Tumbuh di lingkungan panti asuhan membuat gadis bernama Kafisha Angraeni memimpikan kehidupan bahagia setelah dewasa nanti, mendapatkan pendamping yang mencintai dan menerima keadaannya yang hanya dibesarkan di sebuah panti asuhan. namun semua mimpi Fisha begitu biasa di sapa, harus Kalam setelah seorang wanita berusia empat puluh tahun, Irin Trisnawati datang melamar dirinya untuk sang suami. sudah berbagai cara dan usaha dilakukan Kira untuk menolak lamaran tersebut, namun Irin tetap mencari cara hingga pada akhirnya Fisha tak dapat lagi menolaknya.
"Apa kamu sudah tidak waras, sayang???? bagaimana mungkin kamu meminta mas menikah lagi... sampai kapanpun mas tidak akan menikah lagi. mas tidak ingin menyakiti hati wanita yang sangat mas cintai." jawaban tegas tersebut terucap dari mulut pria bernama Ardian Baskoro ketika sang istri menyampaikan niatnya. penolakan keras di lakukan Ardi, hingga suatu hari dengan berat hati pria itu terpaksa mewujudkan keinginan sang istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7.
Belum habis rasa terkejut Kafisha atas kembalinya sahabat sekaligus pria yang sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri olehnya tersebut, kini Kafisha kembali dikejutkan dengan pengakuan Ilham. Ya, pria itu baru saja mengakui perasaannya terhadap Kafisha, perasaan yang sudah bertahun-tahun dipendamnya. Bahkan tanpa sepengetahuan Kafisha, Ilham sengaja menyelesaikan studinya lebih awal agar bisa segera bertemu dengan gadis yang sangat dicintainya, dan rencananya setelah tiba di tanah air ia akan segera melamar Kafisha menjadi istrinya.
"Sekarang Kafisha sudah menjadi istri orang, mas, Tidak mungkin bagi mas Ilham untuk memiliki Fisha." Kafisha berusaha tetap tenang walaupun pengakuan Ilham barusan masih membuatnya syok.
"Tapi kenapa Kafisha??? kenapa kamu tidak menolak dinikahkan dengan pria yang sudah beristri???."
Setelah mendengar sedikit penjelasan ibu panti tentang sosok Ardian beberapa saat yang lalu, kini Ilham ingin mendengar alasan itu langsung dari mulut Kafisha.
"Apapun alasan Kafisha menikah dengan pak Ardian, tetap saja sekarang ini Fisha sudah menjadi istri orang dan tidak pantas rasanya jika berlama-lama berduaan dengan pria lain. Fisha harap mas Ilham bisa mengerti!." bukannya tak ingin menjawab, tapi Kafisha sendiri Bingung harus memberikan jawaban seperti apa. Pasalnya, ia sendiri tak tahu pasti apa alasan Irin memintanya menikah dengan Ardian.
Tanpa di sadari oleh Ilham maupun Kafisha ternyata sejak tadi diam-diam Ardian mengamati interaksi antara keduanya dari kejauhan.
"Apa sebenarnya yang sedang mereka bicarakan???." batin Ardian penasaran sekaligus kesal. Kesal???? Ardian sendiri bingung dengan perasaannya. bukannya ia membenci gadis itu, lalu Mengapa ada perasaan tak rela ketika melihat Kafisha berduaan dengan pria lain???
Menyadari pergerakan Kafisha hendak berlalu meninggalkan taman belakang, Ardian pun bergegas kembali ke teras depan, bergabung bersama dengan anak-anak yang sedang bermain.
"Pak Ardian..." suara ibu panti mengejutkan Ardian yang masih sibuk menerka-nerka pembicaraan istri keduanya itu bersama pemuda berusia tiga puluh dua tahun tersebut. Ardian mungkin tidak tahu apa yang tadi dibicarakan oleh keduanya, namun dari tatapan Ilham pada istri keduanya itu, Ardian bisa menebak jika pemuda itu memiliki rasa terhadap Kafisha. Dan itu semakin membuat perasaan Ardian tak karuan.
"Iy_Iya Bu." jawabnya terbata.
"Jika lelah, bapak bisa beristirahat di kamar! Ibu sudah merapikan kamarnya." tawar ibu panti.
"Terimakasih. maaf sudah merepotkan,Bu." balas Ardian merasa tak enak hati sudah merepotkan.
"Ibu sama sekali tidak merasa direpotkan. ibu justru senang, ditengah kesibukan pak Ardian masih menyempatkan waktu untuk berkunjung ke sini." balas ibu panti.
Pandangan ibu panti tertuju pada Kafisha yang berjalan ke arah mereka.
"Oh iya Fisha, sebaiknya ajak suami kamu beristirahat di kamar!!." ucap ibu panti setelah Kafisha berada dihadapannya.
"Baik, Bu." Kafisha berusaha menunjukkan pada ibu panti jika hubungannya dengan Ardian baik-baik saja. Ia tidak ingin ibu panti tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupannya, karena itu hanya akan menjadi buah pikiran wanita yang sudah dianggapnya sebagai ibu kandungnya sendiri tersebut.
"Mari pak, saya antarkan ke kamar untuk beristirahat!." ajak Kafisha dan Ardian langsung mengiyakannya tanpa ada drama penolakan terlebih dahulu.
"Maaf ya pak, kamarnya sempit." kata Kafisha ketika Ardian memasuki kamar yang ukurannya jauh lebih kecil ketimbang kamar ART di kediaman pria itu.
"Hebat ya kamu, memanggil laki-laki lain dengan sebutan mas. sementara saya, kamu panggil dengan sebutan bapak." bukannya menjawab, Ardian justru melontarkan kalimat sarkas yang mampu menciptakan kerutan halus di dahi Kafisha.
"Memangnya kalau bukan bapak, saya harus memanggil pak Ardian dengan sebutan apa???. Om...????."
"Om....???." cicit Ardian dengan tatapan tak suka. "Memangnya sejak kapan saya menikah dengan Tante Kamu....?"
Mengingat saat ini mereka sedang berada di panti, Kafisha pun tidak ingin berdebat, ia memilih berlalu begitu saja meninggalkan Ardian yang terlihat semakin kesal saja dengan tindakannya itu.
Daripada harus berdebat dengan Ardian, Kafisha memilih membantu ibu panti menyiapkan makan siang.
"Perlu bantuan nggak???." suara bariton milik Ilham sontak mengalihkan perhatian Kafisha dari penggorengan dihadapannya.
"Mas Ilham..." bukan hanya terkejut dengan kedatangan Ilham yang tiba-tiba didapur, namun Kafisha juga bingung dengan sikap Ilham yang bersikap seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
"Perlu bantuan, nggak???." seraya mengembangkan senyum, Ilham mengulang pertanyaannya saat menyaksikan Kafisha masih diam saja.
"Nggak usah, mas.lagian bentar lagi kelar kok." jawab Kafisha yang ikut membalas senyuman Ilham.
"Begitu ya, sayang sekali dong... padahal mas pengen bantu Loh...." balas Ilham dengan gaya dan keusilannya seperti empat tahun lalu sebelum mereka berpisah karena pemuda itu memutuskan melanjutkan pendidikannya di luar negeri.
Selesai memasak, dan juga makan siang bersama, Kafisha mengobrol ringan bersama anak-anak di ruang tengah. banyak yang menjadi topik obrolan mereka siang ini, sampai kemudian ibu panti datang bergabung.
"Ngobrolin apa sih, kelihatannya seru banget..." wanita berusia lima puluh lima tahun tersebut ikut bergabung.
"Banyak Bu, ngobrolin sekolah, hobi, kegiatan setelah pulang sekolah dan masih banyak lagi yang ingin kami obrolin dengan kak Fisha." jawab salah seorang anak.
"Sama, sebenarnya ibu juga masih ingin ngobrol banyak sama kak Fisha, tapi sayangnya sebentar lagi kak Fisha harus segera pulang, karena suami kak Fisha juga punya kesibukan yang lain." kata ibu panti.
"Pulang..." cicit Kafisha.
"Iya sayang....kata pak Ardian akhir-akhir ini beliau sedang sibuk dengan pekerjaannya di kantor jadi kalian tidak bisa menginap, tapi pak Ardian janji kalau ada waktu luang pasti akan kembali lagi ke sini."
Ya, tanpa sepengetahuan Kafisha beberapa saat lalu Ardian menemui ibu panti dan menyampaikan semua itu pada wanita paruh baya tersebut. sebenarnya kesibukan bukan alasan utama Ardian hingga tak bisa menginap, karena seorang pimpinan sepertinya tak sulit meluangkan waktu jika hanya untuk sehari. lalu apa alasan Ardian hingga memutuskan kembali hari ini juga??? Entahlah....hanya pria itu yang tahu.
Di sepanjang perjalanan kembali ke rumah, Kafisha hanya diam saja. protes pun rasanya ia tidak berhak, jika pria yang tengah duduk dibalik kemudi tersebut sudah mengambil keputusan. Hanya diam dan pasrah, itulah yang saat ini dilakukan oleh Kafisha meski hatinya sangat kecewa sekaligus kesal tak jadi menginap di panti.
Ardian melirik pada Kafisha yang hanya menatap ke jendela samping. "Sepertinya kau sedih sekali berpisah dengan pria itu."
"Apa pria itu kekasihmu???." kembali, tanya Ardian ketika menyaksikan Kafisha masih diam saja.
"Memangnya kalau mas Ilham itu pacar saya apa urusannya dengan bapak??? Tidak ada kan????." Entah setan apa yang kini merasuki Kafisha, hingga jawaban tersebut terucap dengan mulusnya dari bibir mungilnya.
"Sepertinya kau sudah tidak waras, Fisha... berani-beraninya kau berkata kasar seperti itu pada pak Ardian..." batin Kafisha penuh sesal ketika menyadari lirikan tajam Ardian.
disini siapa yang licik ???
disini siapa gak tamak???
gak usah sok playing victim gtu donk...
nggak semua orang bisa kamu jadikan boneka,yang hidupnya bisa kamu mainkan
ingin mengendalikan Ardian,tapi dia menyakiti Kafisha...
krᥒ ⍴ᥱᥒ᥆k᥆һᥲᥒ ᥒᥲmᥲᥒᥡᥲ һᥲm⍴іr mіrі⍴
sᥱmᥲᥒgᥲ𝗍 ᥡᥲ kᥲk ✍️
Ternyata Irin tak sebaik yang di kira...
aneh
jadi susah bedainnya kk Thor 😆🙏
seharusnya Ardian pindah ke kamar Kafisha ...
Ini kamar Ardian dan Irin gak pantes rasanya mereka tidur diranjang ini, apalagi Irin masih hidup.masih istri Ardian juga...
Kafisha dilamar sm irin untuk jadi madunya, karna anak lakinya suka sama kafisha
Gitu gak yaaa ?
Semakin seruuu ceritanyaaa, semangat terus thor 💪🏼
malang bener nasib mu Fisha....
kenak kehamilan simpatik ini si Adrian😆😆😆😆