Aku Bukan Simpanan
Tuk-tak- tuk-tak.
Suara langkah kaki yang yang terdengar menuruni anak tangga. Gadis cantik yang tampak baru bangun tidur dengan rambut yang sedikit berantakan yang menguap.
Tinnong, tinnong. Tinnong.
Suara bel rumah yang terdengar beberapa kali.
"Kemana semua orang. Kenapa pintu tidak di buka?" ucapnya dengan melihat ke sekitarnya dan tidak ada tanda-tanda orang yang akan membuka pintu.
Gadis cantik yang berpenampilan khas bangun tidur itu mau tidak mau melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga menuju pintu.
"Iya sebentar," ucapnya dengan kesal.
Saat pintu terbuka yang terlihat seorang pria tampan yang membawa boucket bunga mawar yang tersenyum.
Namun gadis cantik itu malah kaget dengan mata melotot yang buru-buru merapikan penampilannya.
"Kak Devan," ucapnya menelan saliva yang merasa malu baru bangun tidur dan sudah dilihat oleh orang lain seperti itu.
"Selamat pagi Aletta!" sapa Devan tersenyum ramah.
"Pa_ pagi!" Aleta yang terlihat gugup yang ingin menyembunyikan wajahnya yang begitu sangat berantakan.
"Hmmm, mau cari kak Thalia?" tanya Aletta.
"Iya. Apa Thalia sudah bangun?" tanya Devan dengan nada menyindir.
"Hmmm, masuk kak. Biar Aletta panggil!" ucap Aletta dengan gugup yang mempersilahkan dan dia justru pergi dengan buru-buru kembali menaiki anak tangga. Devan hanya geleng-geleng kepala.
Devan sepertinya sudah biasa datang ke rumah itu yang langsung menduduki ruang tamu yang membuat buket bunga yang terjatuh dia pegang di sebelahnya.
Aletta memasuki salah satu kamar yang ada di rumah itu.
"Kak Thalia!" kesal Aletta yang membuat wanita bernama Thalia yang duduk di depan cermin membalikan tubuh dengan mengerutkan dahi.
"Ada apa Aletta?" tanya Thalia heran.
"Kakak asik ngaca terus. Tuh di depan ada kak Devan," ucapnya dengan kesal.
"Devan sudah kembali dari Luar Negeri?" tanya Thalia.
"Kenapa tanya aku yang punya pacar siapa," kesal Aletta.
"Ya. sudah kenapa jadi marah-marah sama kakak," sahut Thalia.
"Bagaimana aku tidak kesel dengan Kakak. Aku harus membuka pintu dengan penampilan seperti ini dan itu sama saja bikin malu. Masa iya sudah jam 10.00 seperti ini masih ada yang bangun pagi," ucapnya dengan kesal.
"Nah, itu kamu sadar kalau anak gadis itu tidak boleh bangun lama-lama. Kakak pikir kamu tidak punya rasa malu. Makanya kalau dibanguni Bunda itu kamu nggak usah ngeyel," ucap Thalia yang malah menasehati adiknya.
"Isss apaan sih. Sama aja kayak pacarnya suka nyindir-nyindir," kesal Aletta.
"Sudah sana buruan temui pacarnya!" Aletta yang semakin kesal langsung keluar dari kamar sang kakak.
Thalia hanya geleng-geleng kepala saja melihat kelakuan adiknya itu.
Thalia yang akhirnya menuruni anak tangga untuk menghampiri kekasihnya.
"Sayang!" sapa Thalia.
"Hey!" Devan tersenyum berdiri dari tempat duduknya dan tidak lupa membawa bunga yang sudah dia siapkan saja tadi.
"Untuk kamu," ucap Devan.
"Makasih sayang!" Thalia memberikan pelukan hangat kepada sang suami.
"Kamu lagi-lagi memberiku surprise. Kamu tidak mengabari kalau akan pulang," ucap Thalia yang sudah melepas pelukan itu.
"Jika aku mengabari namanya itu bukan surprise," sahut Devan.
Thalia tersenyum dan nampak bermanja dengan pria itu. Kemudian mereka kembali menduduki sofa untuk mengobrol melepas rindu satu sama lain setelah LDR cukup lama.
Karena Devan masih berada di rumah Thalia yang akhirnya mereka lakukan makan bersama dengan keluarga Thalia dan juga Aletta.
"Masakan Tante benar-benar sangat dirindukan di Amerika," ucap sembari mengunyah makanannya.
"Kamu jangan terus memuji masakan Tante. Nanti Tante jadi besar kepala," sahut Ratih dengan tersenyum.
"Tapi itu adalah kenyataan," sahut Devan.
"Sayang, jika kamu menyukai masakan Bunda. Kamu jangan memintaku ya untuk bisa memasak seperti Bunda jika kita sudah menikah nanti. Karena itu tidak akan mungkin bisa aku lakukan," ucap Thalia.
"Thalia tidak ada yang tidak mungkin bisa dilakukan dan kamu bisa belajar. Bunda kamu juga tidak bisa memasak saat menikah dengan Ayah dan terbukti Bunda kamu bisa memasak," sahut Danu memberikan masukan.
"Itu pasti sulit sekali Ayah dan apalagi Thalia juga masih bekerja," jawabnya sepertinya sudah tidak ingin membayangkan semua itu.
"Zaman sekarang sudah banyak sekali orang-orang yang memiliki Art. Tidak apa-apa jika tidak bisa memasak dan nanti juga lama-lama akan terbiasa," sahut Devan yang ternyata tidak mempermasalahkan hal itu.
"Untung aku memiliki pacar yang sangat pengertian, jadi tidak ada yang perlu aku khawatirkan," sahut Thalia yang tidak segan-segan bermanja pada kekasihnya dengan menyandarkan kepalanya di bahu Devan.
"Aletta bagaimana kuliah baru kamu?" tanya Devan.
"Hmmm, biasalah namanya juga murid baru dan pasti banyak senior yang memiliki sifat iri dan sok berkuasa," jawab Aletta yang tidak bersemangat.
Aletta yang masih berusia 17 tahun yang memang sudah lulus SMA dan baru memasuki kuliah semester 1. Aletta dan Thalia berjarak 5 tahun.
"Itu sudah menjadi hal biasa. Kamu harus mempersiapkan diri baik-baik dan percayalah semua akan terkendali," ucap Devan memberikan semangat.
"Makanya Aletta, Kamu harus menjadi mahasiswi yang jutek, agar para senior kamu tidak berani kepada kamu jangan hanya jutek di rumah saja," ucap Thalia memberi saran pada adiknya.
"Isss kakak itu sama saja mengajari yang tidak-tidak dan bisa kita aku menjadi sasaran mereka!" tegas Aletta.
"Sudah-sudah. Kenapa kalian jadi bertengkar seperti ini hah!"
"Hmmm, Devan kamu akan kembali ke Luar Negeri lagi?" tanya Ratih.
"Untuk saat ini masih belum Tante. Saya masih mengurus pekerjaan di sini," jawab Devan.
"Kalau begitu sebaiknya merencanakan pernikahan," sahut Danu memberikan saran.
"Ayah jangan dulu menikah. Thalia masih 22 tahun. Masih ada beberapa tahun lagi untuk kami melanjutkan hubungan kejenjang pernikahan," ucap Thalia.
"Tapi kamu tidak boleh menunda-nunda. Devan juga sudah matang untuk menikah," sahut Ratih.
"Devan juga masih terlalu muda, 26 tahun itu masih sangat muda bagi seorang pria untuk menikah," sahut Thalia.
"Tante kami sudah membicarakan pernikahan kami dan memang kami memiliki target sekitar 2 atau 3 tahun ke depan," sahut Devan.
"Tuh dengerin," sahut Thalia.
"Kenapa sih harus membicarakan pernikahan di depan anak di bawah umur seperti ini. Menyebalkan tahu!" sahut Aletta kesal.
"Aletta kelakuan kamu yang di bawah umur, tetapi kamu itu sudah dewasa!" ejek Thalia.
"Sudah-sudah, jangan mulai untuk bertengkar lagi!" sahut Ratih dengan tegas.
Devan sebagai tamu di sana hanya tersenyum saja melihat adik kakak yang menggemaskan jika sudah ribut-ribut kecil.
Setelah makan siang bersama Devan dan Talia melanjutkan melepas rasa rindu mereka untuk berjalan-jalan sampai malam hari yang akhirnya Devan mengantarkan Thalia pulang ke rumah.
Devan yang tidak mampir lagi dan Thalia hanya melambaikan tangan melihat kepergian mobil kekasihnya itu. Setelah itu Thalia memasuki rumah. Ternyata Aletta yang melihat hal itu dari jendela kamarnya.
Dia tidak sengaja sama sekali, hanya kebetulan saja ingin menutup jendela kamar dan melihat sang Kakak pulang diantar kekasihnya yang sudah setahun dia pacari.
"Kalau aku saja yang pulang malam-malam seperti itu pasti diomeli. Adik juga akan seperti itu kalau kakaknya tidak memulai," oceh Aletta dengan kesal.
Thalia memang pasti sering menasehati adiknya yang masih remaja dan apalagi sudah memasuki universitas yang sangat berbeda pergaulannya dengan di sekolah.
Bersambung.
...Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan pada novel terbaru saya. Jangan lupa like, koment, subscribe dan vote yang banyak. Terima kasih untuk kalian semua yang selalu mendukung karya saya. Berkat dukungan kalian karya saya akan terus berkembang. Terima kasih........
...Jangan lupa follow Ig saya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments