Sejak selamat dari bencana alam yang melanda kampung halamannya, tubuh Lusi menjadi aneh.
Dia bisa merasa sakit tanpa terbentur, merasa geli tanpa digelitik. Dan merasakan kepuasan yang asing ketika Lusi bahkan tidak melakukan apa-apa.
Dan setelah bekerja di sebuah perusahaan dan bertemu sang CEO, akhirnya dia tahu sebabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Dasar ceroboh!!" umpat Lusi yang kepalanya tak sengaja terbentur tiang rumah sakit. Padahal tiang itu besar sekali dan dia tidak melihatnya.
Setelah menerima obat yang tampak sangat mahal, dia segera meminta pulang. Karena tidak ada gunanya berada di rumah sakit terlalu lama.
Keesokan harinya, Lusi terbangun dan tidak merasakan sakit lagi di pipinya. Pasti membaik dengan cepat karena obat mahal yang dibelikan oleh Tuan Muda West. Hanya saja, lebam itu masih membuat wajahnya tidak enak dilihat.
Untung saja hari ini Sabtu. Lusi memiliki waktu dua hari untuk memulihkan lebam dan kembali bekerja dengan wajah yang baik.
Lalu apa yang akan dia lakukan hari ini? Seharusnya dia pergi ke supermarket untuk membeli kebutuhan. Tapi keluar dengan wajah seperti ini bukan pilihan yang baik. Jadinya, Lusi memilih untuk tinggal di asrama saja. Menggunakan waktu luangnya untuk tidur dan bermain ponsel.
Tak terasa malam datang dan perutnya berbunyi. Karena terlalu banyak tidur, Lusi sampai lupa makan. Asrama tidak memperbolehkan membawa makanan ke dalam kamar. Karena tidak ingin sampah bekas makanan ada dimana-mana.
Terpaksa Lusi keluar dari kamar asrama. Menggunakan topi dan hodie yang menutupi wajahnya.
Karena tidak ingin repot dan bertemu dengan banyak orang, Lusi memilih untuk pergi ke minimarket. Membeli makanan siap saji dan memakannya disana.
Hidup di pusat kota untuk bekerja, meninggalkan rumah dan orang tua serta semua yang dikenal ternyata sungguh melelahkan. Apalagi jika terjadi sesuatu yang tidak disangka seperti ini. Semuanya harus dihadapi sendiri.
Tapi inilah yang harus dijalani Lusi. Ini adalah apa yang diinginkannya. Dia harus menghasilkan banyak uang agar bisa membeli apartemen dan menghidupi dirinya sendiri. Tidak lagi merepotkan orang tua yang semakin berumur. Lagipula ... masih ada Lima yang harus dia bantu juga.
"Ahhh" desahnya dengan meregangkan tangan untuk melepaskan berat pundaknya. Tak sengaja, tangannya mengenai seorang pria.
"Maaf" kata Lusi segera merasa bersalah karena apa yang dia lakukan melukai orang lain.
"Tidak apa-apa" jawab pria itu.
Karena sudah selesai makan, Lusi bergegas pulang. Dia tidak ingin berlama-lama di tempat umum karena lebam di pipinya masih begitu ketara.
Dalam perjalanan pulang, tak lupa Lusi membeli makanan instan agar besok tidak perlu keluar dari rumah. Tapi, kenapa dia merasa ada yang mengikutinya?
Lusi menoleh ke belakang dan tidak menemukan siapapun. Apa itu hanya perasaannya saja? Lusi melanjutkan perjalanan dan kembali merasa diikuti. Kali ini langkah kaki itu semakin mendekat dan tubuhnya terasa kaku. Dia tidak bisa bergerak sama sekali.
Perlahan, Lusi menoleh ke belakang dan melihat pria yang tadi tidak sengaja terpukul oleh tangannya. Apa pria itu ingin membalas dendam padanya? Lusi memilih untuk diam di tempatnya lalu ... pria itu berjalan melewatinya.
"Ahhhh" desahnya lega. Dia telah berprasangka buruk pada orang. Mengusir prasangkanya pergi, Lusi berjalan lagi menuju asrama.
Tapi ... Kenapa dia melihat pria itu lagi? Di lift asrama. Menekan lantai yang sama dengan kamarnya. Lalu berjalan di depan Lusi menuju kamar ... yang tepat berada di depan kamar Lusi.
"Anda bekerja di Techno West juga?" tanya Lusi tidak tahan lagi karena penasaran.
Pria itu melihatnya sekilas dan mengangguk. Kemudian masuk ke dalam kamar, meninggalkan Lusi yang masih ingin bicara. Padahal dia hanya ingin berkenalan. Akan sangat menyenangkan mengenal seseorang yang bekerja di tempat sama.
Dua hari berlalu dan Lusi kembali bekerja. Lebam di pipinya telah menghilang sempurna, hanya menyisakan sakit ringan saja.
"Jangan sampai kejadian seperti Jumat kemarin terulang!!" kata atasannya ketika mereka bertemu. Sama sekali tidak mengkhawatirkan keadaannya.
"Baik" jawab Lusi pasrah.
Dia mengingat niat bekerja di tempat ini. Semata-mata untuk mengumpulkan banyak uang. Dengan begitu, Lusi mempertahankan semangat kerjanya. Menerima tamu, mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Dan menjaga lobi tetap dalam keadaan bersih.
"Permisi" sapa seseorang.
Lusi melihat pria yang ada di depannya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya. Tapi ... Kenapa dia merasa pernah melihat pria yang berdiri di depannya? Bukankah pria ini adalah pria yang kemarin? Yang kamarnya berada tepat di depan kamar Lusi? Jadi ... Pria ini benar-benar pegawai Techno West?
"Saya diperintahkan mengambil ID card disini"
Mereka sama-sama pegawai baru, pikir Lusi.
"Nama dan departemennya?"
"Ari, Departemen pengembangan perangkat lunak"
Lusi memeriksa ID card baru yang diserahkan bagian penerimaan pegawai tadi pagi.
"Ini" kata Lusi sembari menyerahkan ID card pria itu.
"Terima kasih" jawab pria itu.
"Oh iya. ID Card harus terus dibawa saat Anda berada di lingkungan perusahaan. Saat masuk dan keluar, Anda harus menggunakannya. ID Card dapat digunakan untuk mengambil perlengkapan kantor yang dibutuhkan di bagian logistik. ID Card juga dapat digunakan di kantin perusahaan yang berada di lantai tiga." jelas Lusi.
"Oh, iya. Baiklah" jawab pria itu lalu beranjak pergi. Tapi Lusi belum selesai.
"Selamat bekerja di Techno West dan terus semangat!!" teriaknya.
Lalu seorang wanita dengan wajah campuran yang cantik juga datang ke meja Lusi.
"Saya ... Pegawai baru yang akan bertugas di lobi perusahaan" kata wanita itu. Lobi perusahaan? Berarti wanita ini adalah rekan kerjanya.
"Nama?" tanya Lusi.
"Priya"
Lusi segera mencari ID Card dengan nama Priya. Dan ketemu. Lusi menjelaskan kembali tentang kegunaan ID Card yang diterima.
"Karena kita akan bekerja bersama di meja lobi, bisakah aku memanggilmu Priya?" tanyanya.
"Tentu saja"
Ohhh senangnya. Akhirnya Lusi mendapatkan rekan kerja di lobi perusahaan. Tidak lagi sendirian seperti minggu-minggu sebelumnya. Tapi belum sempat berkenalan lebih jauh, Priya dipanggil oleh Departemen administrasi. Guna mendapat pembekalan pekerjaan. Seperti apa yang didapatkan Lusi di waktu awalnya bekerja.
Dua jam kemudian Priya turun dan segera menempati tempat kerjanya. Tepat di sebelah Lusi.
"Perkenalkan, aku Lusi North. Pegawai baru juga di Techno West" sapanya.
"Hai. Aku Priya Corr. Salam kenal"
Lusi begitu senang mendapatkan teman dalam bekerja. Semangat yang turun karena diberi peringatan beberapa waktu lalu telah hilang sepenuhnya.
uda baca karya2mu. syukaaaa...
semangat berkarya, lope u