NovelToon NovelToon
Dear, My Heartbeat

Dear, My Heartbeat

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Diam-Diam Cinta / Crazy Rich/Konglomerat / Enemy to Lovers / Careerlit / Ketos / Tamat
Popularitas:14.4k
Nilai: 5
Nama Author: DityaR

"Oke. Dua Cinnamon Pumpkin Chai latte," jawab gue sambil mencatat di kasir. Gue perhatikan dia. "Kalau mau sekalian nambah satu, gue kasih gratis, deh!"

"Lo kira gue butuh belas kasihan lo?" Nada suaranya ... gila, ketus banget.

Gue sempat bengong.

"Bukan gitu. Lo, kan tetangga. Gue juga naruh kupon gratis buat semua toko di jalan ini, ya sekalian aja," jelas gue santai.

"Gue enggak mau minuman gratis. Skip aja!!"

Ya ampun, ribet banget hidup ini cowok?

"Ya udah, bebas," balas gue sambil mengangkat alis, cuek saja. Yang penting niat baik sudah gue keluarkan, terserah dia kalau mau resek. "Mau pakai kupon gratis buat salah satu ini, enggak?"

"Gue bayar dua-duanya!"

Oke, keras kepala.

"Seratus sebelas ribu," sahut gue sambil sodorkan tangan.

Dia malah lempar duit ke meja. Mungkin jijik kalau sampai menyentuh tangan gue.

Masalah dia apa, sih?

────୨ৎ────
Dear, Batari Season IV

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mitra Bisnis Keluarga Batari

...Ailsa Batari...

...────୨ৎ────જ⁀➴...

Baru saja gue tutup cafe, eh tiba-tiba telepon toko berbunyi.

...☎️...

"Batari Beans, Ailsa di sini."

^^^"Hai, sayang. Ini Mama Alma,"^^^

Suaranya ceria banget, ada tawa kecilnya pula. Sudah beberapa hari sejak anaknya yang agak lemot itu minta resep Chai Latte Labu buatan gue, besoknya dia menelepon, terus gue ajari cara bikinnya.

"Hai, Mama. Gimana? Jadi, enak, enggak?"

^^^"Ya lumayan, sih. Tapi rasanya enggak seenak buatan kamu. Mama udah coba trik kayu manis kayak yang kamu bilang, tapi kita gagal di bagian Latte-nya. Nenek bilang busanya enggak se-creamy punya kamu."^^^

Gue duduk di atas meja bar, tertawa.

"Ya iya lah, Ailsa kan pakai mesin di sini, beda dong hasilnya."

^^^"Punya kamu memang juara, sih. Tapi makasih ya, kamu baik banget ngirimin semua bahannya. Kita, sih tetap suka, kok. Besok Mama sama Nenek mau mampir, ya. Kangen!"^^^

Mama Alma itu seribu kali lebih manis daripada anaknya. Rumah mereka cuma dua blok dari sini, jadi kemarin gue bawakan beberapa kantong Chai Labu plus Cinnamon spesial buatan gue ke dalam botol kecil. Dia ramah banget saat menelepon, dan gue juga senang bisa bantu.

Namanya juga tetangga, ya, kan?

"Enggak sabar ketemu Mama lagi."

^^^"Jaga diri ya, sayang. Makasih."^^^

"Siap. Daaah!"

Gue turun dari meja, mematikan lampu, terus naik ke atas. Hari ini panjang banget, dan minggu ini ... sumpah, melelahkan.

Gue buru-buru ganti baju, soalnya malam ini gue mau makan di rumah Mama-Papa. Caspian sudah kasih lampu hijau buat gue untuk bicara ke mereka mewakili dia, dan rencananya gue bakal mulai pelan-pelan.

Mereka itu sudah enggak percaya lagi sama Caspian, itu jelas banget. Dan buat menyatukan hubungan mereka lagi?

Wah, itu PR gue. Entah kenapa, mereka sudah seperti kehilangan harapan sama anaknya sendiri. Tapi Caspian butuh dukungan kita kalau mau melawan penyakitnya.

Gue tarik sweater abu-abu ke kepala, pakai jeans favorit, boots Beige, dan ambil jaket juga. Rencananya gue mau mampir ke kandang dulu, nongkrong sama Anoy.

Akhir minggu kemarin, gue ajak dia jalan-jalan jauh, dan rasanya, adem banget. Senang bisa balik ke rumah dan naik kuda lagi sesering ini.

Gue keluar lewat pintu belakang. Kalau cafe lagi tutup, gue memang jarang pakai pintu depan. Saat menyebrang gang, mata gue sempat melirik ke gym, Rabbit Punch.

“Nauru masih di sana enggak, ya?” gumam gue dalam hati.

Lampunya masih menyala sih, tampak dari jendela. Tapi gue cuek saja dan langsung pergi naik mobil ke peternakan keluarga.

Kita punya tanah luas yang menyambung ke danau. Dari dulu tempat itu jadi surga kecil gue. Di sana, gue tenang dan aman, bahkan di saat hidup lagi gelap-gelapnya.

Mama sudah enggak pernah naik perahu lagi sejak kecelakaan Caspian. Dia benar-benar menghindari danau, dia selalu menyalahkan air buat semua hal buruk yang terjadi setelah itu.

Padahal kita tumbuh di pinggir danau. Adik gue justru yang mengajarkan semua olahraga air. Dia bangga banget karena kakaknya bisa main ski air kayak cowok-cowok.

Tiap kali gue pulang, semua kenangan itu langsung menyerbu. Dan sejak Caspian balik waktu itu, rasanya, mungkin saja semuanya bisa balik seperti dulu lagi.

Keluarga kita itu dari dulu dekat banget. Kakek gue tinggal di jalan yang sama. Tanah kita tersambung, jadi gue bisa naik kuda sejauh-jauhnya di antara dua rumah itu.

Sekarang dia lebih sering di sini, apalagi setelah kakek pensiun dari politik. Nenek juga bakal datang malam ini, dan gue senang banget bisa bertemu mereka semua.

Kakek-nenek itu satu suara sama gue soal Caspian. Mereka masih punya harapan, masih percaya kalau dia bisa balik lagi ke rumah.

Dan gue bersyukur banget ada mereka. Harapannya, sih mereka bisa bantu saat Mama-Papa mulai melawan nanti.

Gue mampir ke kandang dulu, mengecek Anoy, menyikat dia sebentar, terus jalan ke arah rumah. Sambil jalan, gue hirup dalam-dalam udara segar yang wangi pinus sama balsam. Langit sudah mulai gelap, dan pantulan air danau dari kejauhan bikin hati gue sedikit tenang.

Sampai rumah, gue buka pintu depan.

"Hai, Ailsa pulang!" teriak gue.

Dari ruang makan langsung terdengar suara tawa. Gue lepas boots, gantung jaket, dan merasa rumah ini terlalu besar untuk ditinggali dua orang saja.

Rumahnya, sih mewah banget buat ukuran Farm House. Tapi ya begitu, Mama gue memang hobi banget dekorasi interior. Lantai kayu gelap, langit-langit tinggi dengan balok besar, dindingnya banyak elemen putih dan ukiran. Cantik, tapi butuh effort buat merawatnya.

Foto keluarga di mana-mana, bunga hias juga. Butuh satu tim buat membersihkan rumah sebesar ini.

Begitu gue masuk dapur, aroma bawang putih sama roti hangat langsung menyambut. Gue peluk Mirrae dari belakang. Dia sudah kerja sama keluarga gue dari gue kecil, dia sudah seperti keluarga sendiri. Gue cium pipinya, terus dia balik badan dan peluk gue erat.

"Bibi udah bilang belum? Bibi senang banget kamu akhirnya balik dan tinggal di rumah?"

"Baru puluhan kali, Bi," jawab gue sambil menyeringai, mencomot tomat ceri dari meja dan langsung masuk mulut.

"Mereka semua nunggu di ruang makan, tuh. Sana gih, nanti Bibi bawain makan malamnya."

"Oke. Tapi Ailsa mau makan dessert di sini aja, soalnya pingin dengar cerita Mochie sama Mollie."

Anak-anak Mirrae yang umurnya sedikit di atas gue, dari dulu mereka memang dekat banget sama gue.

"Cocok, tuh," katanya.

Gue jalan ke ruang makan, peluk mereka satu-satu, terus duduk di sebelah nenek. Langsung deh mereka menembak pertanyaan soal cafe.

Gue jawab satu-satu, dan untung Mirrae datang bawa makanan.

Interogasi kelar.

"Kakek bangga, kamu mutusin buka usaha sendiri. Apalagi apartemen di lantai atas itu. Cerdas banget dari sisi investasi," kata kakek sambil memutar spaghetti dan menyuap ke mulut.

"Makasih, Kek. So far sih lumayan lancar, jadi ya ... Ailsa enggak bisa ngeluh."

"Mama cuma enggak sreg kamu tinggal di atas tempat usaha. Kecil banget itu tempatnya," celetuk Mama.

"Dia masih muda, enggak butuh banyak ruang," timpal nenek sambil berkedip. "Lagipula tempatnya manis."

"Benar, Nek. Ailsa ngerasa cocok banget tinggal di sana. Pokoknya Ailsa nyaman." Gue minum air, tarik napas pelan. "Ngomong-ngomong, beberapa hari lalu ada yang datang ke tempat Ailsa."

"Jangan-jangan Jully?" tanya Papa. Nadanya ketus. Semua orang langsung menoleh.

Gue memang sempat cerita soal Jully beberapa bulan lalu ke Papa, dan dia minta gue buat merahasiakan itu rapat-rapat. Katanya dia sudah bereskan.

Soalnya keluarga kita sudah bersatu. Papanya Jully itu partner bisnis Papa, kakek-nenek kita juga berteman dari kecil.

Tapi Jully tahu banget kalau dia enggak boleh dekati gue lagi setelah peristiwa itu.

Kalau dia memaksa, polisi bakal turun tangan. Jadi, kalau dia mau semuanya aman, ya dia harus jaga jarak.

"Memangnya kenapa, sih, sama Jully? Bukannya dulu kalian kuliah bareng? Kakek kira kalian berteman. Kayaknya, dia dulu naksir kamu, deh. Iya, kan?" tanya kakek.

1
Vike Kusumaningrum 💜
Ternyata Antari masih menekan ego walau sudah tua jg
Yuliana Purnomo
semangat Thor 🥰
Vike Kusumaningrum 💜
Sampe ke Ailsa minta maaf sama Hazarie atas perbuatan Caspian

sampe Nauru akhirnya mau minuman gratis di cafe Ailsa 🤭
𝙳𝚒𝚝𝚢𝚊𝚁 🍁: oke broo,
total 1 replies
Vike Kusumaningrum 💜
ini kok g update², gimana lanjutannya , udah maraton bapaknyo, oom²nya, lah pas Ailsa mandek 😭😭

walau di cerita awal, Caspian itu adiknya tapi disini jd kakaknya, gpplah. mohon lanjutannya Thor 🙏🙏🙏🙏
Vike Kusumaningrum 💜: siap 👍👍
total 2 replies
Yuliana Purnomo
heemmmm bgtu menyakitkan kenyataan hidup Nauru
Yuliana Purnomo
heemm pantesan benci banget sm keluarga Ailsa,,emang separah itu fitnah mereka ke Nauru
Yuliana Purnomo
aku dah curiga kalau Ailsa trauma
Yuliana Purnomo
asyiiik dapet ciuman
Yuliana Purnomo
cie cie cie cie Nauru main sosor aja
𝙳𝚒𝚝𝚢𝚊𝚁 🍁: wkwkwk/Shy/
total 1 replies
Yuliana Purnomo
lanjut
Yuliana Purnomo
👍👍👍👍
Yuliana Purnomo
kayaknya perjalanan cinta kalian banyak rintangan nya deh
Yuliana Purnomo
pasti Jully,,alasan Ailsa belajar boxing
Yuliana Purnomo
hemmm mulaii membangun kedekatan Beans dn Nauru
Yuliana Purnomo
semangat rabbit boy
Yuliana Purnomo
pasti yg dtng Beans
Yuliana Purnomo
paling bisa si rabbit boy
Yuliana Purnomo
papa ailsa ngomong aja terus kejelekan anak gym sebelah,,gak jantungan apa kalau tau ank sndiri yg gak bener/caspian pembikin ulah
Ecca K.D
selamat pagi thor
Yuliana Purnomo
semangat rabbit boy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!