Lin Zhiyuan, adalah pemuda lemah yang tertindas. Ia menyelam ke kedalaman Abyss, jurang raksasa yang tercipta dari tabrakan dunia manusia dan Dewa, hanya untuk mendapatkan kekuatan yang melampaui takdir. Setelah berjuang selama 100.000 tahun lamanya di dalam Abyss, ia akhirnya keluar. Namun, ternyata hanya 10 tahun terlalui di dunia manusia. Dan saat ia kembali, ia menemukan keluarganya telah dihancurkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17 Masa lalu yang kelam
Patriark Wang bangkit dari reruntuhan menara jam, wajahnya remuk namun disatukan lagi oleh aura merah yang mengalir liar. Nafasnya berat, seperti setiap helaan adalah sumpah kematian.
“Zhiyuan…” suaranya pecah. “Kau... KAU MEMBUNUHNYA!!”
Batu di bawah kakinya meledak ketika ia menerjang. Chi-Yin menebas; udara memekik, ruang bergetar.
Zhiyuan menangkis dengan Kabut Abyss, namun pertahanan itu berhasil dipatahkan oleh Patriark Wang dengan pedangnya.
“Kalian orang-orang keluarga Lin… kalian semua SAMA!!”
Serangan seperti badai neraka mengguyur kota.
Rumah-rumah mencair menjadi debu, jalan terbelah, orang-orang terhempas seperti daun kering.
“Seenaknya memutuskan takdir orang lain!Seenaknya berkata seseorang harus mati!!”
BAAAAM!!! BAAAAM!!! BAAAAM!!!
Setiap pukulan Patriark Wang seperti meteor yang menabrak bumi.
Gelombang kejutnya menembus kota, merobohkan pasar, istal kuda, fasilitas kota, bahkan menara penjaga.
Warga yang berlari tak sempat menjerit karena tercabik oleh tekanan Qi.
Zhiyuan menahan satu tebasan lagi, namun terpental menghancurkan tembok kota. Darah menetes dari bibirnya—bukan karena luka fisik, tapi beban balas dendam dan ironi.
Aura Patriark Wang melonjak—liar, tak terkontrol, seperti gunung berapi yang diberi jiwa dendam jutaan tahun.
Ranah Pendekar Langit Tingkat 5…
6...
7...
Dan terus meningkat.
Di tengah amukan itu, suara Patriark Wang retak seperti kaca diinjak.
“Kalian… kalian keluarga Lin… kalian hanya bisa menilai hidup orang lain dengan angka dan teori…!!”
Serangan berhenti sejenak—sebuah jeda penuh kebencian.
Sebuah kenangan pahit meletup tak tertahankan.
....
Tujuh tahun yang lalu.
Malam hujan, di halaman keluarga Lin, terdengar lirihan seorang pria yang putus asa.
Patriark Wang berlutut di hadapan seorang pria dengan rambut putih elegan dan mata setenang air suci, Lin Tianyuan, ayah Zhiyuan.
“Aku mohon padamu…” suara Patriark Wang pecah. “Tolong pinjamkan aku kitab medis keluargamu… demi istriku. Aku bersumpah… aku akan membayar dengan harga apa pun.”
Ia menunduk—seorang pemimpin keluarga besar membuang harga dirinya demi wanita yang dia cintai. Namun Lin Tianyuan hanya menggeleng perlahan.
“Bahkan kitab itu pun tak dapat menyelamatkannya,” ujarnya dengan suara setenang awan.
“Hanya butuh satu celah, satu saja, aku yakin pasti ada jalan keluar!" Patriark Wang menunduk lebih dalam hingga kepalanya membentur tanah. “Beri aku kesempatan itu, aku rela mengabdikan hidupku pada Keluarga Lin jika perlu!”
Lin Tianyuan menatapnya, matanya memantulkan rasa sedih dan iba. Namun dia yang paling tahu jika hal itu tidak mungkin dilakukan.
“Penyakit istrimu bukan berasal dari tubuhnya… melainkan dari jiwa. Ia dilahirkan dengan penderitaan dari kehidupan sebelumnya. Kau harus membiarkannya pergi, atau dia akan terjebak dalam siksaan tanpa akhir.”
Kata-kata itu selembut embun. Namun bagi Patriark Wang, itu bukan penghiburan. Itu adalah sebuah penghinaan tercela.
Tangannya mengepal erat, penuh kemarahan dan dendam kesumat.
'Jika kau tidak ingin meminjamkannya… maka aku hanya perlu merebutnya,' pikirnya.
Dan malam itu juga, dendam terukir dalam hatinya. Dia mengetuk pintu keluarga Mo. Lalu keluarga Han.
Darah dan ambisi bertemu. Langit menyaksikan lahirnya tragedi yang menelan satu keluarga besar.
Ia berhasil meracuni meridian Lin Tianyuan, membuatnya tidak berdaya. Lalu mereka bersama-sama menyerang keluarga Lin dengan kekuatan penuh.
Keluarga Lin runtuh, dan ia berhasil mengambil kitab itu.
Ia menganggap Lin Tianyuan telah membohonginya, buktinya? Istrinya bisa hidup lebih lama. Tapi meski begitu, ia sendiri tidak tahu seberapa besar penderitaan yang dialami istrinya.
Semua pengorbanannya itu...
Untuk pada akhirnya… Mati di tangan putra orang yang ia bunuh.
....
Kembali ke masa kini.
Patriark Wang meraung. “Kau membunuh harapanku!! KAU MENGUBUR HIDUPKU!!”
Serangan berikutnya bukan lagi teknik. Itu adalah jeritan jiwa pecah. Chi-Yin menyala seperti matahari berdarah. Langit runtuh seperti kain yang disobek.
Zhiyuan mengangkat tangan, Kabut Abyss melingkar seperti tirai hitam yang siap menelan dunia.
Lalu suaranya terdengar—dingin, tenang, namun lebih menusuk daripada ribuan pedang: “Coba jawab aku... Apakah istrimu pernah meminta padamu untuk diselamatkan?”
Patriark Wang terhenti sepersekian detik. Nafasnya tersangkut, pupilnya bergetar.
Zhiyuan melanjutkan, langkahnya menapaki tanah retak yang dipenuhi darah: “Atau... Kau hanya memaksakan hidup padanya karena kau belum siap kehilangan?”
Deburan angin kematian mengiringi kata-katanya.
“Bertahun-tahun dia berteriak dalam jiwanya, bukan? Menangis dalam sunyi, memohon agar penderitaannya berakhir.”
Kilatan rasa sakit melintas di mata Patriark Wang—sebuah luka yang selama ini ia bengkokkan menjadi kebencian.
“Dan coba jawab ini dengan jujur…” Zhiyuan menatap lurus ke dalam jiwa lelaki tua itu. “Apakah dia pernah menyuruhmu membantai keluargaku demi dirinya?”
Bumi bagai berhenti. Patriark Wang mengatupkan gigi, rahangnya bergetar. Emosinya campur aduk: penyangkalan, kesedihan… ketakutan.
Lalu… kemarahannya meledak.
“DIA ADALAH HIDUPKU!!! AKU MELAKUKAN SEMUANYA DEMI—DEMIII—!!!”
“Demi egomu.” Zhiyuan memotong dingin. “Bukan demi dia.”
Kata-kata itu menghantam lebih keras daripada seribu pukulan. Untuk sekali dalam peperangan itu—Patriark Wang terdiam. Mata merahnya bergetar, dadanya naik turun tak stabil.
Namun, Pedang Chi-Yin berdesis, seolah tidak ingin mengakhiri dendam lelaki tua itu. Chi-Yin kembali memanipulasi dendam dan ego Patriark Wang, membuatnya meraung keras.
“AKU AKAN MEROBEK JIWA MU!!”
Auranya melonjak. Tanah runtuh. Gunung di kejauhan bergemuruh. Kekuatannya terus melonjak hingga mencapai ranah Pendekar Langit Tingkat 9.
mlh kalo baru awal2..kek semua tokoh tu mukanya smaaaaaaa..🤣🤣