Api Asmara Dengan Papa Mertua

Kenneth sangat kesulitan mengalihkan pandangan kedua matanya dari lekuk tubuh seksi Eleanor, tanpa Kenneth sadari dirinya secara perlahan-lahan akan jatuh kedalam jebakan menantu yang sengaja ingin membuatnya terjerat kedalam rencana yang telah dia siapkan.

Eleanor kemudian melompat kedalam kolam renang, seperti mermaid yang sangat menikmati serunya berenang kesana kemari dengan lihai, Eleanor berenang mengelilingi tubuh Kenneth yang masih berdiri kaku ditengah-tengah kolam renang.

Setelah cukup lama mengelilingi tubuh Kenneth, tubuh basah Eleanor pun muncul ke permukaan!

"Ow, rupanya ada ayah mertuaku disini! Maaf apa aku mengganggumu Tuan Ken?" tanya Eleanor.

"Lakukan saja yang ingin kau lakukan!" dengan nada cuek seperti biasanya.

Kenneth harus extra keras membentengi dirinya setinggi mungkin agar tidak terperosok kedalam pelukan menantunya yang sangat menggoda itu, walau bagaimanapun rasa yang menggebu-gebu itu tidak boleh dibiarkan menguasai dirinya! Satu karena Eleanor adalah isteri dari puteranya sendiri walaupun puteranya itu jelas-jelas telah berselingkuh dibelakang Eleanor, kedua karena Eleanor adalah salah satu pewaris group Limson musuh bebuyutannya.

"Karena sudah terlanjur basah bersama, bagaimana kalau kita berlomba siapa yang bisa berenang dan mencapai ujung sana lebih dulu dia pemenangnya?" kata Eleanor.

"Dengar baik-baik, entah apa tujuanmu selalu mendekati aku tapi satu hal yang pasti aku tidak tertarik padamu!"

Kenneth pun hendak keluar dari dalam kolam renang, tak tinggal diam mendapatkan penolakan dari ayah mertuanya, Eleanor pun lantas mengejar Kenneth. Saat Kenneth telah memakai handuk dan hendak pergi menuju kamarnya, Eleanor menarik lengan Kenneth hingga menghentikan langkah kakinya.

"Kau tau Julian berselingkuh dariku bukan? Katakan, siapa gadis itu? Dimana aku bisa mendapatkan bukti perselingkuhannya?"

Kenneth sempat terdiam namun selanjutnya dia pun menghempaskan tangan Eleanor yang memeganginya.

"Aku tidak ada urusannya dengan apa yang kau katakan, jadi berhenti menggangguku,"

"Aku sangat menderita, aku seperti seekor burung yang bodoh terkurung didalam pernikahan yang aku sendiri tidak tau pernikahan macam apa ini, aku merasa tidak bahagia, aku ingin tau kebenarannya aku tidak mau menjadi orang bodoh," kata Eleanor dengan suara melengking yang terlihat telah lelah dengan semua hal yang ditutupi oleh Julian.

"Itu urusanmu!" kata Kenneth.

"Baik, jika kau tidak mau memberitahuku aku akan mencarinya sendiri aku akan ceraikan puteramu setelah kebohongannya terbongkar!" kata Eleanor dengan nafas yang naik turun.

Namun Kenneth segera pergi meninggalkan Eleanor yang terlihat sangat kesal, melihat Kenneth yang tetap bungkam atas perselingkuhan puteranya Eleanor pun berteriak sekencang-kencangnya.

"Aku yakin, dia akan membawaku menuju kebenaran yang disembunyikan oleh Julian," gumam Eleanor.

Malam harinya, Julian yang malam ini pulang ke rumah segera menemui Eleanor yang tengah berada didalam kamarnya.

"Sayang, aku pulang,"

Akan tetapi Eleanor tidak bergeming dan berpura-pura tidur dengan menutup kedua matanya.

"Elea, hei bangun sayang," 

Julian mengusap lembut pipi Eleanor hingga membuat Eleanor mau tidak mau membuka kedua matanya.

"Kau pulang?"

"Ya, itu karena aku selalu merindukanmu sayang! Lihatlah aku belikan beberapa berlian untukmu," kata Julian sambil menyodorkan satu kotak perhiasan yang berisi satu cincin, satu kalung, dan satu gelang berlian.

"Terimakasih,"

"Ele, kenapa akhir-akhir ini kau selalu berwajah murung? Apa salahku sayang?"

Tok, tok, tok.

Saat sedang berbicara dengan Eleanor pintu kamar pun ada yang mengetuk, Julian lantas membukakan pintu kamarnya. Rupanya Kenneth yang datang menemui Julian.

"Dad, ada apa? Tumben Daddy ke kamarku?"

"Aku ingin mengatakan jika istrimu bekerja di kantor sekarang!"

Mendengar Kenneth mengatakan jika dirinya bekerja di kantor pada Julian, Eleanor pun panik dan segera menghampiri keduanya.

"Oh ya? Ele, apa benar yang dikatakan ayahku?"

Eleanor gugup dan tidak tau harus berkata apa untuk memberikan alasan yang logis.

"Aku yang memintanya bekerja di kantor, aku kekurangan orang dan butuh waktu untuk menemukan pegawai baru!"

"Oh, Elea kau sangat baik pada Ayahku, terimakasih sayang!"

"Ya, aku hanya kasihan ketika Ayahmu bilang jika dia butuh sekertaris segera karena aku rasa aku bisa membantu maka apa salahnya, bukan begitu Daddy?" tanya Eleanor.

"Ya, karena itu aku kesini memberitahumu! Karena aku yang memintanya,"

Kenneth memang sengaja mengatakan Eleanor bekerja di kantor sebelum orang lain yang mengatakannya pada Julian, jika orang lain yang mengatakannya Julian pasti akan mengetahui jika Eleanor tengah berusaha melakukan hal yang tidak akan dia suka. Entah kenapa Kenneth justru membantu menantunya itu.

Eleanor pun sangat menghargai apa yang dikatakan oleh Kenneth, dia rela berbohong pada puteranya demi Eleanor bisa tetap bekerja di kantor! Itu berarti Kenneth memang ingin membantu Eleanor menemukan bukti perselingkuhan Julian.

"Kalau begitu, aku akan kembali ke kamarku!"

"Ya Dad, terimakasih karena sekarang kau sudah bisa menerima Ele sebagai menantumu!"

Keesokan harinya, Eleanor yang telah bersiap-siap berangkat kerja segera turun kelantai bawah untuk sarapan tanpa membangunkan Julian terlebih dahulu. Rupanya Kenneth sudah selesai sarapan dan bersiap untuk berangkat ke kantor. Eleanor pun segera berlari menghampirinya.

"Hai, aku ikut denganmu boleh kan?"

Tanpa menjawab Kenneth terus saja melangkah menuju mobil.

"Hari ini aku akan menyetir sendiri!" kata Kenneth pada supir pribadinya.

"Baik Tuan, ini kuncinya silahkan,"

Kenneth masuk kedalam mobil, disusul oleh Eleanor yang duduk disampingnya. Mobil pun melaju meninggalkan kediamannya.

"Ngomong-ngomong, terimakasih banyak kau telah membantuku semalam!" kata Eleanor.

"Aku tau kau laki-laki yang baik, aku tau kau berbeda dengan puteramu! Karena itu, bantulah aku untuk mengungkapkan kebohongannya, hanya kau yang bisa membantuku! Setelah itu aku janji akan menceraikan puteramu dan pergi dengan baik-baik dari hidup kalian!" kata Eleanor.

"Nanti malam datanglah ke alamat ini!" satu tangan Kenneth menyodorkan sebuah kertas kecil yang berisi alamat rumah tempat Julian menyembunyikan Lily.