Seorang inspektur kepolisian yang jujur dibuat pusing dengan kasus pembunuhan berantai yang melibatkan para pejabat negara. Abimanyu yang ternilai teliti dipermainkan dengan permainan pelaku yang sangat pintar dalam menyembunyikan jejak. Di tengah pemecahan kasus pembunuhan berantai, Abimanyu mendapatkan tugas untuk melatih anggota baru kepolisian, dan disinilah dia bertemu dengan Gaurav yang merupakan anak sebatang kara dari kota Jaipur.
- Update seminggu sekali, setiap hari kamis.
- Follow @mommess__ dan @flowersmommess__ untuk mendapatkan informasi mengenai update terbaru 'Last Punishment : DEATH'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MOM MESS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENGEJARAN.
Sepulang latihan, Switha langsung menelpon ayahnya. Dia sangat senang dan ingin sekali memberitahu ayahnya kalau dia berhasil lolos.
"Hallo Switha. Ada apa?"
"Aku tau setelah mendengarkan kabar ini, ayah pasti akan senang, "
"Katakan ada apa?"
"Aku lolos ayah. Dan aku akan mewakili sekolah ku untuk pertandingan tingkat international." Benar dugaan Switha. Manish begitu senang mendapati putrinya lolos seleksi.
"Switha, " sapa Meera. Kedatangan Meera dan Aarohi membuat Switha terkejut. Dia sedikit menjauhkan ponselnya.
"Kalian, ada apa?"
"Kami kesini mau mengucapkan selamat kamu akan mewakili sekolah kita nanti, "
"Iya. Kami tidak salah kan menyebutmu atlet terbaik di sekolah kita, " ucap Meera sedikit bercanda. Perbincangan anak-anak itu di dengar langsung oleh Manish. Pujian yang di lontarkan pada putrinya, membuat Manish tersenyum bangga. Tak berselang lama, mobil jemputan Switha tiba.
"Meera, Aarohi. Terima kasih atas dukungan kalian. Aku minta maaf karena harus buru-buru pulang, "
"Iya tidak apa-apa. Besok kita bertemu di sekolah lagi kan, "
"Kau benar." Switha menggendong tas nya. Tanpa sengaja sebuah botol kecil keluar dari tas Switha. Mereka bertiga menyadari botol tersebut. Saat Meera ingin mengambilnya, Switha buru-buru menepis tangan Meera. Sayangnya botol kecil itu berhasil di ambil oleh Aarohi lebih dulu.
"Erythropoietin?"
"Kau mengkonsumsi ini Switha?"
"Aarohi tolong berikan itu padaku, "
"Switha jawab dulu. Apa karena obat ini kau jadi lolos?"
"Tolong berikan obat itu, kumohon... "
"Tidak Switha. Aku menerima kesalahan dari mu, karena aku pikir memang akulah yang kurang cepat dalam berlari. Tapi kalah setelah tau kecurangan mu, aku tidak bisa tinggal diam, "
"Aku tau obat ini. Obat ini adalah obat penambah energi. Itu sebabnya kau bisa berlari cepat selama pelatihan dan mendapatkan nilai yang cukup bagus, "
"Aku akan memberitahukan ini kepada bibi Nainaa. Ayo Meera!" ucap Aarohi sambil menarik tangan Meera pergi.
"Tidak Aarohi. Kau tidak bisa melakukan ini kepadaku. Tidak bisa." Switha menatap Aarohi dan Meera dari belakang yang pergi meninggalkannya. Ia melihat ke arah ponselnya. Ia terkejut mendapati panggilan belum berakhir. Itu berarti, ayahnya mendengar semua pembicaraan mereka.
"Hallo Switha. Apa kau dengar ayah?"
"Haan (iya)... " jawab Switha dengan suara pelan dan nada ketakutan. "Switha, ayah sudah mendengarkannya nak. Kenapa kau lakukan itu? Apa kau tau bahaya menggunakan obat terlarang itu?" Switha sama sekali tidak mendengarkan ayahnya. Mata kosongnya terus menatap ke arah atap gedung. Kakinya perlahan melangkah. Ia terus berjalan ke atas dengan tatapan kosong dan rasa takut.
"Ayah tau kau ingin-" tiba-tiba suara panggilan terdengar sedikit bising. Seperti berada di luar ruangan. "Switha. Kau di mana nak?" tanya Manish kebingungan.
"Ayah. Aku tidak bisa menjaga prinsip mu. Aku gagal. Beberapa hari aku seperti setengah mati di acuhkan oleh mu. Kali ini.. Aku tidak mau kegagalan fatal ini membuat ku mati keseluruhan. Aku tidak tahan jika raga ini hidup, sementara jiwa ku sudah mati ayah. Maafkan aku ayah, maaf telah mengecewakan mu." Panggilan itu tiba-tiba terputus saat ponsel Switha hancur karena jatuh ke lantai. Dengan sangat mengejutkan, Switha langsung melompat dari atas gedung yang ketinggiannya sekitar 3 lantai.
...***...
Di rumah sakit. Switha sudah di bawa dan mendapatkan pertolongan pertama. Beruntung saat kejadian, Switha tersangkut di antara pepohonan. Hal itu membuatnya mengalami patah tulang dibagian tangan, dan juga pergelangan kakinya. Manish sedih mendengarnya. Dia sudah melakukan kesalahan. Beberapa menit setelah selesai di periksa, Switha terbangun.
"A-ayah..." panggil Switha pelan. Manish langsung mendekati putrinya.
"Ayah di sini nak, "
"Ayah. Maafkan aku. Aku sudah gagal." Manish hanya diam merasa bersalah karena sudah menekan anak nya sendiri. Tak lama kemudian, berita televisi menyiarkan berita perlombaan international antar sekolah. Media juga mengumumkan peserta perlombaan yang akan mewakili masing-masing sekolah. Tersiar juga bahwa sekolah Switha memilih Aarohi untuk mewakili sekolahnya. Mendengar itu, Switha merasa sedih. Kesedihan putrinya dapat ia rasakan.
...***...
Malam harinya, Nainaa datang ke rumah sakit untuk menjemput Aarohi. Dikarenakan pekerjaan yang cukup banyak, ia menitipkan Aarohi pada Rasika.
"Hai Aarohi. Baju siapa yang kau pakai itu?"
"Bibi Rasika yang membelikannya untuk ku, "
"Iya Bibi. Lihatlah bajuku juga sama dengan baju Aarohi, " sahut Meera sambil tersenyum.
"Kakak. Kau tidak perlu repot-repot, " ujar Nainaa.
"Ayolah Nainaa. Kau setiap hari membelikan Meera ice cream. Apa aku tidak boleh membelikan Aarohi baju?" mendengar itu Nainaa terkejut. Ia tau betul kalau Rasika sangat menjaga pola makan putrinya. Nainaa menoleh pelan ke arah Meera. "Sorry bibi. Aku keceplosan tadi, " ucap Meera pelan sambil memegangi kedua telinganya. Rasika hanya tertawa melihatnya.
"Sorry Didi, " ucap Nainaa pelan.
"Tidak apa-apa Nainaa. Tapi tetap.. tolong kurangi memberi mereka ice cream, "
"Baiklah, "
"Aarohi. Ayo kita pulang, " ajak Nainaa. Aarohi mengangguk dan segera mengambil tasnya. Tidak lupa Aarohi berpamitan dengan Rasika dan juga Meera. Setelah itu mereka pun pulang untuk beristirahat. Sepanjang perjalanan, Nainaa dan Aarohi nampak gembira. Mereka bernyanyi bersama, bercanda, dan tertawa bersama di mobil. Namun tiba-tiba seseorang menembak ban mobil Nainaa yang membuatnya oleng dan menabrak pepohonan.
"Aarohi, kamu tidak apa-apa?"
"Aku tidak apa-apa Bibi." Nainaa yang panik langsung mengajak Aarohi untuk turun dari mobil. Nainaa tidak yakin bisa membawa mobilnya kebengkel seorang diri. Ia lalu mengambil ponselnya untuk menelpon seseorang yang bisa membantunya. Tiba-tiba suara tembakan kembali terdengar. Suara itu membuat Nainaa terkejut. Sampai menjatuhkan ponselnya. Aarohi yang ketakutan langsung memeluk Nainaa dan bersembunyi di belakangnya. Dari kegelapan, dua mobil jeep muncul. Jumlah mereka sangat banyak. Dan masing-masing dari mereka memegangi senjata tajam. Nainaa langsung mengajak Aarohi untuk melarikan diri.
Singkat cerita, mereka lari ke sebuah pasar. Karena hari sudah malam, pasar tutup. Tidak ada satu pun ruko yang buka. Para penjahat itu berhasil menemukan mereka. Keduanya mulai di kepung dari segala arah.
"SIAPA KALIAN?" teriak Nainaa sambil berusaha melindungi diri. Mereka tidak menjawab sama sekali dan langsung menarik Aarohi.
"BIBI, "
"LEPASKAN DIA. LEPAS!" Nainaa di tarik dan langsung di pukuli. "BIBI," teriak Aarohi yang mulai menangis. Nainaa di oper dan di pukuli habis-habisan. Badannya mulai lemas. Karena tak tahan lagi, ia pun tak sadarkan diri. Aarohi menggigit tangan penjahat yang sejak tadi memeganginya. Ia langsung berlari ke arah Nainaa untuk membangunkan nya. Karena kesal di gigit, penjahat itu langsung menghantam kepala Aarohi menggunakan ujung senapan.
good job💯👍👏