⛔: Ini hanya fiksi, jika terdapat kesamaan nama, tempat atau kejadian, itu hanyalah kejadian yang tidak disengaja.
Wilona percaya ia memiliki segalanya—cinta, rumah tangga yang hangat, dan suami yang setia. Tapi semua runtuh saat seorang wanita datang membawa kenyataan pahit: ia bukan satu-satunya istri. Lebih menyakitkan lagi, wanita itu telah memberinya sesuatu yang tak bisa Wilona berikan—seorang anak.
Dikhianati oleh orang yang paling ia percaya, Wilona harus memilih: terpuruk dalam luka, atau berdiri dan merebut kembali hidupnya.
"Ketika cinta tak cukup untuk setia… akan kau pilih bertahan atau pergi?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon viaeonni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Aryan memasuki rumahnya dengan langkah cepat. Di tangannya tergantung dua kantong plastik berisi makanan yang baru saja ia beli. Wajahnya tampak cemas, namun sedikit lega setelah tiba kembali dirumah Amanda.
Amanda yang sejak tadi duduk di ruang tamu dengan memangku Willy langsung berdiri begitu melihat kedatangan Aryan.
“Maaf ya, Mas... aku mungkin sudah mengganggu waktumu dengan Mbak Wilona,” ucap Amanda dengan suara pelan, memasang ekspresi sungkan. “Tapi aku nggak tahu harus bagaimana lagi. Willy terus nangis dan cuma tenang kalau bareng Papanya.”
Aryan menggeleng dan tersenyum tipis. “Nggak apa-apa. Keadaan Willy jauh lebih penting sekarang.”
Ia meletakkan kantong belanjaan di atas meja, lalu segera mengambil Willy dari gendongan Amanda. “Maafin Papa ya, Sayang. Malam tadi kamu nangis terus, ya? Papa janji nggak akan tinggalin kamu lama-lama lagi.” Aryan menciumi pipi chubby putranya, membuat anak kecil itu tertawa ceria.
Mendengar tawa itu, hati Aryan terasa hangat. Kekesalan karena pertengkarannya dengan Wilona pagi tadi perlahan memudar.
“Mas udah sarapan?” tanya Amanda lembut.
“Belum. Itu tadi aku sekalian beli makanan buat kamu juga. Tolong siapin ya.”
Amanda langsung tersenyum senang. Inilah yang membuatnya bertahan. Aryan memang terkesan cuek, tapi tetap perhatian. Dan perhatian sekecil apa pun dari Aryan selalu bisa membuat hatinya hangat.
“Terima kasih, Mas,” ujarnya manja sambil mendekat, lalu mengecup ringan bibir Aryan sebelum berlari ke dapur. Aryan terdiam sesaat, tersenyum kecil.
“Dia makin mirip Wilona saja,” gumamnya, separuh menyesal. Bayangan istrinya kembali menari-nari di benaknya. Teringat bagaimana tadi pagi ia membentak Wilona, hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
“Nanti malam aku harus minta maaf...” pikirnya lirih. Mungkin ia akan berbohong lagi, agar istrinya tidak curiga. Dan itu semakin membuat penyesalan yang semakin dalam.
Tak lama, Amanda kembali membawa sepiring makanan dan meletakkannya di atas meja di hadapan Aryan.
“Mas makan dulu, ya. Biar aku yang gendong Willy. Atau... Mas mau aku suapin aja?” tawarnya lembut. Mencari celah agar lebih dekat dengan pria yang sudah berhasil mencuri hatinya, tapi sialnya ia hanya menjadi yang kedua dan mungkin rasa cintanya tidak akan pernah dilirik oleh pria itu. Namun ia tidak akan menyerah begitu saja. Hati Aryan ibarat batu, ia akan terus mengalirkan perhatian dan juga cinta, dan ia yakin sedikit demi sedikit hati pria itu pun akan berlubang dan menerima cintanya.
Aryan menatap Amanda sejenak. Wajah perempuan itu terlihat begitu tulus dan penuh harap. Ia mengangguk.
“Suapin aja, biar Willy tetap di pangkuanku.”
Dengan senyum manis, Amanda menyuapi Aryan dengan sabar. Aryan menerima suapan demi suapan tanpa menolak. Amanda tahu betul bagaimana cara membuat Aryan nyaman dan hatinya bahagia saat melihat Aryan menikmati setiap suapan darinya.
Sesekali, tatapan Amanda jatuh ke bibir Aryan. Ia melihat ada butir nasi menempel di sudut bibir suaminya.
“Mas, lihat ke sini. Di bibirmu ada nasi,” ujarnya pelan.
Aryan menoleh, dan Amanda dengan pelan mengusap nasi itu menggunakan ibu jarinya. Gerakan itu sederhana, tapi sentuhannya lembut dan sedikit menggoda. Aryan mematung. Tatapannya berpindah ke bibir Amanda yang terlihat merah segar, menggoda.
“Kenapa, Mas?” Amanda bertanya seolah tak mengerti, padahal ia tahu persis apa yang sedang ia lakukan. Ia sengaja memakai lipstik merah menyala pagi ini, dan kini ia menggigit pelan bibir bawahnya, sengaja mengundang Aryan untuk bereaksi.
“Amanda…” suara Aryan serak. Tatapannya tak lepas dari bibir Amanda.
“Hmm?” gumam Amanda manja, seolah tidak paham maksud tatapan itu, padahal dalam hati ia bersorak. Kali ini, biarlah Aryan yang bergerak lebih dulu.
Tak menunggu lama, Aryan langsung menarik tengkuk Amanda dan mendaratkan ciuman panas di bibir merah itu. Bibir mereka saling melumat, suara decakan halus terdengar jelas di ruang tamu. Meskipun satu tangannya masih memangku Willy, Aryan tetap mendominasi.
Salah satu pelayan yang sedang lewat spontan berhenti, lalu mengurungkan niatnya masuk saat melihat pemandangan intim itu. Ia memilih mundur pelan agar tidak mengganggu majikannya.
Setelah puas saling mencumbu, Aryan menyandarkan dahinya pada Amanda. Napas mereka masih memburu. Bibir Amanda tampak memerah dan sedikit bengkak. Ia tersenyum puas melihat bibir Aryan juga berantakan penuh lipstik.
“Lihat bibirmu, Mas. Aku bersihin ya,” katanya sambil mengambil tisu di meja dan mengusap perlahan. Aryan pun melakukan hal yang sama untuk Amanda.
“Kamu selalu bisa bikin aku kalah,” gumam Aryan sambil tersenyum. Ia merasa seperti sedang diombang-ambing dua dunia. Di satu sisi, ia mencintai Wilona dengan sepenuh hati. Tapi di sisi lain, kehadiran Amanda, dengan sikap agresif dan perhatiannya, juga memberi warna lain dalam hidupnya.
Amanda menatapnya dengan senyum kecil. “Benar, Mas? Tapi... gimana dengan Mbak Wilona? Siapa yang lebih menggoda, aku atau dia?”
Aryan terdiam. Ia tidak ingin menjawab. Pertanyaan itu rumit.
“Amanda, jangan tanya itu...”
“Tentu saja kamu akan pilih dia,” potong Amanda pelan. “Dia kan istri yang kamu cintai.”
Aryan terdiam. Ia bisa saja berkata jujur, tapi melihat Amanda menunduk dan bersedih membuat hatinya terasa berat.
“Hey... jangan gitu. Kamu dan Wilona, kalian... sama-sama menyenangkan dan memuaskan,” ujarnya mencoba menenangkan. Tapi Amanda tak kunjung mengangkat wajahnya.
Bagi Amanda, jawaban itu tidak cukup. Bukan hanya ingin dianggap menyenangkan. Ia ingin menjadi satu-satunya. Ia ingin lebih dari sekadar istri kedua yang dinikahi secara diam-diam.
Melihat Amanda masih murung, Aryan mengangkat dagunya perlahan.
“Kamu tahu, aku suka banget waktu bibir ini bermain... kamu tahu kan maksudku. Bahkan Wilona belum pernah melakukannya,” bisik Aryan menggoda mengingat bibir itu sering bermain di bawahnya dan membuat ia begitu candu. Tatapannya menusuk langsung ke mata Amanda sebelum ia kembali mencium wanita itu dengan penuh gairah.
Amanda mengalungkan tangannya di leher Aryan, membalas ciuman itu penuh semangat. Ia merasa menang. Meski Aryan belum mencintainya seperti mencintai Wilona, tapi setidaknya ia tahu satu hal, ia bisa membuat pria itu menginginkannya. Bahkan untuk urusan ranjang ia lebih unggul, meski Aryan tidak mengakuinya namun setiap kali bercinta pria itu selalu mendominasi dan meminta lebih. Dan itu artinya pria itu puas dengan pelayanannya, terlebih pria itu tidak pernah menolak setiap ia menggodanya.
Dan selama Aryan masih membutuhkannya, selama masih ada Willy di antara mereka, ia akan tetap bertahan. Bahkan jika itu berarti harus merebut cinta Aryan sepenuhnya dari wanita yang telah lebih dulu memilikinya.
“Akan aku pastikan, secepatnya Mas Aryan akan menjadi milikmu seutuhnya. Wilona, kamu kalah,” batin Amanda menyeringai dalam dekapan Aryan.
JANGAN LUPA BERI LIKE, KOMEN DAN VOTE
DUKUNGAN TEMAN-TEMAN SEMUA SANGAT BERHARGA.....LOVE YOU ALL.....
TBC
Wes to gae duso seng okeh bar iku garek entuk karmane.
ko lek wes miskin po knek penyakit br tau rasa.
bagus bagus biar tmbh hancur nnti.
dah bner si anak dpt wanita baik hidup tertata mlh di hancurkan.
Sekarang balik lagi Aryan suka mabuk dan free sex. sakit kau nnti Amanda kl tau Aryan bgitu 🤣
hbis ini kluarga Aryan tambh hancur.