menyakiti mu. Sumpah demi apapun, aku gak berniat untuk bermain di belakang mu." Devan memegang kedua bahu Zeera dengan tatapan yang begitu dalam, "semalam aku emang di jebak oleh Celine, tapi aku gak tidur sama dia. Aku mengusirnya untuk keluar, percayalah." Sambung Devan dengan sungguh-sungguh.
Zeera yang semula menunduk, memberanikan diri untuk menatap Devan, meneliti sorot mata pria itu apakah dia sedang berbohong atau tidak.
Nyatanya, Zeera tidak menemukan kebohongan dalam sorot mata Devan. Ia pun mengangguk pelan dan memilih untuk percaya dengan ucapan suaminya itu.
Devan segera menarik Zeera kedalam pelukannya dan mengusap punggungnya dengan lembut, ia juga memberikan kecupan pada pucuk kepala istrinya yang memberikannya kenyamanan.
Devan melepaskan pelukannya dan menarik satu kursi disana, "duduklah, aku siapkan sarapan untuk mu."
Zeera hanya mengangguk dan tersenyum.
"Makanlah." Devan menaruh satu piring berisi sarapan untuk sang istri.
"Makasih."
**
"Lakukan tugas mu dengan baik." Ucap Celine yang kepada teman tidurnya.
"Siap sayang, jangan lupa dengan janji mu."
"Kau meragukan ku?"
"Tidak tidak ... Mana mungkin aku meragukan wanita seperti mu. Seorang putri dari pengusaha ternama.
Wanita itu tersenyum seraya memakai baju nya kembali, ia menaruh kartu milik nya di atas meja sebagai bentuk bayaran untuk pria yang sudah menemaninya.
"Jangan mencari ku jika tidak ada hal yang penting." Ucap Celine yang bergegas pergi.
Villa keluarga Erlangga
Dengan langkah gontai nya, Celine masuk kedalam rumah tersebut dan menghampiri Intan dengan raut wajah yang sumringah.
"Tante..." Sapa nya merangkul lengan Intan.
Intan pun tersenyum, "gimana semalam? kau menikmatinya?"
"Tentu, semalam menjadi malam yang sangat bergairah antara aku dan Devan. Ahh... Jadi gak sabar ingin segera menikah dengan nya." Sahut Celine yang sudah berimajinasi dengan khayalan nya sendiri.
"Kamu tenang saja, Tante akan segera mengurusnya." Sahut Intan.
Kedua wanita itu tertawa bersama, tanpa Intan tahu bahwa Celine sedang merencanakan sesuatu.
"Permisi Bu, tuan menyuruh ibu untuk ke ruang kerja nya." Ucap seorang pelayan di rumah itu.
"Kau tunggu sebentar disini, Tante temui om dulu." Ucap Intan yang bergegas pergi.
Setelah mengetuk pintu, Intan memutar kenop pintu tersebut dan mendorong nya perlahan. Ia mendapati Mahendra yang sedang duduk sambil menatapi layar komputernya.
"Apa lagi yang kamu rencanakan dengan nya?" Tanya Mahendra.
"Apa yang kau bicarakan ini? aku tidak merencanakan apapun." Sahut Intan.
"Cukup Intan! Kamu tidak bisa memaksa Devan lagi disaat dia sudah memiliki seorang istri." Tegas Devan.
"Kenapa? Bukannya semula kamu juga tidak mengakui pernikahan nya? kenapa sekarang tiba-tiba mendukungnya?"
"Apa yang menjadi pilihan Devan, itu yang terbaik untuknya sendiri. Dan belum tentu, pilihan kamu adalah yang terbaik untuknya!"
"Terserah! Aku cuma mau Devan mendapatkan yang terbaik dari segala sisi. Aku gak akan membatalkan pernikahannya dengan Celine!" Sahut Intan yang bergegas keluar.
"Dasar keras kepala!" Ujar Mahendra dengan kesal nya.
***
TBC. . .