Fahrul Bramantyo dan Fahrasyah Akira merupakan sahabat sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Mereka sangat akrab bak saudara kembar yang merasakan setiap suka dan duka satu sama lain.
Namun semuanya berubah saat kesalahpahaman terjadi. Fahrul menjadi pria yang sangat kasar terhadap Fahra. Beberapa kali pria itu membuat Fahra terluka, hingga membuat tubuh Fahra berdarah. Padahal ia tau bahwa Fahra nya itu sangat takut akan darah.
Karena Fahra kecil yang merasa takut kepada Fahrul, akhirnya mereka pindah ke Malang dan disana Fahra bertemu dengan Fahri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LoveHR23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bajingan
Terdengar suara kekehan. Pria itu membalikkan badannya dan menoleh ke arah Fahra. Rendi, bukan Ridho. Pria yang mengenakan topi itu adalah Rendi, sahabat karib Fahrul. Tubuh Fahra menegang. Mata gadis itu mendelik tak menyangka. Apakah Fahra salah orang? Atau dia sedang dijebak?
"Hai, cantik" ucap Rendi tersenyum smirk. Pria itu melangkah mendekati Fahra.
Fahra terus berjalan mundur. Ia begitu takut dengan pria yang ada dihadapannya. "Si-siapa kamu? Ri-ridho mana? Kamu bu-bukan Ridho."
Rendi sama sekali tak menggubris ucapan Fahra. Ia terus tertawa sembari terus mendekat langkahnya ke Fahra. Saat sampai didekat motornya, tiba-tiba muncul 2 orang pria yang salah satunya sudah mengambil kunci motor Fahra. Ketiga pria itu mengelilingi Fahra, hingga membuat gadis itu semakin takut. Wajahnya kini semakin panik.
"TOLONG!!! AYAH! BUNDA! TOLONGIN FAHRA" gadis itu berteriak mencari pertolongan. Namun jalanan itu begitu sepi. Hanya ada dia, ketiga pria berandal, dan seorang pria yang sedang menyaksikan kejadian itu dari jauh. Pria itu Fahrul.
"Ayolah, cantik. Mari kita bersenang-senang malam ini." ucap Aji yang terlihat begitu senang.
"Jangan nangis, dong. Kami gak bakal nyakitin kamu kok. Paling kami cuma minta jatah aja." sahut Deri tak kalah gencar.
"Jatah apa? Fahra gak bawa uang. Fahra cuma bawa bensin ini." ucap Fahra menunjukkan bensin yang dipegangnya.
"Cuma pakai cardigan? Gak susahlah buat dibuka. Tinggal sekali sobek, baju lo juga bakal abis kami telanjangi." kali ini Rendi yang bersuara sembari mengedipkan matanya.
Kaki Fahra semakin gemetar. "Fa-fahra ke sini mau bawain bensin untuk Ridho." ucap gadis itu lirih. Fahra berjalan mundur dari hadapan Aji dan Deri. Tanpa sadar, tubuhnya menubruk dada bidang Rendi. Bensin yang dipegangnya pun ikutan jatuh. Kesempatan itu tak Rendi sia-sia kan. Ia langsung memeluk tubuh Fahra dengan begitu erat. Gadis itu mati kutu sekarang. Ia hanya bisa berteriak saat tubuhnya sudah dikunci oleh tubuh Rendi.
"Lepasin Fahra. Kalian bisa ambil hp Fahra. Tapi jangan apa-apain Fahra." gadis itu sudah menangis sekarang. Ia sangat takut. Tubuhnya sudah lemas karena ketakutan itu.
"Hey, kenapa lo nangis? Rileks aja sama kami. Setelah hasrat kami puas, lo bakal kami lepasin kok." ucap Rendi membelai pipi Fahra. Wajah Fahra langsung memberontak. Gadis itu tak sudi jika pipinya dipegang oleh seorang pria bajingan.
Dengan sekuat tenaga, Fahra memberontak dan berusaha melepaskan tubuh Rendi yang memeluknya.
Brukk!!
Saat lepas, Fahra mendorong ketiga pria itu dengan sekuat tenaganya. Dan ketiganya terjatuh walau tak merasakan sakit yang terlalu. Gadis itu berusaha berlari dengan sekuat tenaga sambil menangis sejadi-jadinya. Melihat Fahra menangis dan ketakutan, Fahrul tersenyum bangga. Ia hanya terus menonton tanpa berniat membantu.
Rendi semakin membabi buta dan berusaha mendapatkan Fahra. Dengan sekuat tenaga pula, Rendi mengejar Fahra dan berhasil menarik cardigan gadis itu. Saat itu pula Fahra terjatuh karena cardigannya yang ditarik. Dengan cepat gadis itu berusaha melepaskan cardigannya. Namun setelah lepas, bukannya Fahra bisa bebas, cardigan itu malah dilingkarkan Rendi ke leher Fahra. Rendi mencekik Fahra dengan cardigan.
Uhukk uhukk
"Lepasin. Leher Fahra sakit. Fahra gak bisa nafas. Ayah Bunda, Fahra takut." lagi-lagi gadis itu terisak ditengah kesakitannya.
Melihat itu, Fahrul merasa sesak. Hatinya seperti tercabik-cabik. Ia tak mampu melihat Fahra menderita seperti itu. Hal terbodoh yang ia lakukan adalah saat nyaksikan orang yang ia sayangi tersakiti, namun dirinya menolak untuk membantu. Dengan cepat, kaki Fahrul mencoba untuk menghampiri Fahra yang sedang kesakitan. Namun beberapa kali langkahnya memutar balik arah. Fikirannya selalu menolak untuk membantu gadis yang sedang tercekik itu.
Fahra semakin lemas saat Rendi mengeratkan cekikkannya ke leher Fahra. Beberapa kali gadis itu meminta ampun, namun Rendi sama sekali tak mempedulikannya. Ia terus tertawa ria bersama teman-temannya. Karena tak mampu melihat itu semua, Fahrul memaksakan langkahnya untuk membantu Fahra.
Titt titt titt...
Terdengar suara klakson motor yang mulai mendekat ke arah Fahra. Langkah Fahrul terhenti saat melihat beberapa motor itu. Saat melihat orang yang dicarinya, pengemudi motor itu berhenti. Tiga orang yang terdiri dari 2 pria dan 1 wanita itu turun dari motornya.
"BAJINGAN!" teriak salah seorang pria itu. Ia berlari menghampiri Rendi dan menendang bahu Rendi yang tengah berjongkok mencekik Fahra. Cekikkan itu akhirnya terlepas. Fahra dapat bernafas dengan tenang.
"Fahra!!" dengan sigap seorang gadis memangku Fahra dipangkuannya.
"Cinta?" walau pandangannya sedikit buram, Fahra dapat mengenali wanita yang sedang memangku kepalanya. Ya, ketiga orang itu adalah Cinta, Ridho, dan Beni. Dan pria yang menendang bahu Rendi adalah Ridho. Beni juga tengah sibuk melawan 2 orang berandal itu.
Dengan cepat, Cinta membawa Fahra ke pinggir dan bergegas membantu Ridho dan Beni melawan ketiga berandal itu. Ridho menatap Rendi tajam. Pria itu mengenal siapa pria yang ada dihadapannya.
"Rendi?" ujarnya disela-sela kemarahannya. "Jadi lo yang--" ucapan Ridho terhenti saat tak sengaja matanya memandang sesosok pria yang sedang berada tidak terlalu jauh dari mereka. "Fahrul?" ucap Ridho tak terlalu keras, hingga Rendi tak mendengarnya.
~"Apa itu beneran Fahrul?"~ batin Ridho. Pria itu berusaha melihat dengan jelas lagi.
Pria itu berusaha melihat dengan jelas lagi. Namun saat ia melihat dengan jelas, ia tak mampu berkata apa pun. Tatapannya seketika sendu. Ia tak percaya kalau ini adalah perbuatan Fahrul. Ia menundukkan kepalanya lemas. Tatapannya kosong. Fikirannya menimbulkan beberapa pertanyaan. Apa yang akan ia lakukan pada orang suruhan sahabatnya sendiri?
Disela-sela kelengahan Ridho, Rendi memanfaatkan kesempatan itu untuk mengeluarkan senjata tajam. Mata Fahra terbelalak saat melihat pisau ditangan pria bajingan itu. Fahra mengumpulkan tenaga agar dapat membantu Ridho yang sedang lengah. Rendi beranjak dan tidak disadari oleh pria didepannya. Dengan senyum devil, Rendi berjalan mendekat ke Ridho.
Ssshhhettt
Pisau itu berhasil menggoreskan luka dilengan seseorang. Bukan Ridho, tapi Fahra. Gadis itu mentamengi Ridho dari pisau.
"Aww sakit" lirih Fahra merintih.
"Brengsek!" tukas Ridho menendang tubuh Rendi. Ia juga melayangkan beberapa pukulan dirahang Rendi.
Melihat Fahra yang meringis kesakitan, Fahrul tak mampu mencegah langkahnya. Ia berlari menghampiri keributan itu. Kini kedua teman Rendi sudah kewalahan melawan Cinta dan Beni. Tak sampai disitu, Rendi menghampiri kedua temannya. Begitu juga Cinta dan Beni yang bergegas menghampiri Ridho.
Mereka semua berdiri sejajar dengan teman masing-masing. Dan saling berhadapan dengan lawannya. Sementara Fahra, gadis itu masih meringis kesakitan, terduduk diantara 2 kubu. Fahra berusaha untuk berdiri dan menghampiri teman-temannya. Gadis itu berlari ke arah Ridho dan menjatuhkan tubuhnya kedalam pelukan seorang pria. Matanya terpejam. Ia tak mampu melihat siapa pria yang dipeluknya. Ia yakin, pria itu adalah pria yang mampu menopang dan membantunya, yaitu Ridho.