NovelToon NovelToon
Nabil Cahaya Hidupku

Nabil Cahaya Hidupku

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Anak Genius / Anak Yatim Piatu
Popularitas:20.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Nabil seorang anak berkepala besar
bayu ayahnya menyebutnya anak buto ijo
Sinta ibu bayu menyebuutnya anak pembawa sial
semua jijik pada nabil
kepala besar
tangan kecil
kaki kecil
jalan bungkuk
belum lagi iler suka mengalir di bibirnya
hanya santi yang menyayanginya
suatu ketika nabil kena DBD
bukannya di obati malah di usir dari rumah oleh bayu
saat itulah santi memutsukan untuk meninggalkan bayu
demi nabil
dia bertekad memebesarkan nabil seorang diri
ikuti cerita perjuangn seorang ibu membesarkan anak jenius namun dianggap idiot

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

recana bayu

Bayu terdiam di balik kemudi Avanza-nya. Sorot matanya gelap, rahangnya mengeras, dan tangan kirinya mengepal di atas setir. Laras duduk di sebelahnya, masih memegangi tas kerja dengan gugup, mencoba meraba emosi suaminya yang berubah-ubah dalam hitungan menit.

"Mas Bayu, kamu serius mau beli ruko itu?" tanya Laras perlahan, mencoba hati-hati agar tak memicu ledakan emosi.

"Bukan cuma serius. Aku harus beli. Hari ini juga," jawab Bayu dengan nada dingin dan tak bisa ditawar.

Laras menarik napas panjang. Sudah satu tahun mereka menikah. Selama itu pula, Bayu tak pernah memberinya uang belanja, apalagi menyentuh pengeluaran rumah tangga. Semua kebutuhan mereka ditanggungnya sendiri. Bayu selalu punya alasan: proyek macet, uang belum cair, atau orang tua butuh bantuan. Tapi ketika Bayu menginginkan sesuatu, dia menuntut seakan-akan Laras punya mesin cetak uang.

"Mas, aku nggak ada uang sebanyak itu sekarang. Aku baru aja bayar cicilan apartemen dan gaji ART bulan ini. Kalau kamu mau cepat, ya aku harus jual mobil atau perhiasan dulu," ujar Laras dengan nada tenang tapi lelah.

Bayu menoleh tajam. "Ya udah, jual aja. Buat apa mobil mewah kalau istri nggak bisa dukung suaminya?"

Laras terdiam. Kata-kata itu menusuk. Bukankah selama ini ia sudah memberikan segalanya? Ia membiayai pernikahan mereka, memenuhi semua kebutuhan Bayu, bahkan menutup aib suaminya dari keluarga dan kolega. Tapi sekarang, ia merasa seperti ATM berjalan—diperas tanpa perasaan.

"Ruko itu penting, Las. Kamu nggak lihat tadi? Santi sukses. Dia bisa punya delapan karyawan. Dulu, dia itu cuma perempuan kampung. Istri penurut. Sekarang?" Bayu mendesis, matanya penuh bara. "Dia berdiri di atas usahanya sendiri. Dia ngelawan. Aku nggak bisa terima itu!"

Laras memejamkan mata. Laras tahu jika Bayu punya keingian maka harus dipenuhi Laras sangat mencintai Bayu, usia Laras 10 tahun lebih tua dari Bayu jadi Laras merasa beruntung memiliki Bayu, dan jika keinginan bayu tidak terpenuhi maka Bayu akan mengancam menceraikannya.

---

Sementara itu, di ruko sederhana yang kini menjadi dapur produktif, Santi duduk di depan meja kecil menatap layar ponselnya. Saldo rekeningnya hanya menunjukkan Rp50.000.000. Cukup untuk bertahan beberapa bulan, membayar karyawan, dan beli bahan baku. Tapi untuk membeli ruko? Mustahil.

Dadanya sesak. Sejak Bayu datang pagi tadi, pikirannya terus terombang-ambing. Ia tahu betul, Bayu tidak akan muncul tanpa niat tersembunyi. Tatapan mata lelaki itu tadi menyiratkan lebih dari sekadar kemarahan. Itu adalah tekad untuk menghancurkan.

"Nggak mungkin dia ke sini cuma mau pamer istri barunya," gumam Santi lirih. "Pasti ada rencana."

Nabil masuk membawa tablet, wajahnya cerah. "Mah, sistem auto-packing-nya aku perbarui. Sekarang kalau ada order masuk, langsung terhubung ke dapur dan pengemasan. Nggak perlu ketik manual lagi."

Santi menoleh dan mencoba tersenyum. "Kamu luar biasa, Bil. Tapi... Mamah lagi pusing."

Nabil duduk di samping ibunya, lalu bertanya pelan, "Setan itu datang lagi, ya?"

Santi hampir menegur, tapi tertahan. Biasanya ia akan menasihati Nabil agar tak berkata kasar—terutama tentang ayahnya. Tapi kali ini, ia terlalu lelah. Mungkin memang Bayu pantas disebut begitu.

"Kamu tahu, Nak?"

Nabil mengangguk. "Tadi aku dengar, Mah. Dari dapur belakang. Tapi aku nggak mau keluar. Takut bikin suasana makin panas."

Santi menarik napas dalam-dalam, lalu memeluk anaknya. Anak kecil itu sudah terlalu sering melihat ibunya terluka, hingga kini ia belajar melindungi dengan caranya sendiri.

"Bil, kamu tahu nggak... kenapa bapak kamu dan keluarganya seolah nggak bisa lihat kita bahagia?"

"Jangan sebut dia bapak aku. Dia itu setan yang buang kita," jawab Nabil datar, tapi tubuhnya bergetar.

Santi memeluknya erat. “Maafkan Mamah, Sayang…”

Nabil mengangkat bahu. “Mereka takut, Mah. Mereka takut lihat Mamah bisa sukses setelah mereka tinggalkan. Mereka takut aku, si anak Buto Ijo yang dulu mereka hina, bisa bangkit bareng Mamah.”

Air mata Santi jatuh. Hatinya perih. Meski Nabil mengucapkan kalimat itu tanpa ekspresi, ia tahu luka yang dipikul anaknya dalam. Terlalu dalam.

"Kenapa mereka jahat sekali sama kita ya, Bil?" bisiknya.

"Karena mereka setan, Mah."

Santi menghela napas panjang. Ia tidak mau menyerah. Tidak sekarang, saat usahanya baru saja mulai menunjukkan hasil. Tapi uangnya belum cukup. Bagaimana bisa mempertahankan ruko ini jika Bayu benar-benar berniat membelinya?

Ia berdiri, mengambil gelas air putih, mencoba menenangkan diri.

Ponselnya kembali berbunyi. Notifikasi email masuk. Awalnya ia mengabaikannya, tapi begitu melihat subjeknya, Santi terpaku.

> “Google AdSense: You have unclaimed balance.”

Tangannya gemetar saat membuka pesan itu. Matanya menyusuri isi email, tak sepenuhnya memahami kalimat berbahasa Inggris, tapi angka di bagian bawah membuat jantungnya nyaris berhenti.

> $300,257.33.

Santi membeku.

"Ya Allah..." bisiknya. "Ini... apa?"

Nabil yang berdiri di dekat pintu langsung mendekat. Ia melirik ke layar ponsel, lalu berkata tenang, “Itu YouTube-ku, Mah.”

Santi menatapnya tak percaya. “itu yang vidio kamu main seruling, sama belajar matematika itu?”

Nabil mengangguk. “Iya. Aku nggak pernah ambil uangnya. Ternyata viewers-nya banyak, dari luar negeri. Aku baru periksa tadi malam. Totalnya segitu. Bisa buat beli ruko, kan?”

Santi terduduk. Tangannya menutupi mulutnya. Air mata kembali turun deras.

“Ya Allah… Nabil… kamu itu siapa sebenarnya, Nak?” suaranya serak. “Anak sekecil kamu... yang sering dihina... ternyata diam-diam lindungi Mamah begini…”

Nabil duduk di lantai, bersila di depan ibunya. Wajahnya polos, tapi matanya bersinar. “Aku cuma ngikutin Mamah. Mamah nggak pernah nyerah. Jadi aku juga harus begitu.”

Santi menatap anaknya. Ia tahu kalimat itu sederhana, tapi diucapkan dengan ketulusan luar biasa.

“Mamah tahu nggak nama channel YouTube aku?” tanya Nabil tiba-tiba.

Santi mengerjapkan mata. “Maafkan Mamah, Bil. Mamah terlalu sibuk lihat pesanan, sampai jarang buka YouTube. Channel kamu... namanya apa?”

“Namanya Channel Mamah Abil,” jawab Nabil dengan bangga.

Santi mengernyit. “Ah, pantas saja beberapa driver ojol manggil Mamah dengan sebutan ‘Mamah Abil’. Mereka bilang Mamah Abil lagi viral. Tapi... kok nggak pernah ada wartawan yang datang, ya?”

“Aku pakai topeng Ultraman kalau lagi rekaman,” jawab Nabil sambil tersenyum.

Santi terkesiap. “Kenapa, sayang?”

Nabil menunduk sebentar sebelum menjawab, “Aku mau mereka dukung aku karena kemampuan aku, bukan karena kasihan lihat kondisiku.”

Santi terdiam. Lalu tanpa bisa menahan diri, ia menarik Nabil dalam pelukan. “Kamu memang hebat, Sayang. Kuat, bijak, dan luar biasa.”

Nabil membalas pelukan ibunya erat. “Karena Mamah juga nggak pernah nyerah.”

Lalu ia melanjutkan, “Tahu nggak kenapa resto online kita laku keras?”

Santi tersenyum tipis. “Kenapa itu, Sayang? Mamah juga heran... pesanan makin banyak setiap hari.”

“Karena aku selalu promosiin di video. Aku bilang ini Resto Kasih Sayang Ibu. Tempat makan yang bukan cuma kasih rasa enak, tapi juga kasih rasa sayang.”

Santi membekap mulutnya sendiri, matanya mulai berkaca-kaca. Ia peluk Nabil erat, seperti ingin menyerap seluruh semangat dari anak kecil itu.

“Kita beli ruko ini, Bil,” bisiknya. “Kita beli bukan buat balas dendam. Tapi supaya kita punya tempat yang nggak bisa digusur siapa pun lagi. Biar nggak ada yang bisa injak harga diri kita.”

Nabil mengangguk, dan untuk pertama kalinya hari itu, ia tersenyum lebar. Senyum yang seperti menyiram bunga di padang tandus.

---

Beberapa hari kemudian, kabar mengejutkan datang.

Pemilik ruko, Pak Wito, datang membawa map di tangannya. Ia terlihat canggung.

“Santi, saya dapat pembeli yang nawar tinggi. Katanya mau bayar lunas, tunai.”

Santi merasa perutnya melilit. Tangannya refleks mengepal. “Siapa, Pak? Siapa yang mau beli?”

Pak Wito menatapnya penuh iba. “Namanya Larasati Wijaya. Tapi saya yakin... dia cuma perantara. Kamu pasti tahu siapa yang sebenarnya.”

Santi menutup mata. Bayu.

“Pak... saya minta waktu dua minggu. Saya usahakan,” ujarnya dengan nada memohon.

Pak Wito mengangguk. “Saya percaya kamu, Santi. Kamu sudah bangun usaha ini dari nol. Tapi dua minggu, ya.”

Santi menunduk dalam. Waktu dua minggu terasa seperti dua menit. Uang mereka belum cukup. Bank butuh proses lama. Ia bingung harus mulai dari mana.

Tapi jauh di dalam hatinya, Santi yakin—Nabil sedang menyusun sesuatu.

---

Di rumah mereka yang jauh lebih mewah, Laras duduk di ruang kerja, termenung. Kotak perhiasan terbuka di depannya. Beberapa cincin dan kalung sudah ia siapkan untuk dijual. Mobil kesayangannya pun sudah ditawarkan ke showroom.

Ia baru saja mentransfer uang muka ke Pak Wito.

Tapi hatinya gelisah. Ada sesuatu yang terasa salah.

“Mas... kamu yakin ini perlu?” tanyanya untuk kesekian kali. Suaranya pelan, nyaris bergetar.

Bayu duduk santai di sofa, memainkan ponsel. “Percaya aja, Las. Begitu ruko itu kita ambil, aku bisa buka usaha. Franchise. Makin gede. Dan Santi? Habis dia.”

Laras menatap suaminya dengan hampa. “Tapi kenapa kamu sebenci itu sama dia?”

Bayu menoleh tajam. “Dia yang bikin aku malu, Las! dia harus menderita setelah cerai dengan aku, hanya aku yang boleh sukses, dan aku menikah dengan kamu karena ingin sukses”

Rasanya sakit sekali Laras mendengar hal itu ternyata Bayu t, tapi dia tidak bisa membalas dia sangat sayang sama Bayu..bahkan dia rela mempertaruhkan jabatannya untuk menggusur UMKM sekitar pabrik hanya untuk menyingkirkan Santi dan sekarang Santi malah semakin bersinar

1
indah
Santi berjuang dengan sekuat tenaga, tidak pernah lelah....the best lah santi
Wanita Aries
Hufftt kasian santi di serang sana sini
Wanita Aries
Wah asik liburan
indah
/Sob/ mungkin ini hanya sebuah cerita, tapi banyak pelajaran yang bisa di ambil.
DISTYA ANGGRA MELANI
Ayo bayu dituntut 2 orang sekaligus apa bisa tu si pengacara bantuin dy apalagi ada kasus kdrt jg wow masuk penjara langsung lah si bayu
Wanita Aries
Hadeh si bayu gk ada berentinya buat onar
Wanita Aries
Bayu edan
Nur Syamsiah
lanjut
Nur Syamsiah
GG as terus
Vina Nuranisa
semakin seruu , LANJUT THORRR
Wanita Aries
Ihh pede kali bayu kl laras masih cinta
Arlis Wahyuningsih
wah seru nihhh..the power of emak2...ras terkuat dibumi bergabung...siap2 jadi peyek kau bayu..😂😂😂💪💪
Wanita Aries
Wahhh seru nihhh gmn kira2 nnti bayu liat santi sama laras barengan
Arlis Wahyuningsih
cerita yg menarik dan juga inspiratif..karna walaupun punya fisik tak sempurna tp ada kelebihan dan kemampuan yg bisa dibanggakan.
Ninik
Bayu laki laki mokondo
Arlis Wahyuningsih
selamat ya pak bayu..😂😂😂😂
mantap sekali bu laras..😘😘😘
Irma Minul
lanjut kak 👍👍👍
Wanita Aries
Rasakan dah nasibmu laki gk modal. Tkt aj sih ngusik santi lagi
Rizky Sandy
cari tuh selingkuhanmu si Dewi yg LBH muda,,,,,
Wanita Aries
MasyaAllah nabil ganteng dan pinter
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!