Rahasia Istri Pengganti

Erdi, paman Erina menunggu keponakannya kembali lagi setelah urusannya selesai, dia di beritahu oleh dokter agar kakaknya segera di operasi. Setidaknya sampai besok pagi harus ada keputusan jelas dari pihak keluarga, yaitu dirinya atau Erina sendiri.

Erina segera menuju rumah sakit di mana ibunya di rawat dan akan di operasi, dia senang akhirnya kini bisa menyelamatkan ibunya. Tapi sedihnya setelah operasi itu selesai, dia harus pergi sesuai kesepakatan dengan Erika perempuan yang telah memberinya pilihan yang sulit dan pekerjaan yang cukup menantang.

"Erina, kamu sudah mendapatkan uang untuk operasi ibumu?" tanya Erdi paman Erina ketika gadis itu sampai di ruangan ibunya di rawat.

"Lakukan saja paman, ibu segera di operasi. Aku sudah mendapatkan uangnya, jangan khawatir," jawab Erina dengan napas terengah karena berjalan tergesa-gesa.

"Syukurlah, tapi dari mana kamu dapatkan uangnya?" tanya Erdi.

"Aku dapat pekerjaan baru paman, dan uangnya bisa di bayar di muka. Makanya aku bisa datang kesini dan ibu harus di operasi secepatnya." jawab Erina lagi.

"Baiklah, kamu harus menemui dokter untuk memberitahu jadwal operasi besok. Agar bisa di siapkan semuanya oleh ibumu," ucap erdi lagi.

Erina mengangguk, dia pun segera menemui dokter yang menangani ibunya. Dia harus secepatnya memberitahu kalau operasi besok bisa di lakukan.

_

Erina menunggu di depan ruang operasi dengan pamannya, dia merasa tegang dan takut kalau terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Dokter mengatakan penyakit di perutnya itu virus sudah menyebar, jadi harus secepatnya di operasi.

Gadis itu berjalan mondar mandir dengan gelisah, Erdi tahu kalau keponakannya itu sangat khawatir dengan ibunya. Begitu juga dengan dirinya.

"Erina, tenanglah. Dokter pasti menyelamatkan ibumu, kamu duduklah dengan tenang," ucap Erdi.

"Aku tidak bisa tenang paman, meski pun ibu sedang berjuang melawan penyakit dan dokter berusaha menyelamatkannya. Tapi aku tetap tidak bisa tenang sebelum semuanya selesai," kata Erina.

Erdi menghela napas panjang, dia tahu memang seperti itu jika menghadapi orang yang sedang di operasi.

Ponsel Erina berbunyi nyaring, dia terkejut dan segera mengambil ponselnya dari dalam tasnya. Di layar nama yang cukup membuatnya terkejut. Erika.

Erina melihat pada pamannya dan segera menjauh, memberitahu dengan isyarat kalau dia mau menjawab telepon lebih dulu.

"Halo?"

"Erina, kamu tahu kan perjanjian kita? Dua hari setelah operasi ibumu, kamu harus menjalankan perintahku," ucap Erika di seberang sana.

"Ya, aku tahu. Tapi tunggu ibuku sadar setelah operasi, aku akan memberitahunya kalau aku harus bekerja di luar negeri," jawab Erina menarik napas panjang karena berat sekali dengan keputusan itu.

"Hmm, baiklah. Aku akan meneleponmu lagi dalam dua hari, by Erina. Hahah!"

Klik!

Sambungan telepon terputus, Erina menatap ponselnya. Sedikit kesal juga kenapa dia harus di teror oleh Erika, perempuan yang sangat mirip dengannya itu.

"Kenapa aku harus menerima pekerjaan ini?" gumamnya.

Dia memejamkan matanya, menyadari kalau tidak ada pilihan lain selain mau menerima tawaran Erika itu. Menjadi istri dari seorang suami kaya raya di luar kota. Dia membuka matanya menatap pamannya yang masih menunggu operasi ibunya selesai.

Gadis itu berjalan mendekati pamannya, merasa gelisah karena operasi belum juga selesai. Sudah tiga jam operasi tapi belum ada tanda-tanda pintu ruang operasi terbuka.

"Ibumu pasti sembuh Erina, paman yakin itu. Kamu jangan khawatir," ucap Erdi.

"Iya paman, semoga saja operasinya berhasil," kata Erina.

Keduanya saling diam menenangkan pikiran dan hati masing-masing, lalu setelah tiga jam setelah akhirnya pintu ruang operasi terbuka. Suster mendorong bangsal di mana ibu Erina terbaring setelah operasi itu menuju ruang rawat inap. Erina dan pamannya mengikuti kemana suster membawa ibunya.

Hati Erina cukup lega setelah ibunya selesai operasi.

"Paman sudah bilang, ibumu itu kuat dan pasti operasinya baik-baik saja," kata Erdi lagi.

"Iya paman, terima kasih paman selalu membantuku dalam mengurus ibu."

"Kamu itu bicara apa, ibumu kan kakak paman juga. Jadi paman harus menjaga kakakku sendiri, dan kamu jangan khawatir untuk itu," kata Erdi.

"Iya paman, setelah ini aku mau bicara penting dengan ibu masalah pekerjaanku, karena tadi bosku menelepon agar aku segera berangkat kerja dua hari lagi," kata Erina.

"Kamu jangan dulu bicara dengan ibumu, biarkan ibumu sembuh dulu. Baru nanti di bicarakan masalah pekerjaan itu," ucap pamannya.

"Tapi aku harus segera berangkat paman, tidak bisa di tunda lagi. Uang untuk operasi itu adalah uang muka pekerjaanku, beruntung bosku itu memberikan uang muka. Makanya ibu bisa di operasi secepatnya," kata Erina.

"Ya paman tahu, tapi ingat kamu harus hati-hati bicara dengan ibumu. Karena dia belum sembuh juga."

"Iya paman, aku tahu."

Setelah suster merapikan ruangan yang di tempati ibu Erina, gadis itu masuk ke ruangan tersebut. Di ikuti pamannya, menunggu di depan bangsal ibunya yang masih belum sadar dari pasca operasinya.

_

_

******