Connection Between Us
LUSI!!!!!
LUSI !!!!!!
Samar, Lusi mendengar suara yang sedang memanggil namanya. Perlahan matanya terbuka dan tidak melihat siapapun disana.
"Lusi, kau bangun!" terdengar lagi suara yang mirip dengan suara ibunya. Lusi menoleh ke kiri dan melihat ibunya yang sedang menatap ke arahnya.
"Ibu! Apa yang terjadi?" tanyanya tidak mengerti.
Baru saja Lusi bersama ayah, ibu dan adiknya berbelanja di mall kota. Ketika pulang, mereka harus melewati sebuah terowongan yang menghubungkan kota Nado dan desa Nuli. Belum sampai setengah terowongan, muncul getaran hebat.
Beberapa kendaraan memilih untuk berhenti dan memeriksa apa yang sedang terjadi. Termasuk ayah Lusi. Terjadi gempa bumi yang cukup kuat tapi berakhir dengan cepat. Ayah Lusi kembali ke mobil dan mereka melanjutkan perjalanan pulang.
Tepat sebelum mencapai mulut terowongan, terjadi lagi gempa yang lebih kuat dari sebelumnya. Tiba-tiba dinding terowongan mengeluarkan suara keras. Menandakan adanya retakan pada terowongan dikarenakan gempa. Dan mendadak, sebuah beton besar menimpa mobil keluarga Lusi.
BRAKKK
Lusi yang masih sadar mencoba memanggil-manggil anggota keluarganya. Tapi tak ada jawaban. Ketika merasa putus asa, dia tak sadarkan diri.
"Nanti saja ibu cerita, yang terpenting sekarang kau keluar dari mobil"
Lusi mencoba menggerakkan seluruh bagian tubuhnya. Bisa digerakkan. Hal itu berarti dia baik-baik saja. Tapi pintu mobil tidak dapat dibuka. Sehingga ayahnya terpaksa memecahkan kaca mobil agar Lusi bisa keluar.
"Untunglah semua selamat" kata ayah Lusi yang memeluknya ketika berhasil keluar dari mobil.
Lusi melihat ke belakang dan merasa ngeri pada pemandangan yang ada di depan matanya. Debu beton yang hancur bercampur dengan udara yang mengalir ke dalam terowongan. Membuatnya bisa melihat begitu parah akibat gempa bumi pada terowongan ini.
Keluarga Lusi memutuskan untuk segera menjauh dari terowongan yang runtuh sebagian ketika ...
Tiba-tiba, lutut dan kepala sebelah kiri Lusi terasa seperti kesemutan. Lalu berubah menjadi sakit. Seperti dia yang mengalami luka di lutut dan kepalanya.
Setelah memeriksa lutut dan kepala sebelah kirinya, Lusi tidak menemukan luka apapun. Tapi kenapa terasa sangat sakit?
"Ada apa?" tanya ibunya yang menyadari keanehan pada Lusi.
"Sakit, tapi tidak ada luka" jawab Lusi.
"Apa?"
Ayah, ibu dan adiknya tidak mengerti pada perkataan Lusi. Dia sendiri juga tidak mengerti kenapa bisa merasakan sakit disaat tubuhnya tidak luka.
Lalu ...
"Tolong ... "
Lusi menoleh lagi ke terowongan yang ambruk. Kali ini, dia mendengar jelas sekali permintaan tolong dari seorang pria. Tapi ketika dia menoleh, yang terlihat hanya beberapa orang terluka keluar dari terowongan. Sama sekali tidak terdengar teriakan meminta tolong.
Apa telinganya ada masalah? Lusi memukul-mukul telinganya, memastikan tidak mendengar teriakan minta tolong itu lagi.
"Tolong aku ... "
Permintaan tolong itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas dan keras.
"Ada apa?" tanya ayah Lusi.
"Ada orang yang meminta tolong" jawab Lusi.
Ayahnya melempar pandangan ke seluruh terowongan dan tidak menemukan siapapun berteriak minta tolong.
"Tidak ada teriakan minta tolong" kata ayahnya membuat Lusi merasa ragu dengan pendengarannya lagi.
"Tolong, kakiku ... "
Teriakan itu terdengar lagi. Kali ini begitu jelas terdengar. Sakit di kepala kiri dan kakinya juga semakin menjadi-jadi.
"Ada yang terluka" kata Lusi tanpa berpikir panjang berlari ke arah terowongan.
"Lusi!!!!" teriak ibunya.
"Kak!! Kamu mau apa??" sambung adiknya.
Tapi Lusi tidak mempedulikan keduanya dan tetap berlari ke dalam terowongan. Jelas-jelas dia mendengar teriakan minta tolong di telinganya. Pasti ada orang yang meminta tolong di dalam terowongan runtuh ini, pikirnya mulai memeriksa semua mobil dan kendaraan yang ada di bawah terowongan.
Orang itu pasti sangat terluka dan tidak bisa keluar dari terowongan sehingga memanggil lewat telepati. Dan kebetulan Lusi mendengarnya. Seperti itulah otak anak berusia 15 tahun yang suka dengan cerita fiksi ilmiah
Tapi kenapa tidak ada siapapun yang dia temukan? Semua orang sudah menyelamatkan diri. Membawa tubuh mereka keluar dari terowongan. Apa memang Lusi sedang berkhayal sekarang?
Tidak. Dia tidak mungkin berkhayal. Karena rasa sakit di kepala dan kakinya begitu nyata terasa. Lusi kembali mencari kendaraan dan orang yang mungkin tertinggal.
Hampir kehilangan harapan, Lusi melihat seberkas cahaya lampu dari dinding terowongan yang runtuh.
"Mobil" serunya lalu berlari kencang menuju cahaya itu.
Benar tebakannya. Ada mobil hitam di bawah puing dinding terowongan yang runtuh.
"Tolong, tolong aku ... Kumohon" ucap seseorang di kursi penumpang belakang.
Akhirnya, dia menemukan orang yang meminta tolong itu. Membuktikan kalau dia memang tidak sedang berkhayal.
"Tenang Tuan, saya akan menolong Anda" teriaknya mencoba menenangkan pria itu. Lusi mencoba membuka pintu dan berhasil. Tapi ... Kaki kiri pria itu terjepit kursi depan. Yang merupakan tempat duduk supir yang terlihat tak bergerak lagi.
"Tolong aku" kata pria itu lagi.
Melihat ukuran pria itu yang dua kali lebih besar darinya membuat nyali Lusi menciut. Dia tidak mungkin bisa menarik pria itu keluar. Dan seperti mengetahui kesulitannya, ayah Lusi muncul tepat dibelakangnya.
"Kenapa kau berlari masuk?!" tanya ayahnya.
"Ayah, Ada orang terjepit"
Melihat pria yang terjepit, ayahnya mulai berkeliling mobil. Mencari cara terbaik untuk mengeluarkan pria itu dari mobil.
"Ayah akan mencoba menariknya, kau harus memperhatikan dinding terowongan yang ada di atas mobil!" ucap ayahnya.
"Iya"
Lusi melihat ayahnya menarik pria itu. Walau kesulitan tapi akhirnya pria itu berhasil dikeluarkan dari mobil.
"Lusi, topang leher pria ini. Ayah akan memeriksa keadaan pria yang satunya"
"Baik"
Lusi segera menopang leher pria yang baru saja ditarik keluar. Dan dia segera terpukau dengan wajah pria itu yang ternyata sangat tampan. Dahi luas dengan alis tegas, jembatan hidung yang tinggi dan bibir kemerahan.
"Sayang sekali, pria satunya sudah meninggal" kata ayahnya setelah memeriksa pria yang tertinggal dalam mobil.
"Ayah tidak akan mengeluarkan pria yang meninggal itu?"
"Reruntuhan di atasnya terlalu berat, tubuhnya tidak bergeming meski ayah berusaha menarik dengan kuat"
Lusi mendesah karena menyesal. Seharusnya dia mempercayai instingnya dan cepat kembali ke dalam terowongan. Mungkin saja pria itu masih hidup.
"Lalu bagaimana ayah?" tanyanya.
"Kita harus membawa pria ini keluar dari terowongan. Kalau terjadi gempa lagi, kita tidak boleh berada disini!"
Mengangkat pria itu dengan ayahnya, Lusi merasa kesulitan. Tapi dia tetap berusaha melangkah. Dan ketika tanah bergetar lagi, ayahnya mempercepat langkah.
"Lusi, lari!!"
Lusi segera mengikuti langkah cepat ayahnya keluar dari terowongan. Tepat ketika mereka keluar, beberapa bagian terowongan kembali runtuh.
Beberapa menit kemudian ambulance dan petugas pemadam kebakaran berdatangan. Petugas medis memeriksa semua orang. Pria yang terluka itu bersama korban lain yang terluka segera dibawa ke rumah sakit.
Begitu juga Lusi dan keluarganya, pergi ke rumah sakit meski mengalami luka kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🌻🇲🇾Lili Suriani Shahari
fist plot menarik...next kita tunggu Thor!
2025-03-08
  0
Muliati Sherina
bagus
2025-04-05
  0