NovelToon NovelToon
Gadis Tangguh Dari Desa

Gadis Tangguh Dari Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Reinkarnasi / Fantasi Wanita
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: mbak lee

tidak mudah bagi seorang gadis desa seperti Gemi, untuk menjadi seorang prajurit perempuan elit di kerajaan, tapi yang paling sulit adalah mempertahankan apa yang telah dia dapatkan dengan cara berdarah-darah, intrik, politik, kekuasaan mewarnai kehidupannya, bagaimana seorang Gemi bertahan dalam mencapai sebuah kemuliaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mbak lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Draft

Kakek Tanjar namanya, beliau mempunyai ilmu yang luas, harta yang melimpah dan nama yang besar, adik kakek ini bukan orang kaleng-kaleng, datang ke rumah kami membawa pedati kuda, dalam pedati itu terdapat beberapa oleh-oleh istimewa, berupa berkarung beras ( makanan pokok di tanah kami adalah jagung dan singkong ) keluarga di desa kami jarang sekali memakan nasi padi, beberapa pasang ayam, kain , garam , kedatangan kakek Tanjar hampir mirip seperti penyerahan harta karun, Kakek tanjar membawa semua barang itu dengan gagah, tanpa pengawal tanpa orang lain, selama beberapa hari kakek Tanjar menginap dirumah, ayah dan kakak mengajaknya berkeliling desa, sore harinya mereka akan menyesap tembakau bersama di teras rumah.

" minumlah kek " kataku sambil menyuguhkan wedang sereh yang manis dan hangat sekedar mengusir hawa dingin yang berhenbus dari gunung Argopuro, kakek dan ayah saling pandang dengan kedatanganku.

" aku rela paman, kami sudah berjanji dan kami tidak punya keberanian untuk mengingkarinya " kata bapak lemah, baru kali ini aku melihat wajah bapak yang menahan tangis, sangat jelek sekali,

aku tidak bermaksud mendengarkan pembicaraan itu, tapi ketika aku pergi bapak menahanku.

" duduklah " aku kemudian duduk sambil mendekap nampan di dadaku.

" bapak ingin kamu mengikuti kakekmu, bapak dan emak sudah berjanji untuk memberikanmu kepada orang lain, maka ikutlah kakekmu, paling tidak beliau adalah kerabat, yang tidak mungkin menyusahkanmu, menurutlah pada kakek dan nenekmu di madura " kata bapak.

aku ingat janji bapak dan emak yang akan memberikanku kepada orang beberapa bulan lalu, dan aku kira itu hanya kata-kata, tidak akan terjadi, aku saking kagetnya tidak mampu berkata apapun.

emak dan nenek keluar dari dalam rumahnya dengan air mata dan ingus yang bercampur menjadi satu, kemudian kami saling bertangisan di teras rumah,

" aku berharap masih bisa bertemu denganmu lagi sebelum meninggal " kata Nenek di sela tangisnya,

kakek Tanjar terlihat baik, sebenarnya aku tidak keberatan mengikutinya, hanya saja semua terlalu mendadak, keesokan harinya sungguh aku disuruh berkemas dan siap pergi dari desa.

" ini bawalah " kata kakak sambil memberikanku sebuah katapel buatanya, aku tahu selama beberapa hari kakak menyiapkan ini untuku, aku mengangguk

" beberapa tahun lagi ketika aku lebih besar aku akan mengunjungimu di madura, percayalah padaku " kata kakak bersungguh-sungguh, aku menggangguk sedih, walaupun dirumah kami hampir tidak pernah akur, tentu saja dia satu-satunya saudaraku, aku menyayanginya tanpa sarat apapun.

dengan membawa buntalan berisi beberapa helai baju dan makanan aku dibawa keluar dari desa itu, kami berjalan cepat membelah hutan pegunungan Argopuro, kemudian jalan setapak ke arah barat, menurut cerita kami akan sampai di madura kemungkinan dua hari lagi, dengan menyebrang perahu dari bangwetan, karena pedati berikut kuda dan isinya adalah harta yang memang diberikan kepada ibu sebagai bagian dari warisan.

" Kau sedih ?" Tanya kakek Tanjar dan aku mengangguk,

" Kau ingin ke suatu tempat sebelum kita ke Madura?" Tanya Kakek Tanjar, aku melihatnya dengan ragu

" sebenarnya aku ingin mengunjungi seseorang di lereng gunung Brama, namanya Gendara " kataku sambil terus berjalan mengekor kakek Tanjar.

" Apakah pemuda itu kekasihmu?" Tanya kakek

tapi aku tertawa tergelak, bahkan aku masih sepuluh tahun, mana mungkin aku punya pria idaman.

pada akhirnya aku menceritakan apa yang kualami selama sepuluh hari ketika aku tidak sadar, aku merogoh saku dan menunjukan permata merah darah itu, kakek terkejut melihat permata itu.

" Kau tidak bohong ?" guman kakek Tanjar ,aku mengangguk yakin

" kita cari orang itu, rahasia apa yang ada di orang itu " kata kakek yakin sekali

" tapi bagaimana kalau misal tidak ada orang bernama Gendara itu, atau memang ada tapi kita tidak menemukan apapun padanya?" kataku ragu.

" tentu saja tidak apa-apa, anggap saja kita berjalan-jalan dan sedang memuaskan rasa penasaran " kata Kakek Tanjar dengan senyum, aku senang sekali dan mengangguk kemudian berjalan dengan lebih bersemangat,

untunglah kakek Tanjar adalah pribadi yang ceria dan banyak bicara, setiap kali ada hal baru kakek dengan riang akan bercerita, seperti ketika kami lewat sebuah ranu atau danau besar bernama ranu Pani, maka kakek Tanjar akan menceritakan tentang legenda dari tempat itu, dari kata-katanya bisa nampak betapa luas pengetahuannya, kami melewati sisi-sisi jalan setapak yang cukup panjang, berkali keluar masuk hutan.

" kita makan di kedai itu " tunjuk kakek Tanjar menurut perkiraan di depan kami akan menyimpang keselatan merubah sedikit rute berjalan, terjadi ramah tamah antara pemilik kedai dan kakek Tanjar, dari sana kami mempunyai beberapa informasi tentang rute dan perjalanan kami kali ini.

" kita bermalam di kedai ini, kita lanjutkan besok pagi" perintah Kakek Tanjar, sebenarnya hari belum terlalu sore tapi menurut pemilik kedai

rute menuju lereng gunung Brama sedikit lebih ekstrem, beberapa kali kami juga harus melintasi sungai besar dan hutan besar, paling aman adalah berangkat besok sebelum fajar, maka kami akan masuk pedukuhan selanjutnya pada sore hari.

Aku menggelar buntalanku di tanah, dan menjadikan yang lain sebagai bantal, kakiku tidak terbiasa jalan sejauh ini, betisku mulai berontak dan berdenyut sakit, telapak kakiku juga terasa nyeri, tidak lama setelah kurebahkan diri aku sudah pulas dan terbangun ketika fajar hampir menyingsing, bahkan aku tidak sadar dengan aktifitas di warung yang sudah mulai, nasi sudah dikukus, beberapa sayur juga direbus, kakek memesan beberapa bungkus nasi dan serundeng (kelapa parut berbumbu kemudian di sangrai, makanan ini bisa tahan sampai berminggu-mjnggu).

Siang hari yang terik, tanah di sekitar kami adalah tanah yang gersang dan tandus tidak seperti wilayah lainya, sebenarnya ada padukuhan di dekat jalan yang kami lewati , tetapi orang-orang menyarankan kalau kami berjalan memutar saja, padukuhan itu tidak terlalu ramah kepada para pendatang.

walaupun kami sudah berusaha memutar, tapi ternyata ada beberapa orang yang mengetahui kami melintas, beberapa orang mulai mengikuti kami.

" berpindahlah kedepan, dan jangan terlalu cepat " perintah Kakek Tanjar, aku menyalip kakek dan berjalan di depan, tapi orang di belakang terus mengikuti kami, kakek tanjar berbalik

" kalian mau apa ?" terdengar kakek membentak seketika dengan bahasa dan dialek madura dan mengeluarkan sebuah celurit besar mengkilap, ketiga penguntit otomatis berhenti,

" kami hanya mau kakak berbagi " kata salah satu orang sambil cengengesan.

tanpa banyak bicara Kakek Tanjar maju dan mengayunkan celuritnya ke salah satu orang itu, membuat orang yang dituju spontan menjatuhkan diri, kemudian dengan kecepatan yang diluar nalar mengalungkan celurit itu di salah satu leher orang jahat itu.

" ayo maju semua, kalian mau merampok Tanjar dari Madura , jangan maju satu-satu, maju serempak saja " kata kakek lagi-lagi dengan suara keras menggelegar, membuat nyaliku menciut.

1
ameliaha
bagus
StarryOwO
Cerita yang seru ini tidak bisa berhenti hanya sampai di sini
AngelaG👁💜
Bagus banget, semoga mendapat banyak pujian dan dukungan!
Alan
Gokil!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!