NovelToon NovelToon
Pedang Terkutuk Pemulung Misterius

Pedang Terkutuk Pemulung Misterius

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Roh Supernatural / Pusaka Ajaib / Balas Dendam
Popularitas:899
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

"Takdirnya ditulis dengan darah dan kutukan, bahkan sebelum ia bernapas."

Ling Yuan, sang pewaris yang dibuang, dicap sebagai pembawa kehancuran bagi klannya sendiri. Ditinggalkan untuk mati di Pegunungan Sejuta Kabut, ia justru menemukan kekuatan dalam keterasingan—dibesarkan oleh kuno, roh pohon ajaib dan dibimbing oleh bayangan seorang jenderal legendaris.

Kini, ia kembali ke dunia yang telah menolaknya, berbekal dua artefak terlarang: Kitab Seribu Kutukan dan Pedang Kutukan. Kekuatan yang ia pegang bukanlah anugerah, melainkan hukuman. Setiap langkah menuju level dewa menuntutnya untuk mematahkan satu kutukan mematikan yang terikat pada jiwanya. Sepuluh tahun adalah batas waktunya.

Dalam penyamarannya sebagai pemulung rendahan, Ling Yuan harus mengurai jaring konspirasi yang merenggut keluarganya, menghadapi pengkhianat yang bersembunyi di balik senyum, dan menantang takdir palsu yang dirancang untuk menghancurkannya.

Akankah semua perjuangan Ling Yuan berhasil dan menjadi Dewa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 Penemuan Di Lembah Rongsokan.

Malam itu, bulan sabit memotong langit Kota Kekaisaran menjadi dua bagian: kemewahan yang bersinar di atas, dan kegelapan yang busuk di Lembah Rongsokan. Ling Yuan berdiri di perbatasan selatan, jubah pemulungnya berpadu sempurna dengan bayangan. Rencananya telah ditetapkan, dan energi tersegel di tubuhnya terasa seperti sungai yang mendidih di bawah es tipis.

“Waktunya, Nak,” desis Jendral Mao. Suaranya terdengar mendesak, hampir seperti getaran logam yang berkarat. “Kau harus cepat. Gangguan yang kau ciptakan tidak akan bertahan lama. Nafsu Geng Besi akan segera menuntun mereka kembali.”

Ling Yuan mengangguk, tanpa suara. Ia telah menghabiskan sebagian besar harinya mempelajari pola patroli Geng Besi. Mereka menyimpan barang-barang curian paling berharga di bawah tumpukan baja tua yang sangat besar, dijaga oleh dua preman yang lebih malas daripada waspada.

Menggunakan kecerdasan yang ia dapatkan dari Kitab Seribu Kutukan—yang juga merupakan risalah tentang taktik perang dan manipulasi mental—Ling Yuan menyalurkan sedikit energi spiritualnya yang tersembunyi. Bukan untuk serangan fisik, tetapi untuk resonansi frekuensi.

Ia menargetkan pilar penopang di bawah tumpukan baja. Itu adalah pekerjaan yang membutuhkan presisi tingkat Dewa, menyentuh material tanpa mematahkan segelnya sendiri. HMMM... Getaran halus merambat dari ujung jarinya, menembus tanah yang terkontaminasi. Getaran itu meresonansi dengan titik lemah struktural baja yang sudah keropos.

Beberapa detik kemudian, jauh di utara, terdengar suara gerungan yang mengerikan, seperti raksasa yang batuk besi. KREEEKKK!

Tumpukan baja itu tidak roboh seluruhnya, tetapi bergeser secara dramatis, menjebak beberapa karung berharga Geng Besi. Alarm meledak di seluruh Lembah Rongsokan. Dua penjaga yang malas langsung panik dan berlari ke arah sumber kekacauan, berteriak meminta bantuan.

Ling Yuan tidak menunggu. Ia bergerak seperti asap, melintasi zona berbahaya yang kini kosong. Ia berlari melintasi rongsokan yang berbau karat dan minyak, menuju ke utara, ke area yang ditandai Geng Besi sebagai ‘zona mati’—sebuah wilayah yang mereka abaikan karena tidak menghasilkan keuntungan, namun mereka jaga agar tidak ada orang lain yang melihatnya.

Saat ia mendekat, udara berubah. Dingin yang menusuk menggantikan panas kotor lembah. Bukan dingin alami, melainkan dingin yang berasal dari kedalaman spiritual. Ling Yuan merasakan getaran yang sangat kuat di jiwanya, seolah-olah magnet raksasa sedang menarik intinya.

“Kau merasakannya, Guru Mao?” tanya Ling Yuan dalam benaknya.

“Ya. Itu dia. Gudang itu. Ia memanggil Pedang Kutukan yang ada di dalam dirimu. Warisanmu berjarak seratus langkah, Ling Yuan. Tapi hati-hati. Aura kutukan itu begitu padat, bahkan bayangan pun bisa terpotong di sana.”

Gudang itu berdiri tegak, ironisnya, di tengah tumpukan sampah yang paling tidak berguna. Bangunannya terbuat dari batu abu-abu tua, bukan bata merah biasa di Kota Kekaisaran. Atapnya telah lama runtuh di beberapa bagian, dan pintunya terbuat dari kayu yang tampak seperti kulit mati, diselimuti lumut tebal.

Ini adalah gudang yang diabaikan. Gudang yang dilupakan. Dan itu adalah pusat saraf dari takdir Ling Yuan.

Dia berjalan ke depan. Langkah kakinya, yang biasa lincah dan tanpa suara, kini terasa berat. Energi kutukan yang terpendam di dalam dirinya mulai bereaksi liar, memaksa segel yang dipasang Jendral Mao untuk bekerja keras. ZZZT! Ling Yuan merasakan denyutan tajam di dadanya, seperti jarum es yang menusuk.

Ia berhenti di depan pintu kayu tua. Permukaannya dingin, tetapi Ling Yuan bisa merasakan panas yang luar biasa dari aura sihir kuno yang melindunginya. Sihir itu bukan sihir Kekaisaran; itu adalah sihir yang sangat tua, berasal dari zaman sebelum Dinasti Yang berkuasa.

Ling Yuan mengangkat tangannya yang kotor oleh debu pemulung dan menyentuh kayu itu. Seketika, getaran kosmik menjalari seluruh tubuhnya. Visi singkat menyerbu benaknya: kilatan pertempuran kuno, darah yang mengering di atas batu nisan, dan sosok Jendral Mao muda yang sedang mengukir sesuatu di atas batu. Jenderal muda yang tampan dan sangat gagah berani.

“Ini adalah Penjara Roh,” jelas Mao, suaranya dipenuhi resonansi. “Aku yang menyegelnya setelah aku dibuang. Aku harus memastikan bahwa warisan ini tidak akan jatuh ke tangan yang salah. Hanya darah Yang yang benar-benar terkutuk, sepertimu, yang bisa membukanya.”

Ling Yuan menarik napas dalam-dalam. Ia menyadari bahwa ia tidak perlu mendobrak pintu ini. Pintu ini telah menunggu kedatangannya selama sepuluh tahun.

Ia membiarkan energi bangsawan Yang yang tersembunyi di dalam dirinya merayap keluar, bercampur dengan energi kutukan yang mematikan. Itu adalah kombinasi yang berbahaya, namun diperlukan. Energi itu menyentuh pintu, dan sihir kuno itu langsung bereaksi.

KRRRAKKK!

Lumut dan debu berjatuhan dari permukaan pintu. Garis-garis energi emas dan hitam muncul, berputar-putar dalam pola yin-yang yang aneh, sebelum garis-garis emas itu layu, meninggalkan dominasi kegelapan.

Pintu itu terbuka dengan gerungan lambat, seperti napas terakhir dari sesuatu yang telah lama mati. Suara engsel yang berkarat itu terdengar begitu keras di tengah keheningan Lembah Rongsokan yang kini sunyi karena Geng Besi sibuk dengan kekacauan di selatan.

Ling Yuan melangkah masuk. Interior gudang itu mengejutkan. Di luar, itu adalah reruntuhan. Di dalam, itu adalah kuil yang bobrok.

Cahaya bulan yang masuk melalui lubang di atap hanya menerangi debu yang menari-nari. Namun, di tengah ruangan, ada aura yang memancar. Itu bukan cahaya fisik, tetapi energi murni yang terasa sangat tua, memancarkan kengerian dan kemuliaan secara bersamaan.

Di atas alas batu yang pecah, terbungkus dalam kain yang telah hancur dimakan waktu, terbaring dua benda: Kitab Seribu Kutukan yang terlindungi oleh sihir kuno dan Pedang Kutukan Mao yang berkarat.

Kitab itu tampak seperti kulit kuno yang dilipat berkali-kali, tidak memiliki judul, tetapi energi yang dipancarkannya begitu kuat hingga Ling Yuan bisa merasakan kepalanya berdengung. Ini adalah pengetahuan yang dilarang, kunci untuk mematahkan nasibnya, tetapi juga jalan menuju kehancuran total.

Dan di sampingnya, Pedang Kutukan. Itu tampak biasa saja, pedang panjang yang berkarat parah, gagangnya terbuat dari batu gelap tanpa hiasan. Tapi ketika mata Ling Yuan tertuju padanya, semua indranya berteriak. Pedang itu adalah inti dari semua penderitaan dan kekuatan yang ia bawa.

Getaran yang ia rasakan sepanjang sepuluh tahun pelatihan kini memuncak. Pedang itu, warisan berdarah yang disembunyikan oleh gurunya, memanggilnya dengan teriakan spiritual yang membungkam semua suara lain di dunia.

Ling Yuan melangkah mendekat. Saat ia mencapai alas batu itu, ia merasakan jiwanya tertarik. Ini bukan hanya penemuan; ini adalah penemuan kembali takdir. Di sinilah, di tengah rongsokan dunia fana, ia akan menerima beban warisan yang bisa menghancurkan atau menyelamatkan seluruh Kekaisaran.

“Sentuhlah, Ling Yuan,” perintah Mao. “Sentuhlah Kitab itu, dan biarkan aku mengambil tempatku yang sebenarnya.”

Ling Yuan mengulurkan tangan. Saat jarinya hampir menyentuh Kitab Seribu Kutukan, energi gelap dari Pedang Kutukan tiba-tiba meluap, memancarkan gelombang kejut yang murni dan mematikan. Ling Yuan tahu, begitu ia menyentuhnya, hidupnya sebagai pemulung bisu akan berakhir, dan ia akan memulai penjelmaannya sebagai penerus Pedang Terkutuk. Warisan berdarah yang harus dia lanjutkan....

Tanpa ragu, Ling Yuan menutup jarak itu. Tangannya langsung menyentuh kulit kuno Kitab itu ....

1
Nanik S
Cukup menarik diawal
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih sudah mampir kakak. semoga suka. ikuti kisah author yang lain juga. thx all. lope lope sejagat😍🙏👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!