Mengejar Cinta, Suamiku

Mengejar Cinta, Suamiku

bab 1

Adzan Maghrib berkumandang, seluruh penghuni pondok pesantren Al-Aziziyah, bergegas menuju ke sebuah masjid yang memang ada di kawasan pondok pesantren besar itu.

Ya, pondok pesantren Al-Aziziyah tergolong pondok pesantren yang sangat besar di kota itu, bahkan luasnya mencapai kira-kira 1600 hektar...

Seorang kyai bernama Al-Ghazali, pemimpin pondok pesantren itu. Sebelumnya pondok pesantren itu kecil, dan belum seluas ini, tapi saat di tangan kyai Al-Ghazali, pondok pesantren itu mengembang pesat, bahkan terkenal  sampai di luar kota juga.

Banyak yang datang dari luar kota untuk mencari ilmu di pondok pesantren itu.

Setelah melakukan kajian malam ini, Gus Fauzan anak pertama dari kyai Al-Ghazali itu langsung menarik dirinya menuju ke ndalem, tempat yang ada di tengah-tengah bangunan itu. Tempat dimana rumah pemilik sang pondok pesantren.

Gus Fauzan yang memang baru dua hari ini pulang dari Kairo, ya, dirinya menempuh pendidikannya di sana. Belajar lebih banyak lagi tentang ilmu agama, dan sampai beberapa tahun kemudian, Gus Fauzan kembali ke Indonesia dan kini dirinya telah begerlar seorang Gus. Dan dirinya lah yang akan meneruskan pondok pesantren milik sang Abi.

"Zan, sini dulu duduk, ada hal yang ingin Abi dan ummi katakan denganmu." Seru sang Abi, memanggil anaknya itu,

Gus Fauzan menurut, duduk di sofa yang saling berhadapan dengan Abi dan umminya.

"Ya, ada apa, ummi, Abi?" Tanya Gus Fauzan, matanya menatap lekat kedua orangtuanya itu.

Sang Abi tersenyum, menghela nafasnya perlahan. "Jadi begini Fauzan, anakku. Abi dan ummi ingin menyampaikan sesuatu,  karena kamu sudah selesai menempuh pendidikan kamu, Abi dan ummi ingin menikahkan kamu dengan anak sahabat Abi."

Deg

"Apa?!" Gus Fauzan yang  bergamis putih dan bersorban putih itu terkejut saat mendengar apa yang baru saja terlontar dari mulut sang Abi.

Kepala Gus Fauzan langsung menggeleng kencang. "Nggak Abi. Fauzan tidak mau" ucap Gus Fauzan, nada suaranya pelan dan tidak membentak. Suatu ajaran yang selalu di terapkan oleh kedua orangtuanya.

"Kenapa tidak mau? Dia gadis yang baik. Dia dari kalangan baik-baik. Walaupun dia tidak mondok di pesantren, tapi Abi sangat mengenal gadis itu." Ucap kyai Al-Ghazali.

Gus Fauzan menghela nafasnya kasar, menautkan jari jemarinya, sungguh dirinya tidak mungkin mengatakan jika sudah memiliki wanita yang di cintai. Pasti Abi dan ummi-nya akan marah besar. Apa lagi saat keduanya tau kalau selama ini bahkan Gus Fauzan sering berkomunikasi.

"Fauzan, jawab nak. Ummi juga sangat mengenal gadis ini. Dia gadis yang sangat baik. Bahkan, beberapa kali ummi datang melihat gadis ini, dia sangat lemah lembut. Berbicaranya saja, Masya Allah, tertata sangat rapi. Pak Ahmad sangat pandai mendidik anak-anaknya." Ucap ummi Sekar.

Gus Fauzan menggelengkan kepalanya. "Maaf, Abi, ummi. Tapi Fauzan tetap tidak bisa."

"Kenapa? Ada suatu hal yang membuatmu tidak mau menerima perjodohan ini?" Tanya kyai Al-Ghazali menatap lekat wajah anaknya.

Gus Fauzan menipiskan bibirnya. "Fauzan sudah jatuh hati pada gadis lain, Abi. Bahkan sudah lama, semenjak Fauzan sekolah SMA dulu."

Kini, giliran ummi dan Abi yang terkejut mendengar itu.

"Astaghfirullah nak, kamu berpacaran dengan gadis itu?" Tanya ummi syok.

Gus Fauzan menggeleng kencang. "Tidak, ummi. Fauzan tidak pacaran, Fauzan hanya memiliki rasa saja. Dan dia juga sama Abi, ummi. Dia sama memiliki perasaan dengan Fauzan. Tapi kami tidak mau pacaran, karena kami tau hal itu dosa besar. Dia juga anak seorang kyai di sebuah pondok pesantren," ucap Fauzan menjelaskan.

"Tapi, Zan. Kami sudah menjodohkan kamu dengan gadis anak sahabat Abi."

"Bi, Fauzan mohon. Fauzan nggak mau menikah dengan jodoh pilihan Abi. Fauzan punya pilihan sendiri." Ucap Fauzan memohon.

Kyai Al-Ghazali menghela nafasnya berat, raut  kecewa jelas terpatri di wajahnya, sungguh biar bagaimanapun, dirinya sudah membuat perjanjian dengan sang sahabat, tidak mungkin kayi Al-Ghazali mengingkarinya.

"Kalau begitu, lamar gadis itu, dan menikahlah kalian, karena perasaan kalian yang saling menyukai akan membuat hal-hal yang tidak di inginkan terjadi." Ucap Abi-nya, membuat Gus Fauzan melotot.

"Tapi, Abi..."

"Tidak ada tapi-tapian, jika dia tidak mau menikah dengan kamu, maka kamu akan tetap Abi jodohkan dengan anak sahabat Abi."

Entah mengapa kyai Al-Ghazali sangat yakin, gadis yang di sukai oleh putranya itu tak akan mau di ajak menikah.

"Abi, Fauzan belum siap menikah, Fauzan juga baru selesai menempuh pendidikan Fauzan. Fauzan juga baru membuka toko buku, belum besar Abi." Ucap Fauzan, dirinya memang baru membuka sebuah toko buku tidak jauh dari pondok pesantren ini. Kecintaannya membaca buku membuat Gus Fauzan membuka toko buku.

"Abi tidak peduli." Kali ini kyai Al-Ghazali berucap tegas. "Ummi juga butuh bantuan untuk mengurus santriwati perempuan. Dan salah satu caranya hanya kamu menikah. Sesuai apa yang Abi katakan, Zan. Jika dia tidak mau, maka kamu harus menikah dengan pilihan Abi." Setelah mengatakan itu kyai Al-Ghazali dan ummi Sekar pergi dari sana, meninggalkan Gus Fauzan yang meremas rambutnya.

*

*

Keesokan harinya...

Gus Fauzan mengirimi pesan Arfira untuk mengajaknya bertemu. Ya, memang keduanya sering berkirim pesan, walaupun Gus Fauzan ada di Kairo, tapi dirinya tetap saling berkomunikasi dengan Arfira.

"Ketemuan di kafe lebih bagus."

"Boleh. Tapi nanti ya, aku masih ada kerjaan sedikit lagi ini" sahut Arfira di seberang telpon. Arfira juga tau kalau pria itu sudah pulang, karena Gus Fauzan yang memberitahunya. 

"Iya. Nanti kamu kasih tau saja kafe yang mana"

"Oke. Aku tutup dulu ya. Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

Gus Fauzan menghela nafasnya kasar, menatap ponsel yang panggilannya sudah mata itu, dan di layarnya sana ada foto Arfira yang tersenyum manis sedang memegang sebuah Al-Qur'an.

"Saya mencintai kamu, Fira. Saya tidak mungkin bisa menikah dengan wanita lain," monolog Gus Fauzan.

Beberapa menit kemudian, sebuah pesan masuk, dan itu jelas tentu dari Arfira. Gus Fauzan membukanya, dan di sana sudah tertera nama kafe yang akan mereka datangi.

Gus Fauzan langsung bergegas menuju ke kafe tersebut.

Gus Fauzan mengedarkan pandangannya saat sudah sampai dan mencari keberadaan Arfira. Dirinya melihat gadis berhijab merah tengah duduk di sebuah kursi yang ada di dekat sebuah jendela besar.

Gus Fauzan langsung memacukan langkahnya menghampiri, menarik kursi yang ada di depan Arfira lalu duduk di sana.

Sesaat keduanya sama-sama diam, menyelami debar jantung yang sama-sama berpacu cepat. Ini pertemuan pertama mereka setelah sekian tahun lamanya mereka tak bertemu, dan perasaan cinta itu masih sama dan utuh. Malah rindu ada di antara keduanya.

Namun, mereka sama-sama menahan rasa rindu yang bergejolak hebat itu.

Gus Fauzan berdekhem, menghilangkan rasa canggung di antara keduanya, lalu dirinya memilih bertanya tentang kabar gadis itu.

Keduanya larut dalam perbincangan singkat itu, dan kini Gus Fauzan langsung mengatakan hal inti dari ajakan pertemuan ini.

"Fir, bagaimana kalau kita menikah?" Ucap Gus Fauzan lembut.

Arfira melotot, tak percaya jika dirinya di lamar hari ini. Dirinya bahagia dan senang luar biasa, namun dirinya tidak bisa menerima lamaran itu.

"Maaf, Fauzan aku belum bisa." Sahut Arfira.

"Kenapa?" Tanya Gus Fauzan syok karena lamarannya di tolak.

"Aku masih mau meraih cita-citaku."

"Fir, kamu masih bisa meneruskan cita-cita kamu. Aku janji, aku bakalan kasih paham sama kedua orang tua aku."

Arfira menggelengkan kepalanya. "Maafkan aku sekali lagi. Aku tidak bisa Fauzan. Mungkin jika kamu meminta aku beberapa tahun lagi, aku siap. Tapi untuk sekarang aku belum siap, karena aku belum ingin berumah tangga."

Arfira tersenyum manis. "Datanglah padaku beberapa tahun lagi. Insyaallah aku siap. Eum, lebih tepatnya lima tahun lagi."

Setelah mengatakan itu, Arfira pamit pergi meninggalkan Gus Fauzan yang tampak frustasi.

"Bagaimana ini? Jika aku tak bisa menikahimu sekarang, Abi dan ummi akan menikahkanku dengan gadis lain." Monolog Gus Fauzan..

*

*

Gus Fauzan kembali ke pondok pesantren dengan perasaan hancur. Dirinya tidak menyangka jika Arfira akan menolak ajakan menikahnya. Padahal Gus Fauzan sudah berharap sekali jika Arfira mau di ajak menikah, dan dirinya akan terbebas dari perjodohan itu.

"Abi, apa tidak bisa menunggu lima tahun lagi?" Gus Fauzan bahkan menghampiri sang abi, dan memohon sekali lagi.

Kyai Al-Ghazali menghela nafasnya berat. "Abi sudah malu dengan sahabat Abi. Abi sendiri yang mengatakan perjodohan itu lebih dulu. Tapi, kamu..." Kyai Al-Ghazali tak bisa berkata-kata rasanya terlalu kecewa dengan anak satu-satunya itu. "Andai ada selain kamu, Abi tidak akan mengharapkan kamu, Zan!" Seru kyai Al-Ghazali.

Gus Fauzan menunduk, sambil memejamkan kedua bola matanya. Sesak, itu pasti ada. Apalagi Gus Fauzan sangat mencintai Arfira.

"Ahmad sakit kanker dan sudah stadium akhir. Dia sudah tidak bisa menahan keinginannya untuk menikahkan putrinya pada seseorang. Dia memang memiliki anak laki-laki yang biasa mewalikannya, tapi Ahmad ingin sendiri yang menikahkan anaknya."

Deg

Gus Fauzan terkejut mendengar perkataan dari sang Abi. Lidahnya keluh tak bisa berkata-kata.

"Fauzan. Andai adik kamu laki-laki sudah Abi suruh dia menikah dengan putrinya Ahmad." Kyai Al-Ghazali menghela nafasnya kasar. Sungguh melihat kondisi sahabatnya seperti itu, dirinya tak tega sama sekali. "Ahmad pernah mengatakan pada Abi, beliau tak setuju sebelumnya dengan perjodohan yang di buat ini, karena bagaimanapun setiap orang memiliki keinginan masing-masing. Mereka mempunyai pilihan. Tapi, Abi terus mendesaknya. Abi yakin, suatu saat nanti anak-anak Abi akan bahagia."

Gus Fauzan melengos, mana mungkin bahagia, saat pernikahan itu pasti di dasari oleh sebuah cinta, namun sang Abi malah menyangkal kenyataan itu.

"Allah maha mengetahui, Allah yang menggenggam takdir hamba-Nya, dia yang tau segalanya, Zan."

Gus Fauzan tidak menjawab, karena dirinya tidak mau melawan sang Abi lagi.

"Semua keputusan ada di tangan kamu, jika kamu masih menganggap aku Abi-mu. Maka, terimalah perjodohan ini."

Deg

Terpopuler

Comments

A Writer a book

A Writer a book

💞💞💞

2025-04-21

0

Uthie

Uthie

Mampir 👍♥️

2025-04-20

1

Nurhayati Nia

Nurhayati Nia

mampir thorrr

2025-04-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!