NovelToon NovelToon
Time Travel Raja Perang Memburu Istrinya

Time Travel Raja Perang Memburu Istrinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Agen Wanita
Popularitas:361.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Novi adalah seorang wanita seorang agen mata-mata profesional sekaligus dokter jenius yang sangat ahli pengobatan dan sangat ahli membuat racun.

Meninggal ketika sedang melakukan aktivitas olahraga sambil membaca novel online setelah melakukan misi nya tadi malam. Sayangnya ia malah mati ketika sedang berolahraga.

Tak lama ia terbangun, menjadi seorang wanita bangsawan anak dari jendral di kekaisaran Dongxin, yang dipaksa menikah oleh keluarga nya kepada raja perang Liang Si Wei. Liang sangat membenci keluarga Sun karena merasa mencari dukungan dengan gelar nya sebagai salah satu pangeran sekaligus raja perang yang disayang kaisar.

Tepat setelah menikah, Novi melakukan malam pertama, ia menuliskan surat cerai dan lari. Sayangnya Liang, selalu memburu nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Latihan

Sesi Pertama, Latihan Fisik Bersama Master Gui, lelaki tua bertubuh seperti gentong dan berotot besi, berdiri dengan tangan di pinggang.

“Berlari sepuluh putaran mengelilingi halaman. Tidak boleh berhenti. Siapa yang berhenti... disuruh bersihkan kamar mandi kuda!”

“Kuda kita nggak punya kamar mandi.” bisik Yuheng ke Yuxuan.

“Justru itu yang mengerikan...” jawab Yuxuan pelan.

Yunzhao memimpin dengan langkah tegap. Wajahnya serius, ritme napas teratur. Ia berlari seperti prajurit sejati.

Yunjin menyusul di belakang, cepat dan diam. Ekspresi datar, tidak terlihat lelah. Ia seperti bayangan kakaknya, tapi lebih ringan dan senyap.

Yuheng sempat berlari lurus... selama dua putaran. Setelah itu, ia mulai iseng. Ia menunggu saat tepat untuk mencolek leher Yuxuan dari belakang, membuat gadis kecil itu terlonjak.

“Kak Yuheng! Aku akan racuni sepatumu nanti malam!”

“Asal jangan racuni kasurku lagi! Cukup sekali itu aku mimpi dihantui kelinci gigi empat!” balas Yuheng, terbahak sambil tetap berlari.

Yuxuan mendengus kesal. Ia mempercepat langkah, tapi tetap menjaga jarak dari kakaknya.

“Hentikan! Kalau tidak mau bersihkan kamar mandi tak berwujud itu!” seru Master Gui.

Begitu sepuluh putaran selesai, keempat anak itu duduk terengah. Kecuali Yunjin, yang tetap berdiri seolah baru saja jalan santai.

Sesi kedua adalah pengenalan racun bersama Tabib Wei. Di meja panjang, ada berbagai botol berisi cairan dan serbuk warna-warni.

Di dalam ruang pelatihan herbal, Tabib Wei, lelaki tua berambut putih dan jubah hijau pudar, menunggu dengan meja penuh botol warna-warni dan serbuk asing.

“Anak-anak, hari ini kita belajar membedakan antara racun dan obat. Terkadang, yang menyembuhkan bisa membunuh bila salah pakai. Tugas kalian sederhana—tebak mana yang racun, mana yang penawar. Jangan coba-coba mencicipi!”

Yuxuan tampak paling bersemangat. Ia langsung menunjuk botol kecil berisi cairan ungu berkilau.

“Ini campuran akar telinga siluman dan jamur petir! Ini bisa bikin orang mendadak mimisan dan telinganya berdenging seminggu!”

Tabib Wei tersenyum. “Itu... justru obat luka, Nona kecil. Untuk luka bakar berat.”

“Oh. Tapi tetap bisa buat senjata psikologis kalau dicampur akar jengkol naga.” kata Yuxuan, mencatat cepat.

Sementara itu, Yuheng diam-diam mencampur dua cairan satu hijau dan satu oranye, dalam bejana kecil. Dalam hitungan detik, asap biru keunguan mengepul dari bejana.

“APA YANG KAU LAKUKAN?!” teriak Tabib Wei panik.

“Eksperimen pribadi. Jangan khawatir, aku tambahkan serbuk tidur. Cuma bikin ngantuk, kok!” jawab Yuheng sambil batuk-batuk karena asap mengepul.

“Kamu mau bius satu aula, ya?!” seru Yunzhao sambil menarik Yuheng menjauh.

“Maaf, Kak... Aku cuma mau bikin kabut pelarian untuk penyamaran nanti.”

Yunjin hanya menatapnya datar. “Kabutmu terlalu terang. Musuh malah tambah sadar.”

Tabib Wei memijat pelipisnya. “Tuan... anakmu ini empat-empatnya calon bencana dan berkah sekaligus.”

Sesi terakhir adalah latihan penyamaran, Tuan Lie, seorang pria berjubah abu-abu dengan mata tajam, menyambut mereka. Di hadapannya tergelar kain usang, arang, topeng-topeng kasar, dan beberapa alat rias sederhana.

“Penyamaran bukan sekadar menutupi wajah. Ini seni menipu mata dan hati. Tugas kalian: samarkan diri dan yakinkan saya dalam waktu lima menit. Mulai!”

Yunjin langsung mengambil kain hitam, menggulung pundaknya, membungkuk, lalu mengambil tongkat kayu.

Beberapa menit kemudian ia berjalan pelan dengan Suara serak, “Anak muda... bantu kakek ini... pinggangku ngilu...”

Tuan Lie mengangkat alis. “Nyaris meyakinkan. Tapi gerakmu terlalu mulus. Kakek beneran suka goyang-goyang.”

Yuxuan menyamar jadi ibu penjual bunga. Ia mengambil keranjang rotan, memasukkan bunga-bunga kertas, dan mulai berteriak sambil berjalan mondar-mandir.

“Bunga... bunga segar! Bunga racun! Bikin suami tidur tiga hari! Dijamin murah!”

“Itu promosi atau ancaman?” celetuk Tuan Lie dengan senyum.

Yuheng?

Ia menyamar jadi ayam. Secara harfiah.

Menggunakan bulu ayam bekas dari dapur dan topeng paruh dari kertas, ia berkokok sambil menari-nari.

“KOKOK! Ayam racun datang! Serang ayam putih!” Ia menerjang ke arah Yunjin.

Yunjin menghindar dengan satu gerakan, lalu menjatuhkan Yuheng ke lantai. “Aku akan penggal sayapmu.”

“Ayam menyerah! Ayam menyerah!”

Tuan Lie menahan tawa. Sun Yu Yuan yang datang dari balik pintu hanya menghela napas.

“Kamu yakin ini latihan penyamaran, bukan sirkus?”

“Ibu... ini seni. Aku mempersembahkan parodi ayam siluman dari legenda barat laut.” bela Yuheng.

Yunzhao tampil terakhir. Ia hanya mengikat rambut ke atas, mengenakan kain gelap, dan berdiri seperti penjaga pintu.

Saat ditanya, ia hanya menjawab, “Penyamaran terbaik adalah tidak dikenali di tengah keramaian. Aku memilih jadi bayangan.”

Tuan Lie menatapnya cukup lama, lalu mengangguk. “Pendekatan yang sangat Grimhall.”

Saat matahari mulai turun, keempat anak duduk di bawah pohon besar sambil meminum teh herbal buatan Mei Lin.

Yuheng bersandar ke batang pohon, masih mengenakan sisa topeng ayam.

“Hari ini seru banget. Besok latihan apa lagi ya?”

“Ibu bilang minggu depan ada pelatihan bawah air.” kata Yunjin datar.

“Aku nggak bisa renang!” teriak Yuxuan panik.

“Tenang, kita lempar kamu pelan-pelan ke air.” kata Yuheng, tersenyum jahil.

“Kalau kamu berani, aku akan taruh serangga tidur di bantalmu.”

“Sudah-sudah. Jangan perang dingin. Kita masih ada tugas besok.” Yunzhao menengahi.

Dari kejauhan, Sun Yu Yuan memperhatikan mereka sambil berdiri di samping Mei Lin.

“Mereka gaduh, ceroboh, tapi penuh potensi. Empat harimau kecilku. Semoga kelak, mereka akan jadi pelindung desa dan keluarga... dengan cara mereka masing-masing.”

Mei Lin tertawa kecil. “Asal mereka tidak meracuni kita duluan.”

Mereka tertawa bersama, di tengah sore yang perlahan berubah jingga.

“Apa kalian...” Yuxuan membuka suara sambil mencabuti rumput liar di samping tikar, “tidak penasaran dengan Ayah?”

Yunjin yang sedang mengikat rumput menjadi bentuk ular, menghentikan tangannya. “Jangan bicara soal itu,” bisiknya. “Kata Ibu, kuburan Ayah sudah setinggi lima meter.”

Yuheng tertawa pendek. “Itu hanya idiom, bodoh. Maksudnya, Ayah sudah lama sekali meninggal. Kuburannya sudah menggunung.”

“Tapi… aku rasa Ibu berbohong,” kata Yuxuan lirih.

Tiga pasang mata langsung menoleh padanya.

Yuxuan mengangkat bahu kecilnya. “Aku tidak tahu kenapa. Tapi... tiap kali aku tanya tentang Ayah, Ibu selalu mengalihkan pembicaraan. Pernah waktu aku tanya apakah Ayah tampan, Ibu malah menyuruhku belajar menumbuk obat.”

“Siapa bilang Ayah tampan?” potong Yuheng, menyeringai. “Mungkin Ayah punya tahi lalat segede biji duku di hidung!”

Sementara di tempat lain, terdengar suara bersin. “HACHUUUUU!! Siapa yang berani membicarakan Raja ini! HACHUUUUUU!” ucapnya sambil mengusap hidungnya yang kini merah.

“Biarpun begitu, tetap saja dia ayah kita,” kata Yunzhao pelan. Kakak tertua itu jarang bicara, tapi sekali bicara, semua adik langsung diam.

Yunjin menunduk. “Aku cuma pernah lihat lukisan di lemari. Katanya itu kakek. Tapi kalau dilihat-lihat, dia mirip Kak Yunzhao.”

“Dan kau tahu?” Yuxuan menyodok Yunjin dengan lutut. “Lukisan itu... diam-diam kusalin.”

“APA?!”

“Sssst!” seru Yunzhao. “Ibu bisa dengar!”

Yang masih punya Vote belum dipakai. Yuk buat othor ya. 😚

1
Atik Kiswati
lnjt....
paijo londo
,ya ampun lucu setiap kelahiran ayahnya yg dimaki-maki 🤣🤣🤣
panty sari
lanjut
Fauziah Daud
trusemangattt
guest1053527528
semoga merek rukun dan bahagia Thor dan di samping kaisar dan pngeran menjayangi si kembar...lanjut thor
cowettttttt
boleh lanjut thor??
hani chaq
sekarang up nya berkurang 1 ya.kadang2 malah cuma 1.masih sibukkah author ?
hani chaq
dugaan yg ga meleset.tapi ga ada bukti akurat jadi ya ga pasti dipikiran pangeran chen
Maria Lina
bisa nambah lgi thor pliss
Imas Fatimah
semangaaaaat thor,,up lg ya..
Rahmat Rahmat
hiks😭😭
Lyvia
tak kasih kupi thor biar makin semangat upnya, suwun upnya
Arix Zhufa
marathon baca bab 1 sampe akhir, dari pagi sampe magrib. Semangat up nya thor
kriwil
mo an nyamar jadi bapak😆
Mifta Afandi
bisa nambah lagi gk kak ulnya, solanyabbikin nagih cerita kakak
Maria Lina: berharap lh kk smpai kuncing bertanduk wkwk bercannda🤣🤣
total 1 replies
Tiara Bella
wow keluarga harmonis ya kan....semangat thor
imas
semangattt thor..
Mineaa
Aissssss.....moga moga aja....tar waktu perayaan ada keributan....
truss....para bocil kematian yang menyelesaikan nya.......
biar pada tau dan ga da yang berani
sama keluarga raja perang....
pengen liat mereka terkejoed kejoed....
......., biar auto pingsan berjamaah....
😁😁😁😁😁
Imas Fatimah
wah...wah....
Naureen Ridwan
lanjut tor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!