Arunika seorang novelis khusus romansa terpaksa meninggalkan lelaki yang sudah 7 tahun menjalin cinta dengannya. Robin telah tega berselingkuh dengan temannya semasa kuliah, hal tersebut diketahuinya saat datang ke acara reuni kampus.
Merasa dikhianati, Arunikapun meninggalkan tempat reuni dalam keadaan sakit hati. Sepanjang jalan dia tak henti meratapi nasibnya, dia adalah novelis spesialis percintaan, sudah puluhan novel romantis yang ia tulis, dan semuanya best seller. Sementara itu, kehidupan percintaannya sendiri hancur, berbanding terbalik dengan karya yang ia tulis.
Malam kelabu yang ia jalani menuntunnya ke sebuah taman kota, tak sengaja dia berjumpa dengan remaja tampan yang masih mengenakan seragam sekolah di sana. Perjumpaannya yang tak sengaja, menimbulkan percikan cinta bagi Sandykala, remaja tampan berusia 18 tahun yang sedang mencari kesembuhan atas trauma percintaan masa lalunya. Akankah romansa akan terjalin antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asih Nurfitriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JATUH CINTA
"Lalu, kenapa kamu harus kabur saat ada teman kamu waktu di taman kota?" Aku mendadak teringat kejadian kemarin malam.
"Hah..Brian, kemarin aku ikut berkumpul dengan anak-anak kelas lain. Mereka sering clubbing dan minum-minum. Aku ikut karena aku kalah taruhan. Aku harus mau kencan dengan Sinta, tapi aku berubah pikiran. Aku tahu apa rencana busuk dia, dan ternyata malah kamu yang jadi sasaranku..!" senyumnya penuh misteri.
"What? Jadi emang minuman sengaja dicampur sama obat gituan?" Kurang ajar banget ya anak-anak itu.
"Sudah biasa, aku juga sudah sekuat tenaga menahan diri setiap kumpul dengan mereka.Godaannya terlalu berbahaya.."kekehnya.
Aku sedikit terkejut, dibalik wajah tampannya yang terlihat kalem,banyak hal tak terduga yang ada di sana.Memang tak dipungkiri, darah mudanya sedang bergejolak di usia saat ini.
"Trus gimana nasib kamu? Kamu gak nepatin janji kamu sama si Brian.."
"Bisa dibicarakan kalau urusan itu. Lagian aku tidak berselera dengan Sinta. Brian juga cukup tahu kondisiku, kemarin kita cuma miss komunikasi saja..!" katanya menenangkan.
"Pergaulan anak jaman sekarang ngeri juga ya. Kayaknya aku hidup di jaman kolot. Hal tentang seks before married masih terasa tabu. Aku jadi malu sama diriku sendiri..!" kataku, wajahku memerah, semua hal yang aku pertahankan, sudah tidak bisa aku banggakan. Tapi tidak ada rasa menyesal, aneh kan?
"Maaf ya. Tapi aku memang ngerasa beda saat sama kamu kemarin. Mau bilang karena obat perangsang atau nafsu belaka, aku masih bisa menahan diri selain sama kamu..!" Ada sedikit penyesalan di raut wajahnya.
"Aku juga aneh dengan diriku. Aku mati-matian menolak ajakan Robin setiap kali dia ingin hal itu. Tapi aku tak menolak saat melakukannya bersamamu. Seperti aku mengkhianati prinsipku sendiri. Namun, aku gak menyesal telah melakukannya..!" kataku menghibur diri.
"Apa karena Robin selingkuh? Kamupun berpikir bisa ngelakuin hal yang sama seperti yang dia lakuin?" tanyanya menerka.
"Aku sedikit malu untuk membahas hal kemarin, tapi sungguh, aku gak mikir buat balas dendam atas perbuatannya. Kemarin akupun masih sadar saat ngelakuin sama kamu. Jangan-jangan kamu pikir aku cewek gampangan lagi..!"
Dia tersenyum, kemudian menghela nafas dalam. Entah apa yang dia pikirkan tentang aku setelah ini. Aku cuma bisa pasrah. Harusnya pun aku tidak perlu khawatir kan, cinta satu malam itu seringnya pasti berlalu begitu saja. Tapi jika memang seperti itu nantinya, kenapa hatiku merasakan sakit. Jauh lebih sakit saat tahu Robin selingkuh.
"Aku tidak sedangkal itu kok kalau urusan menilai orang.." ucapnya menenangkan.
"Akupun jarang banyak omong dengan orang baru, aku selalu jaga jarak. Tapi sama kamu, aku bisa cerita semuanya.." lanjutnya lagi.
"Ah, sudah hampir jam 2,aku harus ketemu sama Robin. Kamu jadi ikut? Atau mau pulang dulu?" tanyaku memastikan.
"Aku temani kamu aja, takut kamu diapa-apain sama Robin..!"
"Dia gak bakalan berani sama aku, aku sudah pegang bukti perselingkuhannya.." kataku percaya diri.
*****
Aku sengaja memakai pakaian yang jarang aku pakai,terbiasa casual, aku mencoba memakai dress yang selalu jadi opsi terakhir, sedikit polesan make up agar wajahku terlihat segar. Make up adalah salah satu hal yang aku tidak begitu ahli. Sampai-sampai Jihan harus mendaftarkanku ke kelas make up tahun lalu.Tapi aku senang, ilmunya akhirnya berguna.
Yah, waktunya tiba, inilah akhir dari hubunganku dengan lelaki benalu tak tahu malu seperti Robin.
"Wah, kenapa cantik sekali? Padahal mau mutusin pacar kamu, aku sedikit cemburu..!" ucapnya saat melihat penampilanku. Seperti biasa, mulutnya mengerucut, membuatku gemas.
"Biar dia ingat kalau sudah salah nyari masalah denganku. Lagian aku kan mau malam mingguan sama kamu, masa aku biasa aja sedangkan kamu tampan mempesona.."hiburku.
Benar saja, wajahnya mendadak bersinar,senyumannya merekah.
"Jadi, dandan cantik begini demi aku?"tanyanya lagi.
Akupun hanya mengangguk.
"Ayo jalan!" ajakku, akupun menggandeng tangannya, dan disambut genggaman erat bagai sepasang kekasih yang baru jadian.
Tempat yang aku datangi adalah tempat di mana aku bertemu Robin untuk pertama kali. Aku sengaja datang lebih awal. Sandykala pun duduk tak jauh dari mejaku, dia memang menawarkan diri untuk menemaniku. saat aku melihatnya, rupanya diapun sedang melihat ke arahku. Mata kami bertemu, dan kata-kata yang diucapkannya membuatku tak karuan.
"Aku di sini, kamu tenang aja!"
Aku bisa membaca gerak bibirnya. Diapun memintaku untuk melihat ponselku.Ada sebuah pesan darinya.
Anak Kecil ❤️
"Jangan takut, aku juga pandai berkelahi.Aku di sini, jadi selesaikan semuanya hari ini. 😘
Setelah membaca pesannya, aku tertawa ke arahnya. Dia bilang bisa berkelahi, dasar anak sekolahan.
Mengetik pesan...
"Kamu mau tawuran? Pake berkelahi segala. Aku tidak mau wajah tampanmu terluka 😭"
Pesan terkirim..
Mulutnya mengerucut seperti biasa, aku makin tergila-gila jadinya.Selang beberapa menit Robin pun datang, ingin rasanya menamparnya, tapi rasa sakit hatiku tak sebesar kemarin.
"Sayang..!" sapanya, biasanya dia akan menciumku begitu bertemu, tapi sebelum dia beraksi akupun mencegahnya.
"Hentikan, duduk!" kataku. Robin sedikit terkejut tentang perubahan sikapku.
"Kamu marah karena gak aku ijinin reuni sayang?"
"Kamu pikir aku anak kecil yang bisa kamu bodohi Robin, aku tidak akan bertele-tele, ayo kita sudahi hubungan ini. Mulai sekarang aku bukanlah siapa-siapa kamu lagi!" tegasku, ekspresi heran nampak di wajah Robin.
"Apa maksud kamu? Kenapa tiba-tiba minta putus? Kamu lupa kita sudah 7 tahun bersama Aruni. Ada apa sih? Masa cuman masalah reuni sampai kayak gini..!" keluhnya, Robin mencoba memegang tanganku.
"Cukup, bukannya lebih bahagia kalo kamu bersama Rania?" tanyaku sembari tersenyum.
"Raa..Raania? Siapa Rania?" tanyanya gugup.
"Kamu tanya siapa Rania?" tanyaku penuh penekanan. Seraya mendekatkan ponselku ke telinganya. "Dengarkan ini baik-baik, kalau masih tak dengar, akan aku laudspeaker rekaman ini!" ucapku emosi.
Baru beberapa detik mendengar, wajah Robin berubah drastis.Diapun meletakkan ponselku, dan mendadak meminta maaf kepadaku. Sontak saja aksinya tersebut menarik perhatian pengunjung yang lain.
"Sayang, please itu cuman kekhilafanku. Rania yang menjebakku, aku tadinya tidak meresponnya selama ini..sungguh!" ucapnya memelas.
"Dua tahun kamu selingkuh dengannya, kamu bilang itu khilaf? kalau mau berbohong, pintaran sedikit Robin!" kataku ketus.
"Aku akan jauhin dia, gak akan aku ulangi lagi sayang, maafin aku. Aku salah..!" katanya diiringi air mata buaya.
"Hentikan! Aku anggap ini pertemuan pertama dan terakhir kita, jangan pernah hubungi atau datang ke rumahku lagi. Oh ya, bulan depan dan seterusnya pastikan kamu bayar uang sewa rumah tepat waktu!" kataku, akupun beranjak dari kursiku dan menuju ke tempat Sandykala duduk menungguku.
"Ayo, aku gak mau lama-lama di sini..!" ajakku meninggalkan tempat ini. Nampak Robin melihatku berjalan keluar dengan sandykala.
"Arunii..Aku minta maaaf! Aruniiii!" teriaknya. Karena kegaduhan yang dibuatnya, sekuriti pun turun tangan menenangkannya.
...*****...
Sesampainya di dalam mobil.
"Bagaimana perasaan kamu?" tanyanya penuh khawatir. Sedari keluar dari tempat tadi, tanganku menggenggam erat jemarinya. Sepertinya aku masih terbawa emosi.
"Oh maaf, tangan kamu!" akupun melihat tangannya yang memerah karena cengkeramanku.
"Ah..ini gak seberapa, jangan khawatir!" katanya sembari mengelus kepalaku.
"Bisa-bisanya kamu sok dewasa ya anak kecil, harusnya aku yang giniin kamu..!" ujarku sambil mengelus kepalanya.
"Kamu gak sedih? Kan habis putus?" ledeknya.
"Mendingan putus sekarang, daripada taunya setelah nikah..!"jawabku kesal.
"Jadi..kalo Robin gak ketahuan selingkuh, kamu bakalan nikah sama dia?" tanyanya penasaran.
"Belum tahu juga sih, soalnya Robin gak pernah bahas pernikahan.Tapi kan semua hubungan pasti punya tujuan untuk membina rumah tangga..!" jawabku bijaksana.
"Begitu ya, kayaknya aku terlalu sibuk sekolah, jadi gak kepikiran ke arah sana.." timpalnya dengan wajah sedikit serius.
"Ya iya lah, kamu masih sekolah. Belajar itu tugas kamu, ngapain mikirin rumah tangga segala..!" imbuhku sembari mengacak-ngacak rambutnya, wangi samponya membuat aku terlena.
"Eehh...jangan salah ya, aku dah punya KTP, nikahin kamu juga bisa..Cup.." Kecupan manis didaratkannya di pipiku.Sontak saja wajahku memerah menahan malu. Malu sekaligus senang.
"Kamu sukanya godain orang tua? Udah berapa kali coba kamu main nyosor aja kaya tadi? Gak sopan tauk..!" omelku, sembari memalingkan wajah, sumpah aku grogi setengah mati.
"Trus gimana? Sejak kenal kamu, aku pengen cium kamu terus, kamu gemesin soalnya!" katanya sambil memegang pipiku.
"Tuuu..tuunggu, masa iya aku pacaran sama anak kecil kaya kamu? Baru kemarin loh kita kenalnya..aneh gak sih?"
"Bodo amat, yang penting aku suka kamu. Suka banget banget..muach!" ujarnya, lalu kecupan manis dia sematkan di bibirku. Makin tidak karuan hati dan pikiranku jadinya.
"Jangan bercanda ya kamu!" tegasku, aku khawatir ini cuman perasaan sesaat.
"Kamu lihat saja, lelaki itu bukan kata-katanya yang dipegang, tapi aksinya yang dibuktikan..!" katanya lagi meyakinkan.
"Baiklah, aku mau lihat aksi kamu selanjutnya!" tantangku.
"Bukannya kamu sudah merasakannya sekali..?" godanya.
"Heeiii..hentikan! Ayo kita ke rumah sakit ini!" kataku sedikit emosi.