NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM SANG IBLIS SURGAWI

BALAS DENDAM SANG IBLIS SURGAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Transmigrasi / Fantasi Timur / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Zen Feng

Guang Lian, jenius fraksi ortodoks, dikhianati keluarganya sendiri dan dibunuh sebelum mencapai puncaknya. Di tempat lain, Mo Long hidup sebagai “sampah klan”—dirundung, dipukul, dan diperlakukan seperti tak bernilai. Saat keduanya kehilangan hidup… nasib menyatukan mereka. Arwah Guang Lian bangkit dalam tubuh Mo Long, memadukan kecerdasan iblis dan luka batin yang tak terhitung. Dari dua tragedi, lahirlah satu sosok: Iblis Surgawi—makhluk yang tak lagi mengenal belas kasihan. Dengan tiga inti kekuatan langka dan tekad membalas semua yang telah merampas hidupnya, ia akan menulis kembali Jianghu dengan darah pengkhianat. Mereka menghancurkan dua kehidupan. Kini satu iblis akan membalas semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zen Feng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15: JANJI DI HUTAN

"Kau tidak perlu menemaniku sampai sini."

Suara Yaohua terdengar pelan, seakan ingin terdengar dingin, namun samar-samar ada nada ragu di dalamnya.

Mo Long menggeleng. Senyum tipis terlukis di bibirnya. "Aku ingin lebih dekat denganmu."

Wajah Yaohua seketika memerah. Ia menunduk cepat, pura-pura sibuk mencari tanaman obat di tanah lembap.

Sementara itu, Hu Wei mengawasi dari atas batang pohon besar. Matanya tajam menyapu sekeliling, siaga pada kemungkinan ancaman.

"Bukankah kau tidak bisa bertarung sementara waktu?" Tanya Yaohua. Suaranya terdengar khawatir meski ia berusaha menyembunyikannya. "Berbahaya jika kau mengikutiku ke hutan."

"Tidak perlu cemas." Jawab Mo Long ringan sambil melangkah lebih dekat. "Haikun belum tahu soal kedekatan kita."

Yaohua hampir tersedak oleh ucapannya. Ia buru-buru menunduk lebih dalam, lalu mengirim transmisi suara Qi.

'Jangan salah paham. Setelah apa yang kita lakukan semalam, bukan berarti kita jadi sedekat itu, bocah.'

Mo Long terkekeh dalam hati, lalu membalas dengan nada menggoda melalui Qi. 'Bukankah sudah jelas kita saling tertarik?'

Yaohua menoleh cepat. Wajahnya seakan kesal, tapi rona merah di pipinya justru mempertegas rasa malunya.

Mo Long melanjutkan dengan nada datar. "Lagipula, jika ada pendekar Qi menyerangku, ada Hu Wei yang melindungi. Dan ada seorang wanita kuat di sampingku."

Tawa lirih meluncur dari bibir Yaohua. "Aku bukan seorang pendekar Qi lagi."

Mo Long terdiam sejenak. Matanya menyipit, mengamati punggung wanita di hadapannya.

'Jadi benar... dialah wanita yang dulu melawanku di perguruan Wudang. Tatapan tajam nan berani itu... aku masih mengingatnya.'

Senyum tipis muncul di bibirnya.

'Wanita ini berbakat dan berpengalaman. Dengan teknik penyembuhan dan pengetahuan racunnya... aku membutuhkannya.'

Yaohua menghela napas sambil menggali beberapa akar tanaman. "Aku jauh lebih tua darimu. Jadi, jangan menggodaku."

Mo Long menyeringai. "Bukankah kau dulu yang menindihku saat aku tak sadarkan—"

PLAK!

Sebuah cangkul kecil melayang tepat ke arah wajah Mo Long. Lelaki itu menangkis dengan punggung tangan, tapi tawanya malah pecah.

"Diamlah, dasar bocah kurang ajar!" bentak Yaohua, wajahnya merah padam.

Dari atas pohon, Hu Wei menghela napas panjang. 'Tuan Muda... seleramu memang aneh.'

Mereka kembali berjalan menyusuri hutan. Daun basah bergemerisik di bawah kaki. Aroma tanah basah bercampur herbal memenuhi udara.

"Siapa yang akan kau sembuhkan dari racun Qi Bayangan?" Tanya Yaohua tiba-tiba. Suaranya lembut namun penuh selidik. "Apa kau pernah melukai orang tak bersalah?"

Mo Long menjawab singkat. "Bukan aku yang melukainya. Tapi aku butuh bantuannya."

Kening Yaohua berkerut. Ia menatap Mo Long, mencoba menebak siapa yang dimaksud.

"Di mana sebenarnya Haikun?" Tanya Mo Long. Nada suaranya sedikit lebih dalam, lebih serius.

Yaohua menggeleng pelan. "Aku tidak tahu. Aku bahkan tak pernah melihatnya lagi sejak dia pergi membawa anakku."

Ia berhenti sebentar, menatap tanah.

"Seorang pendekar Qi yang berada di bawah pengaruh kendalinya... sebelum mati karena efek samping, ia sadar sejenak dan menunjuk ke arah timur. Itu saja petunjuk yang kumiliki."

Tangannya meremas akar yang baru saja dicabut.

"Efek pengendalian pikiran itu hanya sementara. Kata tabib yang kuikuti, semakin kuat seorang pendekar Qi, semakin sulit ia bisa dikendalikan, semakin cepat pula durasi pengendalian pikirannya."

Mo Long tersenyum samar.

'Jadi, aku hanya perlu bertahan sedikit lebih lama, saat pendekar yang menyerang sadar, aku bisa tau posisi Haikun berada. Tapi, untuk memancing Haikun aku harus…'

Tiba-tiba ia melangkah lebih dekat. Wajahnya menunduk tepat di telinga Yaohua. Suaranya dalam dan menggema lirih.

"Izinkan aku menjadi kekasihmu, Nona Yaohua."

Yaohua tersentak. Tubuhnya kaku. Ia menoleh dengan wajah panik, menatapnya tak percaya.

"Apa... kau serius? Setelah semua yang kuceritakan... kau tidak takut?"

Mo Long menyeringai. "Apakah kau tak mendengar kabar? Peserta tercepat yang lolos ujian kelayakan pendekar di Kota Long Ya... itu aku."

Wajah Yaohua berubah serius. "Kau memang hebat. Tapi kau masih muda. Pertarungan sesungguhnya... bukan sekadar ujian. Ini soal hidup dan mati."

"Aku hanya ingin membuatmu terbebas dari penderitaanmu." Jawab Mo Long datar.

Yaohua menggertakkan giginya. "Tidak perlu. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Jika kau merasa sudah menaklukkan hatiku hanya karena apa yang terjadi semalam... maka lupakanlah. Aku hanya terbawa suasana."

Mo Long tidak terlihat kecewa. Senyum simpul tetap di bibirnya. "Salahkah aku... tertarik pada seorang wanita yang baru kutemui?"

Yaohua mengalihkan pandangan. Matanya suram. "Sudah cukup. Aku sudah melihat terlalu banyak pria tak bersalah mati karenaku."

"Aku tidak akan mati." Balas Mo Long singkat, penuh keyakinan yang nyaris arogan.

Yaohua menoleh tajam, geram. Matanya memancarkan kesal. Bibirnya menekan rapat.

Mo Long terkekeh. "Baiklah. Aku tak bisa memaksa keputusan seseorang. Tapi sesuai janji kemarin—bantu aku menyembuhkan seseorang sore ini."

Yaohua mendengus ketus. "Aku berubah pikiran."

"Akan kubelikan arak paling mahal se-Kota Long Ya." Sahut Mo Long enteng.

Mata Yaohua berbinar sekilas sebelum ia menyembunyikannya dengan cepat. "Dan setelah aku membantumu... kau pulang ke klanmu."

Mo Long hanya tersenyum simpul. "Aku akan pikirkan nanti."

"Mo Long!" Seru Yaohua kesal. Suaranya melengking di antara pepohonan.

Dari atas batang pohon, Hu Wei menghela napas. Bergumam datar dengan wajah tak berekspresi. "Tuan Muda... seleramu wanita matang rupanya."

Waktu berlalu. Matahari bergerak tergelincir ke arah barat.

Senja datang dengan cahaya keemasan.

Cahaya merah keemasan menembus sela pepohonan, menyelimuti jalanan kota kecil. Di depan sebuah rumah sederhana, Mo Long berdiri tegap mengenakan hanfu hitam dengan bordir naga perak menghiasi dadanya. Jubah panjang itu membuat auranya semakin menekan—tubuhnya terlihat kokoh dengan bahu lebar dan dada yang bidang.

Di samping Mo Long, Hu Wei mengenakan hanfu perpaduan hitam dan putih, dengan pedang menggantung di pinggang kirinya. Rambut panjangnya seperti biasa dikuncir kuda.

"Dia bilang sebelum matahari terbenam, kan." Ujar Mo Long sambil berdecak lidah. Ia berulang kali menoleh ke arah pintu, berharap seorang wanita muncul dari baliknya.

"Benar, Tuan. Pimpinan Rumah Dagang Bangau Emas—Jin Hayato—menyuruh kita datang sebelum matahari terbenam." Balas Hu Wei.

"Menunggu wanita bersiap bisa aku gunakan untuk berkultivasi beberapa siklus," keluh Mo Long.

CKLEK!

Pintu rumah berderit terbuka.

Dari dalam, keluar sosok wanita anggun. Qipao merah panjang membalut tubuh ramping Yaohua. Kain sutra itu mengikuti lekuk langkahnya dengan gemulai. Rambut hitamnya disanggul sederhana dengan tusuk konde perak, membuat wajah cantiknya semakin bercahaya.

Di tangannya tergantung keranjang kecil anyaman bambu, berisi ramuan dan obat-obatan.

Mo Long menoleh. Matanya sejenak berbinar. Senyum tipis penuh arti muncul di bibirnya.

"Bukankah wanita ini terlalu cantik untuk ukuran seorang tabib?"

"Diam." Ucap Yaohua tanpa menoleh, tapi telinga mungilnya sedikit memerah. "Kita akan berkunjung ke kediaman saudagar kaya. Setidaknya aku memakai pakaian yang pantas."

Mo Long menunduk berbisik di telinga Yaohua. "Bukan karena kau ingin terlihat cantik di depanku?"

Yaohua menghela napas. Ia berjalan lebih cepat, mengabaikan pertanyaan itu.

Namun sebelum sempat menjauh, tanpa ragu, Mo Long meraih tangan Yaohua. Menggenggamnya erat.

"Hei!" Yaohua berseru kaget. Wajahnya langsung memerah. "Apa yang kau lakukan?! Lepaskan, Mo Long! Kau mau membuat semua orang melihat kita? Apa kau mau menarik perhatian Haikun?!"

Mo Long hanya tersenyum. Tatapannya dingin namun penuh percaya diri. "Itulah yang aku mau."

"Kau sudah gila!" Yaohua berusaha menarik tangannya, namun genggaman Mo Long tak bergeming. Malah semakin erat.

"Tidak." Jawab Mo Long datar. Suaranya dalam. "Tidak akan kulepaskan."

Yaohua mendengus kesal. Pipinya makin memerah.

Mereka berjalan bergandengan sepanjang jalan. Langkah Mo Long mantap seakan menantang siapa pun yang berani menatap mereka. Dari kejauhan, warga berbisik-bisik. Beberapa memandang dengan tatapan terkejut. Sebagian lain dengan wajah penuh rasa ingin tahu.

'Bocah ini... benar-benar gila,' batin Yaohua, tapi tangannya tidak berusaha melepaskan diri lagi.

Hu Wei berjalan beberapa langkah di belakang mereka. Wajahnya antara bingung dan cemas. Tangannya selalu siaga pada gagang pedangnya, mengawasi setiap bayangan yang bergerak.

Dari sudut jalan, di balik bayangan pohon, sosok tinggi kekar dengan jubah biru berdiri.

Hiroshi, pemimpin Balai Hukum, menatap ke arah Mo Long dan Yaohua. Dua orang pengawalnya berada di belakangnya. Ia menghela napas panjang, lalu bergumam dingin.

"Apa sebenarnya yang ingin dilakukan bocah ini?"

Tak lama, mereka tiba di depan gerbang besar keluarga Jin.

Gerbang kayu kokoh menjulang tinggi, dihiasi ukiran naga emas yang berkilauan di bawah cahaya senja. Dua prajurit bersenjata tombak berdiri tegak di depannya, mata mereka tajam mengawasi setiap pengunjung.

Mo Long berhenti sejenak, menoleh pada Yaohua.

"Apa kau siap?" Tanyanya pelan. Tatapannya tajam namun penuh kepedulian.

Yaohua menggenggam keranjang bambu di tangannya lebih erat. "Aku siap." Jawabnya singkat, meski wajahnya masih menyimpan keraguan.

Mo Long mengangguk, lalu mengangkat tangannya.

TOK! TOK! TOK!

Ia mengetuk keras pintu gerbang itu.

Dari balik gerbang, seorang pengawal berwajah garang muncul. Suaranya tegas, penuh kecurigaan.

"Siapa? Ada perlu apa di kediaman keluarga Jin?"

Mo Long tidak gentar. Ia mengeluarkan sebilah giok hitam bulat pipih—lambang Klan Naga Bayangan—lalu mengangkatnya di hadapan para penjaga.

"Aku Mo Long. Sudah membuat janji kemarin. Aku datang untuk menyembuhkan putra Tuan Jin Hayato."

Hu Wei yang berdiri di belakang menambahkan dengan suara tegas. "Tuan Jin Hayato sendiri yang menyetujui waktu ini."

Para pengawal saling berpandangan. Wajah mereka penuh sinis. Beberapa sudah menyiapkan tangan di gagang pedang, seolah tak percaya.

"Bukankah Pewaris Klan Naga Bayangan yang melukai Tuan Jin Yuu?" Ucap pengawal berambut ikal pendek dengan nada menuduh.

"Klan Naga Bayangan ingin menguasai rumah dagang ini. Kami keluarga Jin tak akan membiarkannya!" Imbuh pengawal kurus berambut lurus seleher. Matanya melotot dan rahangnya mengeras.

Mo Long menghela napas. "Sepertinya ada kesalahpahaman di sini. Aku—"

Tiba-tiba, langkah cepat terdengar dari dalam. Seorang pengawal senior mendekat, lalu menunduk hormat pada Mo Long.

"Tuan Muda Mo Long, silakan masuk. Tuan Jin Hayato sudah menunggu."

Ketegangan pun mencair, meski tatapan penuh curiga tetap menusuk.

Seorang pengawal memerintahkan Hu Wei menunggu di luar. Mo Long sempat menoleh dan mengangguk pada pengawalnya itu—seolah berkata: tenanglah, aku bisa mengendalikan ini.

Mereka melewati halaman luas dengan kolam koi yang airnya jernih memantulkan cahaya senja. Pohon bambu berderak tertiup angin. Koridor panjang menuju paviliun dalam dipenuhi pelayan dan penjaga yang berbisik pelan. Mata mereka penuh kecurigaan.

Yaohua menunduk. Wajahnya kaku, tertekan oleh suasana permusuhan yang begitu nyata.

Namun Mo Long hanya tersenyum tipis. Langkahnya mantap, seolah semua tatapan itu hanya angin lalu.

Di paviliun dalam, Jin Yuu terbaring di ranjang besar.

Tubuh anak lelaki itu pucat pasi. Urat-urat hitam menjalar di dada dan lehernya, berdenyut seperti akar pohon beracun yang hendak menelan hidupnya. Napasnya terdengar berat dan tidak teratur.

"Jin Yuu," ujar Jin Hayato, tuan rumah. Suaranya berat penuh kekhawatiran. Pria paruh baya itu duduk tegak di kursi tinggi, sorot matanya tajam namun lelah.

"Semua tabib berkata sisa Qi Bayangan dalam tubuhnya butuh paling tidak lima belas hari untuk hilang. Sedangkan ujian masuk akademi Kultus Iblis tinggal empat puluh hari lagi. Bocah ini tak ingin tertinggal dengan kawan-kawannya. Ia ingin segera berlatih kembali untuk ujian."

Ia menatap Mo Long lurus.

"Apakah kau sungguh bisa menyembuhkannya... dalam tiga hari?"

Mo Long menatap balik, nada suaranya dingin tapi penuh keyakinan.

"Nona cantik di sampingku dulunya seorang pendekar Qi penyembuh yang berbakat. Dengan bantuanku, seorang dari Klan Mo yang paham betul sifat Qi Bayangan, kami bisa keluarkan racun itu sekarang juga. Dua hari kemudian, ia akan pulih sepenuhnya."

Yaohua menunduk sedikit. Sikapnya tenang namun penuh wibawa, memperlihatkan bahwa ia memang seorang ahli.

Jin Hayato meliriknya ragu, bahkan hampir meremehkan. "Seorang wanita bisa mengatasi ini?"

Namun Mo Long menimpali cepat. Nadanya tajam, hampir memotong.

"Tabib-tabib yang datang sebelumnya hanya mengandalkan teori buku. Pengalaman Yaohua menghadapi racun dan Qi berbahaya di medan pertarungan... tak terhitung jumlahnya. Belum lagi pengalamannya melawan Qi Bayangan."

Yaohua mendekat, memeriksa nadi Jin Yuu dengan sentuhan lembut namun pasti. Tangannya menyibak baju anak itu, memperlihatkan luka menghitam di dada. Urat-urat hitam tampak berdenyut, merambat ke meridian seperti ular yang mencengkeram.

"Racun ini..." Suara Yaohua tenang, profesional. "...seperti ular hitam yang menyusup, melilit dari dalam. Bisa ditahan, tapi sulit benar-benar diusir tanpa bantuan seseorang yang memiliki Qi sejenis."

Jin Hayato menyipitkan mata. "Metode apa yang akan kalian gunakan?"

"Teknik Aliran Pemurnian." Jawab Yaohua lirih. "Tapi dengan bantuan Mo Long yang akan menarik Qi Bayangan keluar menggunakan Qi-nya sendiri, kita bisa memaksanya pergi sepenuhnya dari tubuh Jin Yuu."

Untuk pertama kalinya, Jin Hayato mengangguk. Matanya mulai percaya, meski masih ada keraguan di wajahnya.

Mo Long duduk di sisi ranjang. Telapak tangannya ditempelkan di dada Jin Yuu yang menghitam. Qi Bayangan tipis merembes dari tubuhnya—hitam pekat bagai asap beracun.

Yaohua cepat mengoleskan ramuan herbal di titik-titik meridian dengan gerakan presisi, lalu menusukkan jarum akupuntur perak satu per satu.

AAARRGGHHH!

Teriakan Jin Yuu mengguncang ruangan.

Tubuhnya melengkung seperti busur. Menggeliat menahan sakit yang luar biasa. Urat hitam di tubuhnya berdenyut semakin liar, membesar, lalu perlahan-lahan keluar dari pori-porinya dalam bentuk asap pekat yang menyesakkan.

Mo Long menahan racun itu dengan tubuhnya sendiri, menyedot Qi Bayangan beracun itu melalui telapak tangannya. Wajahnya sempat pucat. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Rahangnya mengeras menahan rasa sakit yang menusuk.

Yaohua menekan jarum lebih dalam dan menambahkan salep khusus agar racun tak berbalik menyerang Mo Long.

Beberapa menit terasa seperti berjam-jam.

"Long, hisap lebih banyak racun itu!" seru Yaohua, tangannya sibuk menekan jarum di ulu hati Jin Yuu. "Cepat! Jangan sampai Qi itu berbalik mengamuk!"

Melalui telapak tangannya, Mo Long menyedot lebih banyak Qi Bayangan hasil serangan Mo Feng. Qi hitam mengalir deras melewati tangannya. Ia merasakan panas membakar dan kebas yang menyakitkan di telapak tangannya, namun wajahnya tetap tenang.

'Qi Bayangan ini... kualitasnya buruk. Tidak dimurnikan dengan benar. Pantas saja menjadi racun,' batin Mo Long sambil terus menyerap.

Jin Yuu terbelalak, tubuhnya bergetar hebat. Urat-urat di lehernya mencuat. Namun, perlahan Qi hitam yang semula pekat berangsur memudar. Asap hitam yang keluar dari pori-porinya mulai menipis.

Hingga akhirnya, suara erangan itu mereda. Jin Yuu terbaring tenang. Napasnya mulai teratur. Wajahnya sedikit memerah kembali, menggantikan pucat pasi yang mengerikan.

Yaohua mencabut jarum-jarumnya satu per satu dengan hati-hati. Ia menyeka keringat di dahinya, lalu tersenyum lega.

Jin Hayato terdiam lama, menatap putranya yang kini tidur dengan tenang. Air matanya hampir jatuh. Lalu ia berdiri, dan untuk pertama kalinya, pria sombong itu menundukkan kepala dalam-dalam.

"Terima kasih... pada kalian berdua."

Yaohua menyeka keringatnya kemudian tersenyum sambil menunduk. "Sama-sama, Tuan Jin."

Mo Long menatap Jin Hayato dengan serius. "Ini tanggung jawabku sebagai anggota Klan Naga Bayangan. Saya meminta maaf atas ulah kakak saya yang membuat putra Tuan jatuh sakit."

Ia sedikit menunduk, gesture yang jarang dilakukan seorang pewaris klan besar.

Para pelayan dan keluarga yang mengintip dari kejauhan masih menatap dengan curiga. Namun sebaliknya, Jin Hayato yang terkesan justru menawarkan kompensasi.

"Tuan Muda Mo Long, izinkan saya memberikan—"

Mo Long mengangkat tangan, menolak dengan sopan.

"Aku tidak butuh hadiah, Tuan Jin. Aku hanya ingin menawarkan sesuatu... sebuah kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak."

Alis Jin Hayato terangkat. Matanya penuh keingintahuan. "Apa itu?"

Mo Long mendekat, membisikkan sesuatu lirih tepat di telinga Jin Hayato. Suaranya terlalu pelan untuk didengar siapa pun, bahkan Yaohua yang berdiri di dekatnya.

Mata sang tuan rumah membelalak. Jelas terkejut. Wajahnya berubah-ubah—dari terkejut, ke ragu, hingga akhirnya penuh perhitungan.

Setelah hening beberapa saat, ia mengangguk pelan. "Hmph! Baik. Sebaiknya kita bicarakan ini di ruanganku. Ini bukan pembicaraan untuk telinga banyak orang."

Yaohua dipersilakan menunggu di ruang tamu mewah. Satu per satu makanan dan minuman disajikan—mulai dari buah segar hingga arak mahal yang aromanya memenuhi ruangan.

Ia mencicipi berbagai suguhan sambil melirik pintu ruangan Jin Hayato yang tertutup rapat. Penasaran apa yang dibicarakan dua pria itu.

Sementara dua pria itu melangkah ke dalam ruangan pribadi. Cukup lama, hingga Yaohua yang sedari tadi mencicipi berbagai suguhan menjadi bosan. Ia sudah menghabiskan setengah botol arak ketika akhirnya pintu terbuka.

Wajah keduanya tampak lebih cerah, seolah telah mencapai kesepakatan penting.

"Itu sesuatu yang gila, Tuan Mo Long." Ujar Jin Hayato, namun kali ini suaranya mengandung kekaguman dan antisipasi. "Tapi setelah melihat kemampuanmu... aku percaya itu bukan hal mustahil."

Mo Long menunduk, menggenggam tangan di depan dada dalam gongshou. "Saya tidak akan mengecewakan kepercayaan Tuan Jin."

Ia berbalik, siap pergi. Namun, belum sempat ia melangkah, Mo Long teringat sesuatu.

"Tuan Jin, bolehkah saya meminjam dua orang pengawal dari Klan Naga Bayangan yang ada di kediaman Anda?"

Jin Hayato mengerutkan kening. "Untuk apa? Bukankah kau membawa satu pengawal bersamamu?"

"Ah, saya akan melakukan perjalanan yang sedikit menantang. Kurang dari seminggu saya akan mengembalikan mereka."

"Baiklah, aku—"

"Panggilkan mereka yang berada di Ranah Ahli ke atas, Tuan." Mo Long tersenyum simpul, berharap Jin Hayato tak tersinggung akan permintaan spesifiknya.

Jin Hayato mendengus pelan, tapi tidak menolak. Ia memanggil dua nama dengan suara keras.

Tanpa menunggu lama, dua orang pengawal masuk ke ruangan dengan langkah tegap.

Yang pertama, berambut panjang bergelombang tergerai dengan rahang yang lebar dan tubuh kekar. Kulitnya gelap seperti terpanggang matahari. "Saya Gao Shan, Tuan Muda." Suaranya berat seperti guntur.

Yang kedua, berambut panjang lurus disanggul rapi dengan wajah tirus dan kulit putih pucat. Matanya tajam dan dingin. "Saya Gao Shui, Tuan Muda."

Mereka berdua melakukan gongshou menghadap Mo Long dengan hormat.

"Baik, Tuan Jin, terima kasih atas kemurahan hati Tuan. Saya pamit." Mo Long menunduk sekali lagi sebelum berbalik.

Kedua pengawal itu dan Yaohua melangkah mengikuti Mo Long. Disusul Hu Wei yang sudah menunggu di gerbang dengan wajah lega melihat tuannya keluar dengan selamat.

Namun, tidak semua orang senang akan pertemuan itu.

Seorang tetua keluarga Jin dengan kumis panjang putih membisik lirih pada Jin Hayato ketika Mo Long berjalan pergi.

"Apakah kau benar percaya bocah itu tulus? Bisa saja... dia lebih berbahaya dari Mo Feng. Lebih licik, lebih berbahaya."

Jin Hayato tidak menjawab. Tatapannya mengikuti punggung Mo Long yang menjauh—campuran kagum, curiga, dan takut.

"Entahlah," gumamnya akhirnya. "Tapi jika rencananya berhasil... keluarga Jin akan mendapat keuntungan luar biasa."

Di luar gerbang, Mo Long tersenyum tipis.

Ia menoleh pada Yaohua yang berjalan di sampingnya, berbisik lirih:

"Satu langkah kecil... tapi cukup untuk membuat keluarga Jin berhutang budi padaku."

Yaohua menatapnya dengan mata penuh pertanyaan. "Apa sebenarnya yang kau bicarakan dengan Jin Hayato?"

Mo Long tidak menjawab. Senyumnya melebar—dingin, penuh perhitungan yang tersembunyi di balik wajah tampan.

'Dengan rumah dagang terbesar di Kota Long Ya ada di pihakku... aku bisa menggerakkan banyak hal.'

Di belakang mereka, Gao Shan dan Gao Shui berjalan dalam diam. Namun mata mereka tajam mengawasi setiap gerakan Mo Long, menilai pewaris muda yang kontroversial ini.

Hu Wei mendekat, berbisik melalui transmisi Qi. 'Tuan Muda... apa yang sebenarnya Tuan rencanakan?'

Mo Long membalas dengan nada tenang namun berbahaya. 'Aku akan berburu... iblis yang sedang bersembunyi.'

Matanya menyipit, menatap ke arah timur—tempat yang ditunjuk oleh pendekar Qi yang sekarat dalam cerita Yaohua.

'Haikun... mari kita lihat seberapa jauh kau bisa bersembunyi. Dan seberapa berharga racunmu untukku.'

Matahari terbenam sepenuhnya, meninggalkan langit berwarna jingga gelap.

Dan dalam kegelapan yang mulai merayap, rencana licik Mo Long mulai bergerak.

1
Meliana Azalia
Kejamnya~
Meliana Azalia
Ngegas muluk
Ronny
Bertarung berdua nih ❤️
Ronny
Cu Pat Kai: ‘’Dari dulu beginilah cinta, deritanya tiada akhir’’
Ronny
Kayak tom and jerry gao shan sama gao shui wkwk
Ronny
Aya aya wae 🤣
Zen Feng
Feel free untuk kritik dan saran dari kalian gais 🙏
Jangan lupa like dan subscribe apabila kalian menikmati novelku 😁😁
Dwi Nurdiana
aww manisnya kisah cinta janda sama brondong ini
Dwi Nurdiana
aih pertarungan bagai dansa di malam hari😍
Dwi Nurdiana
min mao ini ya emang minta dicubit
Dwi Nurdiana
babii🤭
Dwi Nurdiana
wkwkwk rasain 🤭
Dwi Nurdiana
awal yang tragis tapi seru😍
Abdul Aziz
awal yang bagus dan menegangkan, lanjutin thor penasaran gimana si mo long ngumpulin kekuatan buat balas dendam
Abdul Aziz
paling gemes sama musuh dalam selimut apalagi cewe imut/Panic/
Ren
mampus mo feng!!
Ren
up terus up terus!
Ren
fix pelayanan min mao
Ren
hampir ajaa
apang
si mo long harus jadi lord kultus iblis!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!