NovelToon NovelToon
Surat Cinta Untuk Alana

Surat Cinta Untuk Alana

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: bulan.bintang

Alana, gadis SMA yang 'ditakuti' karena sikapnya yang galak, judes dan keras kepala. "Jangan deket-deket Alana, dia itu singa betina di kelas kita," ucap seorang siswa pada teman barunya.

Namun, di sisi lain, Alana juga menyimpan luka yang masih terkunci rapat dari siapa pun. Dia juga harus berjuang untuk dirinya sendiri juga satu orang yang sangat dia sayang.

Mampukah Alana menapaki lika-liku hidupnya hingga akhir?
Salahkah ketika dia menginginkan 'kasih sayang' yang lebih dari orang-orang di sekitarnya?


Yuk, ikuti kisah Alana di sini.

Selamat membaca. ^_^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bulan.bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 | Patah

Semenjak terkuaknya rahasia itu, Alana lebih banyak diam sedangkan Bastian pergi meninggalkan rumah tanpa memberitahu Hanna dan anaknya. Suasana rumah yang beberapa waktu lalu terasa hangat, kini kembali lengang, sunyi dan dingin.

Berulang kali Hanna meminta maaf, namun semua sia-sia. Alana sudah tahu yang sebenarnya, tahu identitas aslinya meski data-data tentang itu belum dia dapatkan.

"Maafin Mama, Nak. Bukan Mama nggak mau jujur ke kamu, tapi Mama udah anggap kamu anak sendiri. Mama simpan semua itu karena nggak mau kelak kamu pergi ninggalin Mama. Sedang kamu tahu sendiri, Nak. Bagaimana kelakuan ayahmu. Mama cuma punya kamu, Sayang. Maafin Mama."

Hanna memeluk putrinya dengan air mata mengalir deras di pipi. Alana hanya diam, batinnya benar-benar terluka. Di sisi lain, dia juga tak mau menjadi orang yang tak punya etika. Meski bagaimana pun, dia tetap bersyukur atas semuanya.

Hanna terus membujuk Alana, mengulang permintaan maaf hingga gadis itu mengusap kedua pipi ibunya.

"Udah, Ma. Jangan nangis, aku udah maafin semua. Justru aku yang harusnya berterima kasih pada kalian, karena tlah sudi merawat aku, menghidupiku sampai aku bisa sekolah, bisa hidup nyaman di sini. Terima kasih, Ma. Aku nggak tahu, gimana nasibku kalau dulu Papa dan Mama nggak bawa aku keluar dari panti, tentu ini semua memang sudah jalan takdir kita, Ma. Dan soal Papa, biar nanti aku yang ngomong." Alana tersenyum membuat Hanna menangis haru.

Aku sendiri nggak tahu mau mulai dari mana, tapi aku harus cari tahu siapa orang tua kandungku.

Alana kembali memeluk ibunya, lalu mereka hanyut dalam obrolan hangat.

Sementara itu, seorang art berjalan tergopoh menghampiri Hanna dengan secarik kertas.

"Maaf, Bu. Tadi saya bersihin kamar kerja bapak, trus nemu ini di tong sampah. Saya nggak tahu ini apa, tapi ada foto ibu sama bapak di situ." Hanna menerima dan membacanya.

Tak lama kemudian, dia dan Alana sudah berada di ruang kerja Bastian.

"Ma, kita ngapain di sini? Nanti Papa tahu bakal marah-marah." Alana menatap ibunya yang masih fokus melayangkan pandang ke setiap sudut ruang.

Hanna meninggalkan putrinya dan berjalan menghampiri meja kerja Bastian dengan sebuah foto yang menjadi hiasan di sana.

Dia melihat dirinya dan Bastian dalam balutan pakaian adat saat pernikahan mereka. Hanna mengusap perlahan namun pikirannya kembali teralihkan pada tujuan utama dia datang ke sini.

Tangannya terus membuka, membaca dan kembali menyimpan berkas-berkas yang tersusun rapi. Entah apa yang dicari, namun Hanna terus bergerak tanpa sepatah kata pun.

Di tempatnya berdiri, Alana menatap sang ibu dengan wajah kebingungan, karena berulang kali dia bertanya, namun ibunya tetap terdiam.

Sebenernya apa sih yang Mama cari?

Alana berjalan mendekati Hanna yang kini tengah membuka satu per satu laci meja. Dia mengeluarkan berkas-berkas yang ada, lalu membukanya dengan kasar.

"Ma, apa yang Mama cari? Biar aku bisa bantu." Alana merapikan barang-barang di meja lalu menyusunnya kembali di dalam laci. Saat itulah, sesuatu terjatuh dari salah satu map di tangan.

Alana mengambilnya di lantai, keningnya berkerut.

"Ma, ini apa?"

Hanna menoleh, matanya terbelalak melihat apa yang dipegang putrinya. Dengan cepat Hanna mengambil alih benda itu dan membukanya.

Alana tak tahu apa yang ada di dalam amplop putih berlogo sebuah rumah sakit, namun dia terkejut melihat wajah ibunya seketika merah padam dengan tangan mengepal kuat.

"Jadi, dia yang main curang? Dia bohongi aku selama ini? BASTIAN!!!"

Hanna seakan tengah kesurupan, tubuhnya kaku, mulutnya terus melontarkan sumpah serapah untuk suaminya.

Buru-buru art berdatangan dan membawa tubuh Hanna keluar menuju kamarnya. Sedangkan Alana membuka kertas itu sebelum pergi mengikuti ibunya.

Dia sendiri tak kalah terkejut membaca apa yang ada di sana, buru-buru dia membawa surat itu lalu menyimpannya.

Tak lama kemudian, deru suara mobil mendekat di halaman. Alana yakin itu ayahnya, dia tetap di kamar menemani sang ibu yang masih terbaring lemah.

"HANNA!!"

BRAKK!!

Pintu kamar terbuka lebar, menampilkan sosok tinggi besar, tengah berkacak pinggang.

"Apa yang kamu ambil dari kamar kerjaku? Kamu pikir aku nggak liat?" Suara Bastian meninggi, matanya menatap tajam ke arah Hanna yang kini berdiri tegak di samping tempat tidur. Bastian memperlihatkan rekaman CCTV dari ponselnya.

Hanna tertawa mengejek, dia memperlihatkan apa yang Alana dapatkan dari sana.

"Maksudmu ini? ... pintar sekali bikin skenario seakan aku yang jadi pesakitan. (Hanna bertepuk tangan) bagus, bagus. Selamat, kamu sukses bikin harga diriku hancur di keluarga besarmu. Mereka bilang aku tak layak jadi istrimu karena tak kunjung punya anak, bahkan aku dicap mandul olehmu dan mereka semua. Awalnya aku ikhlas terima setelah tahu hasil dokter itu, tapi apa? Nyatanya kamu tukar hasil itu dan ... kamu sendiri yang MANDUL, BASTIAN!!!"

Belum sempat laki-laki itu membuka mulut, Hanna kembali melanjutkan ucapannya.

"Mulai sekarang, kamu bukan lagi suamiku. Kita cerai! Aku akan urus semuanya."

Alana terkesiap mendengarnya, begitu juga dengan Bastian yang menatap Hanna dengan raut muka penyesalan.

"Kuharap, kamu nggak hilang ingatan, Bas. Rumah ini milikku, dibangun full dana dariku tanpa sedikit pun sokongan darimu. Jadi, kamu tahu kan, jalan mana yang harus kamu ambil? ... bagus, silakan angkat kaki dari rumah ini, SEKARANG!" Hanna berkacak pinggang, sedang Bastian tetap diam di posisinya.

Aku tahu sakitnya jadi Mama. Pantas kalau sekali meledak jadi gini.

Alana menatap ibunya yang terduduk di tepi ranjang, dia meraih bahu wanita itu lalu memeluknya hangat. Tangis Hanna pecah dalam dekapan putrinya.

"Ma, Alana akan terus ada di samping Mama. Alana nggak akan tinggalin Mama." Suaranya lirih tepat di telinga sang ibu. Mereka berpelukan hingga tak menyadari jika Bastian sudah pergi entah ke mana.

---

Di sekolah, Alana bersikap biasa saja tanpa ada yang menyadari jika hatinya benar-benar hancur.

"Na, ada yang nyariin kamu tuh." Sisi menyikut lengan Alana yang matanya tertuju pada novel namun pikiran berlarian ke sana kemari.

Alana melangkah keluar mendekati seorang siswa yang dia yakini sebagai adik kelas.

"Ada apa?"

"Kak, ini ada titipan." Dia menyerahkan sepucuk surat. Namun dengan cepat, barang itu sudah berpindah tangan.

"Waduuhh ... dapet lagi nih. Eh, bocah. Suruh si pemuja siluman ini dateng langsung. Nggak usah sok-sok-an jadi secret admirer gini."

Gala, dia yang lebih dulu mengambil surat dari tangan si kurir. Tawanya renyah sembari melirik jahil ke arah Alana.

"Na, lo tuh jadi cewek yang tegas dong. Letoy amat, apa jangan-jangan udah falling in love sama pujangga ini? Duh ... semudah itu ternyata dapetin hati ratu singa. Tahu gitu gue siap bikinin lo puisi cinta tiap hari, asal lo mau jadi pacar gue."

Tamparan keras kembali Gala dapatkan, dia meringis menahan perih. Namun bibirnya tersenyum, hatinya berbunga.

Oke, Gala. Pelan tapi pasti, tu siluman singa bisa jadi Shaun the sheep, sabar.

Alana kembali ke kelas, tak menghiraukan puluhan mata tengah menatapnya. Para siswi terlihat iri setelah mendengar kalimat terakhir Gala.

Rio dan yang lain merangkul Gala, dia berbisik.

"Bro, lo sukses bikin kejutan yang wooww banget! Lo nembak Alana!"

Gala tersenyum kecut.

*

1
Nadin Alina
Halo kak, salam kenal kak🤗
Bulanbintang: Halo, Kak Nadin. Salam. 🤗
total 1 replies
The first child
semangat terus nulisnya thor
Bulanbintang: Terima kasih, ikuti terus kisahnya ya, 😊
total 1 replies
Anisa Febriana272
..
Anisa Febriana272
.
Anisa Febriana272
Novel bagian ini agak seru
Anisa Febriana272: Oh iya kak saya mau coba buat novel nanti kalo selesai kakak mau gk kasih tau apa aja kekurangan nya
Anisa Febriana272: Oh ya kak kakak buat novel apa aja ya saya mau baca
total 14 replies
sakura
..
Nurhani ❤️
aku mampir tour/Drool/jngan lupa mampir balik🤗nanti aku baca lgi
Bulanbintang: Ok. Terima kasih.
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut terus Thor /Determined/
Bulanbintang: Bab 15 udah di-up ya, masih direview dulu. Tetap sabar nunggu ya, 🤗
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir Thor /Smile/
Niki Fujoshi
Keren abis, pengen baca lagi!
Hao Asakura
Bikin terharu sampai mewek.
Wesal Mohmad
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!