Mutia Muthii seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Zulfikar Nizar selama 12 tahun dan mereka sudah dikaruniai 2 orang anak yang cantik. Zulfikar adalah doa Mutia untuk kelak menjadi pasangan hidupnya namun badai menerpa rumah tangga mereka di mana Zulfikar ketahuan selingkuh dengan seorang janda bernama Lestari Myra. Mutia menggugat cerai Zulfikar dan ia menyesal karena sudah menyebut nama Zulfikar dalam doanya. Saat itulah ia bertemu dengan seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Dito Mahesa Suradji yang mengatakan ingin melamarnya. Bagaimanakah akhir kisah Mutia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman Untuk Kamu
Dito yang tak mau membuat drama dengan Luluk pun kemudian memilih untuk menemui sang mama di sebuah cafe yang sudah diberikan alamatnya. Nampak sekali Dito sangat keberatan dengan hal ini namun ia tak punya pilihan lain selain mengikuti apa yang mamanya katakan. Saat ia tiba di cafe itu nampak Luluk sudah duduk bersama seorang wanita.
"Ayo duduk sini," ujarnya.
Dito duduk di kursi yang berdekatan dengan Luluk, sang mama kemudian memperkenalkan wanita ini sebagai Azana. Azana sendiri adalah seorang anak dari teman Luluk, sang mama menceritakan bahwa Azana ini adalah seorang yang memiliki bisnis pastry premium dan nama besar brandnya sudah sangat terkenal ke mana-mana.
"Tante ini bisa saja."
"Lho? Tante ini kan bicara yang sebenarnya. Memang benar kan kalau brand kamu itu sudah dikenal oleh banyak orang?"
Azana nampak senyum saja dengan apa yang Luluk katakan sementara Dito nampak menatap malas dan sama sekali tidak tertarik dengan Azana karena memang ia sudah tertarik pada Mutia. Sudah berulang kali Luluk mencoba untuk anaknya ini bisa dekat dengan Azana namun kenyataannya Dito yang selalu menjauh dan tak mau mendekati Azana bahkan untuk berbincang saja dia enggan.
"Maafkan anak Tante."
"Nggak apa Tante, saya paham."
Luluk dan Dito pun pamit dari cafe ini dengan perasaan Luluk yang sangat berkecamuk, ia sangat malu dengan perangai Dito di depan Azana barusan. Ketika sudah di dalam mobil maka Luluk sudah tak dapat lagi menahan diri. Ia langsung menyemburkan amarahnya pada Dito.
"Kamu ini kenapa sih barusan? Mama ini sudah berusaha supaya kamu dan Azana dekat tapi kamu malah bersikap dingin seperti barusan."
"Mama sudah tahu apa jawabanku, jadi rasanya aku nggak perlu menjelaskannya."
"Kamu ini memang sudah dipengaruhi oleh janda kurang ajar itu!"
"Berhenti mengatakan hal yang bukan-bukan soal Mutia."
****
Luluk tidak bisa diam saja saat anaknya sudah dibutakan oleh Mutia, ia tak mau kalau sampai janda itu menjadi menantunya. Maka hari ini Luluk datang menemui Mutia di rumah kontrakan wanita itu. Kedatangan Luluk membuat Mutia menjadi tidak enak, dari raut wajahnya saja sudah terlihat kalau Luluk sedang marah.
"Berapa yang harus saya berikan sama kamu supaya berhenti menggoda anak saya?!"
"Maaf, tapi saya nggak paham apa yang anda bicarakan."
Luluk mengambil cek dari dalam tasnya dan melemparkannya ke depan wajah Mutia dengan sombong.
"Ambil cek itu dan kemudian jangan pernah muncul lagi di depan anak saya."
"Maaf tapi saya nggak butuh ini."
"Alah, alasan saja kamu! Saya tahu kalau kamu itu janda mata duitan! Saya tahu bahwa saat ini kamu sedang mencoba menggoda anak saya supaya bisa menikahi kamu! Kamu jangan jadi parasit dalam kehidupan anak saya!"
"Sepertinya anda sudah salah paham, saya nggak ada maksud apa pun. Saya nggak ada hubungan apa pun juga dengan anak anda."
"Alah, kamu ini memang pandai sekali rupanya bersilat lidah. Pokoknya kamu jangan pernah coba goda anak saya lagi. Kalau saya tahu kamu masih menggoda anak saya maka jangan salahkan saya kalau akan membuat hidup kamu hancur!"
****
Mutia menghela napasnya panjang, ia tak menyangka setelah resmi menyandang status menjadi seorang janda maka cobaan seperti ini akan datang menimpanya. Luluk menuduhnya yang bukan-bukan padahal ia sudah mencoba mengatakan yang sebenarnya dan membantah bahwa ia dan Dito punya hubungan. Tapi Luluk sama sekali tak percaya dan terus menuduh yang bukan-bukan.
"Bunda kenapa?" tanya Sania.
"Bunda nggak apa-apa."
"Tapi ini Bunda nangis."
"Bunda nggak apa-apa, sayang."
Sania memeluk bundanya dengan erat seolah tahu bahwa saat ini sang bunda sedang tidak baik-baik saja. Mutia yang mendapatkan pelukan hangat ini tentu saja tak menyangka namun tentu saja ia senang bisa mendapatkan pelukan dari anaknya ini.
"Bunda jangan sedih lagi."
"Iya sayang."
Mutia berusaha tersenyum di depan Sania, tangan kecil putrinya kemudian mengusap air mata di wajah Mutia. Mutia terharu dengan perhatian yang diberikan oleh putrinya ini, di dalam situasi yang sulit ini dirinya masih bisa bersyukur karena ia punya putri yang bisa ia peluk.
****
Mutia berjualan seperti biasa dan rupanya saat ini Dito datang ke warung itu, pria itu berdiri di belakang para warga yang nampak antusias mengantre untuk mendapatkan makanan. Mutia dengan sabar melayani pelanggan yang datang hingga akhirnya ia sampai juga melayani Dito. Mutia agak terkejut saat melihat pria itu datang, ia kemudian mencoba untuk bersikap profesional.
"Mau pesan apa?"
"Nasi uduk dan gorengannya."
Mutia tidak banyak bicara dan segera membungkuskan pesanan untuk Dito, pria itu menyodorkan uang 200 ribu pada Mutia yang mana uang itu terlalu banyak namun Dito mengatakan bahwa Mutia bisa ambil ini.
"Tapi saya nggak enak."
"Kalau ada rezeki maka jangan ditolak."
Mutia dengan ragu menerima uang yang diberikan oleh Dito dan pria itu tersenyum tipis pada Mutia. Mutia sendiri langsung mengalihkan wajahnya dari Dito dan kembali melayani pelanggan terus menerus sampai semua dagangannya habis. Dito masih saja berdiri di sana mengamati semua yang dilakukan oleh Mutia dan itu semua makin membuatnya sangat kagum padanya. Mutia sendiri nampak tidak nyaman selama ada Dito di sana, masih ingat betul ancaman Luluk padanya kemarin soal dia akan membuat Mutia menyesal kalau Dito masih saja datang. Mutia datang menghampiri Dito dan mengatakan bahwa ia harus pergi sekarang.
"Kenapa saya harus pergi?"
"Mama anda kemarin ke sini dan mengancam akan melakukan hal buruk pada saya jika melihat anda di sini."
"Kamu nggak perlu mendengarkan apa yang mama saya katakan."
"Bagaimana mungkin saya nggak mendengarkan? Dia nampak serius dengan ucapannya."
Dito menghela napasnya panjang, ia mengatakan pada Mutia bahwa ia akan segera bicara dengan Luluk dan Mutia tak perlu risau.
****
Lestari bahagia sekali menjadi istri Zulfikar dan ia merasa sudah menang dari Mutia. Lestari kemudian berjalan keluar rumah untuk mencari udara segar namun ia secara tak sengaja melihat Mutia dan Dito.
"Bukannya itu Mutia?"
Lestari kemudian berjalan agak mendekat ke arah Mutia dan Dito namun ia bersembunyi di balik pohon dan kemudian ia menguping pembicaraan keduanya. Kalau dari apa yang Lestari tangkap sepertinya kedua orang itu punya hubungan khusus.
"Mas Zulfikar harus tahu ini," gumam Lestari yang kemudian mengambil foto keduanya diam-diam dan mengirimkan foto itu pada Zulfikar, ia sengaja melakukan semua itu karena ia pernah memergoki suaminya tidur mengigau memanggil nama Mutia dan tentu saja itu sangat mengganggunya.
"Awas saja kamu Mutia, aku akan membuat hidup kamu hancur."