Seoul tidak pernah tidur, tetapi bagi Han Ji-woo, kota ini terasa seperti sedang koma.
Di bawah gemerlap lampu neon Distrik Gangnam, Ji-woo duduk di bangku taman yang catnya sudah mengelupas, menatap layar ponselnya yang retak. Angin musim gugur menusuk jaket tipisnya yang bertuliskan "Staff Event". Dia baru saja dipecat dari pekerjaan paruh waktunya sebagai pengangkut barang bagi para Hunter (pemburu).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kiamat ekonomi
LELANG MENGHANCURKAN HARGA
Han Ji-woo melayang di udara, Palu Gadai Raksasa di bahunya bersinar dengan aura hitam pekat yang menyedot cahaya di sekitarnya. Di hadapannya, Interest Rate Dragon (Naga Suku Bunga) meraung, tubuh emasnya memancarkan panas keserakahan.
"Kau tidak bisa menghancurkanku!" suara Mammon menggema dari mulut naga. "Aku adalah akumulasi dari seluruh keinginan makhluk hidup! Semakin kau melawan, semakin tinggi nilaiku!"
Naga itu menyemburkan nafas api berupa aliran data saham yang panas membara.
Ji-woo tidak menghindar. Dia mengayunkan palunya.
"Siapa bilang aku mau melawanmu? Aku mau MENJUALMU!"
SKILL: DEPRESIASI ASET (PENYUSUTAN NILAI).
DUNG!
Palu itu menghantam moncong naga. Tidak ada ledakan fisik.
Namun, sebuah angka raksasa muncul di atas kepala naga itu.
[MARKET VALUE]
Awal: ∞ (Tak Terhingga).
Efek Pukulan: Barang Bekas / Second Hand.
Nilai Baru: -50% (Diskon Cacat Fisik).
"AAAARGH!" Mammon menjerit. Bukan karena sakit, tapi karena valuasi-nya turun.
Sisik emas di wajah naga itu berubah kusam menjadi timah berkarat.
"Barang yang sudah dipukul itu barang reject, Mammon!" teriak Ji-woo.
Ji-woo berputar di udara, melakukan serangan bertubi-tubi.
Setiap hantaman palu diiringi teriakan sistem.
DUNG! "Tidak ada Garansi!" (Nilai turun 10%).
DUNG! "Model Tahun Lalu!" (Nilai turun 20%).
DUNG! "Made in China Palsu!" (Nilai turun 30%).
Tubuh naga yang tadinya sepanjang 100 meter mulai menyusut dan keropos. Emas berlian rontok menjadi debu kapur.
Mammon panik. "Hentikan! Kau merusak pasar! Kau membuat inflasi negatif!"
"Yuna!" teriak Ji-woo ke bawah. "Tawar harganya!"
Yuna, yang sedang menghapus air mata di pipinya (masih sedih kehilangan 10 Triliun), mengerti tugasnya. Dia mengambil mikrofon arena yang tergeletak.
"Hadirin sekalian!" suara Yuna bergema ke seluruh stasiun luar angkasa. "Lihatlah Naga ini! Sisiknya palsu! Nafasnya bau saham gorengan! Siapa yang mau beli rongsokan ini?!"
Valerius ikut berteriak. "Analisis teknikal menunjukkan tren bearish! Jual sekarang sebelum jadi nol!"
Psikologi massa bekerja. Ribuan alien yang menonton lewat layar di seluruh galaksi mulai panik. Mereka menarik investasi mereka dari Sistem Mammon.
Grafik hologram di langit terjun bebas. Garis merah menukik tajam ke bawah.
TITIK NOL (ZERO POINT)
"TIDAAAAK! LIKUIDITASKU!" Mammon meraung putus asa. Tubuh naganya kini tinggal tulang-belulang besi tua yang reyot.
Ji-woo mendarat di atas kepala tengkorak naga itu. Dia mengangkat palunya tinggi-tinggi untuk final blow.
"Waktunya tutup buku, Kalkulator Sialan."
ULTIMATE SKILL: BLACK MONDAY (HARI SENIN KELABU).
Efek: Memaksa target mengalami kebangkrutan total.
KRAK!!!
Palu itu menghantam dahi Mammon.
Gelombang kejut hitam menyebar ke seluruh Planet Bazar-X, lalu ke seluruh sektor galaksi.
Semua layar hologram yang menampilkan angka uang... mati.
Semua saldo di rekening bank digital... terhapus.
Semua utang... lunas.
THE GREAT RESET.
Naga itu hancur menjadi serpihan data biner (0 dan 1) yang menghilang di udara.
Wajah merah Mammon di layar raksasa berkedip-kedip, lalu berubah biru (Blue Screen of Death).
[SYSTEM ERROR]
Economy.exe has stopped working.
Rebooting in Safe Mode...
Status Alam Semesta: BARTER SYSTEM (Kembali ke Jaman Batu).
Ji-woo mendarat di lantai arena yang kini sunyi.
Palu gadainya menyusut kembali menjadi batu bata biasa.
Dia melihat sekeliling.
Para alien bingung menatap gadget mereka yang mati.
The Collector (si tikus alien) menangis karena hartanya hilang.
Tapi di sisi lain, para budak yang dirantai bersorak gembira karena utang harga diri mereka terhapus.
Ji-woo tersenyum puas.
"Dunia tanpa uang. Damai sekali."
Tiba-tiba, dari tumpukan data sisa tubuh Mammon, sebuah benda berkilauan jatuh.
Tring!
Ji-woo memungutnya.
Itu adalah sebuah tiket emas fisik. Benar-benar emas, bukan hologram.
[THE GOLDEN TICKET]
Voucher Mudik Antar-Dimensi.
Valid untuk: 3 Penumpang + Bagasi.
"Hah," Ji-woo tertawa kecil. "Ternyata si Kodok itu tidak bohong. Barang ini ada di dalam perut naga."
JALAN PULANG
Yuna dan Valerius berlari menghampiri Ji-woo.
"Bos!" Yuna terlihat campur aduk antara senang (hidup) dan depresi (miskin). "Kita... kita menghancurkan ekonomi galaksi. Kita mungkin jadi buronan nomor satu."
"Salah," koreksi Valerius sambil membetulkan dasinya. "Karena tidak ada lagi uang untuk membayar bounty hunter, secara teknis, kita bebas. Tidak ada yang mau mengejar buronan secara sukarela tanpa bayaran."
Ji-woo menunjukkan tiket emas itu.
"Dan kita punya tiket pulang."
"Tunggu," kata Valerius. Dia menatap tiket itu. "Tiket itu butuh Terminal Gate khusus. Dan satu-satunya Gate yang tersisa adalah..."
Valerius menunjuk ke arah puing-puing singgasana The Collector.
Di sana, ada sebuah pintu portal tua yang tertutup debu. Di atasnya ada tulisan: "EXIT TO EARTH".
Tapi ada masalah.
Di depan pintu itu, berdiri sebuah mesin tiket (Turnstile) kuno.
Layar mesin itu menyala.
[BIAYA ADMINISTRASI GERBANG]
Tiket Diterima.
Biaya Tambahan (Pajak Bea Cukai): 10.000 Won (Uang Tunai Bumi).
Ji-woo, Yuna, dan Valerius terdiam.
Mereka baru saja menghancurkan ekonomi galaksi senilai ribuan triliun.
Mereka punya tiket legendaris.
Tapi mereka butuh uang receh 10.000 Won.
"Yuna?" Ji-woo menoleh.
"Saldo saya 0, Bos. Kan tadi dipakai beli utang."
"Valerius?"
"Dompet saya diambil Bos kemarin."
Ji-woo merogoh sakunya sendiri. Kosong. Hanya ada batu bata dan serat kain.
Mereka terjebak di luar angkasa karena kurang ceban (sepuluh ribu).
"Ini konyol," Ji-woo tertawa histeris. "Kita dewa perang, penghancur sistem, tapi tidak bisa pulang karena kurang ongkos angkot?"
Tiba-tiba, si tikus alien (mantan The Collector) merangkak mendekat. Dia memegang sesuatu di tangan kecilnya.
Sebuah lembaran uang kertas 10.000 Won yang lecek.
Itu adalah uang "Barang Antik" yang dia simpan sebagai koleksi.
"I-ini..." cicit tikus itu. "Ambil ini... Asalkan kalian pergi dari planetku selamanya. Tolong."
Ji-woo mengambil uang lecek itu. Dia menatap tikus itu dengan haru.
"Terima kasih, Tuan Tikus. Kau adalah investor terbaik hari ini."
Ji-woo memasukkan uang itu ke mesin.
CETEK.
Lampu berubah hijau. Portal terbuka, menampilkan pemandangan Sungai Han di malam hari.
"Ayo pulang," ajak Ji-woo.
Mereka bertiga melangkah masuk ke dalam cahaya.
EPILOG ARC 3 : KEMBALI KE RUTINITAS
Lokasi: Sungai Han, Seoul.
Waktu: 1 Detik setelah mereka pergi (Relativitas Waktu).
Ji-woo, Yuna, dan Valerius (yang kini berwujud manusia normal karena sistem penyesuaian dimensi) mendarat di rumput taman.
Suasana tenang. Orang-orang masih berpacaran dan makan ramen di pinggir sungai.
Tidak ada yang tahu bahwa tiga orang gembel di rumput ini baru saja me-reset ekonomi satu galaksi.
"Kita kembali," desah Yuna lega, mencium bau polusi Seoul yang familiar.
Ponsel Ji-woo bergetar. Sistem Mutual Wealth-nya kembali online dengan mode Reboot.
[SISTEM REBOOT SELESAI]
Selamat Datang Kembali di Bumi.
Laporan Misi:
Ekonomi Galaksi: Hancur.
Ancaman Mammon: Netral.
Utang Anda: LUNAS.
SALDO ANDA SAAT INI: 0 Won.
Ji-woo tersenyum. Akhirnya. Nol. Titik seimbang. Dia kuat, sehat, dan bebas utang.
Namun, notifikasi lain muncul. Sebuah pesan teks biasa (SMS).
[TAGIHAN AIR PDAM]
Pelanggan Yth, Han Ji-woo.
Tagihan air panti asuhan menunggak 3 bulan.
Total: 450.000 Won.
Mohon segera bayar atau meteran dicabut besok.
Ji-woo menatap layar ponselnya.
Dia baru saja melawan naga emas, menghancurkan AI dewa, dan selamat dari lubang hitam.
Tapi sekarang, dia gemetar ketakutan melihat tagihan air.
"Yuna..." suara Ji-woo bergetar.
"Ya, Bos?"
"Kita butuh pekerjaan. Cepat."
Di kejauhan, di atas gedung pencakar langit tertinggi Seoul, sesosok bayangan mengamati kepulangan mereka.
Sosok itu memegang sebuah buku catatan hitam.
"Han Ji-woo telah kembali," gumam sosok itu. "Dan dia membawa serta Kekacauan dari luar angkasa. Waktunya membuka Arc 4."
Sosok itu menutup bukunya. Judul buku itu:
[BUKU HUTANG NYAWA (THE DEATH DEBT NOTE)]