Setelah memergoki pacarnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Kinara aurora tercebur ke sebuah danau setelah di dorong oleh selingkuhan kekasih nya, namun bukannya tenggelam jiwa kinara justru berpindah dimensi ruang dan waktu ke tubuh pemeran wanita di sebuah novel yang ia baca sebelumnya.
Masalahnya di sini jiwanya memasuki tubuh pemeran wanita yang lemah dan selalu di injak- injak, dan berakhir mati tragis karena menyelamatkan suami yang bahkan tak pernah melihat ke arahnya.
Bagaimana caranya kinara merubah takdir istri yang teraniaya itu? ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 08: suami dinginnya itu mulai tertarik
Kinara melangkahkan kaki keluar rumah dengan semangat baru yang membara. Dia menatap kembali kartu di tangannya, benda ini bukan hanya sekedar alat untuk berbelanja melainkan simbol kekuasaan dan keberanian yang baru saja ia dapatkan.
Saat ia melangkah ke teras, maya muncul dari dalam garansi, dengan wajah ceria ia melambaikan tangannya. "Nyonya, mobilnya sudah siap! " teriaknya sambil menunjukkan sebuah mobil sedan hitam yang nampak berkilau.
Kinara tertawa lirih, ia tidak menduga jika maya sudah ada di depan mendahului nya, nampaknya pelayan pribadinya itu juga tidak kalah semangat dari dirinya.
Kinara lantas mengangguk, lalu berjalan mendekat ke arahnya, di sana ada pak dandi juga yang menunggu dengan seorang supir.
"Aku tidak tahu kau sudah ada duluan di sini maya, ku pikir kau masih bersiap- siap. "
Maya kontan tersenyum malu. "Untuk orang seperti saya tidak perlu memakan waktu banyak untuk bersiap- siap nyonya, lagipula saya tidak enak jika nyonya harus menunggu saya. "
Kinara menatap gadis berusia dua puluhan itu sambil mengusap tangannya, maya yang malang. Dalam ingatannya di dalam novel ini, setelah kinara wijaya meninggal, keadaan maya begitu memprihatinkan, dia di tuduh meracuni sarah karena ingin membalas dendam atas kematian kinara, lalu dia penjara dan meninggal di dalam penjara itu tanpa ada siapapun yang memperdulikan nya.
Begitu besar pengorbanan dan kesetiaan nya untuk kinara wijaya. Dalam hati kinara berjanji untuk kehidupan yang telah berubah ini, ia akan memberikan kehidupan bahagia untuk pelayan setianya itu.
"Maya berjanji lah untuk tetap selalu berada di samping ku. "
Maya mengangguk. "Tentu saja nyonya. Sejak pertama datang, saya di sini ada untuk melayani anda. "
Kinara tersenyum. "Baiklah, sekarang ayo kita berbelanja. Pak dandi, mana kunci mobilnya? "
"Apa maksud nyonya? tentu anda akan berangkat bersama supir. " ucap pria tua itu.
"Itu tidak di perlukan. Biar aku yang mengemudikan mobilnya sendiri. " tukas kinara.
"Nyonya anda benar ingin mengemudikan mobil sendiri? " sahut maya ikut terkejut
"Tapi bukankah anda tidak bisa mengendarai mobil? " ujar pak dandi, terlihat meragukan.
"Kata siapa aku tidak bisa? " kinara melirik angkuh. "Aku bahkan memiliki surat ijinnya. Jadi sekarang mana kunci mobilnya. "
Ia menggerakkan tangan ke arah pak dandi sebagai isyarat, tampak pria berusia senja itu menghela nafasnya.
"Ah sudahlah turuti saja kemauannya. " gumam pak dandi dalam hatinya lalu menyerahkan kunci mobil itu.
Wajah kinara yang berseri, menyeringai lebar. "Let's Go maya, hari ini kita akan bersenang-senang! "
Di tempat lain, ada kenantra yang sejak tadi memperhatikan tingkah laku kinara di bawah melalui jendela kamar nya. Tatapannya yang selalu datar kini seperti tersirat oleh sesuatu, perasaan yang dia sendiri tidak tahu.
"Aku kesini untuk menjadi menantu keluarga ini, bukan menjadi seorang budak! "
Ucapan kinara beberapa saat lalu kini masih saja terngiang di kepala, Kata-kata yang akhirnya membuat seorang kenantra yang terkenal memiliki hati beku, jadi luluh dan akhirnya memberikan black cardnya kepada gadis itu.
"Austin." panggilnya pada sang asisten yang sejak tadi berdiri di belakang.
"Ya tuan. "
"Ceritakan padaku, apa saja yang sudah terjadi selama aku tidak ada di sini. "
"Tentu banyak tuan, sekarang nyonya dan tuan besar lebih sering menghabiskan waktu di mansion, mereka--"
"Bukan itu maksud ku. "
"Lalu tuan? " dahulu Austin mengkerut tak paham.
"Soal dia. "
"Oh, nyonya sarah, dia--"
"Ck, Austin, memangnya umur mu berapa sekarang sampai tidak tahu siapa yang aku maksud? " potong kenantra, melirik kesal.
Austin seketika terperanjat, di garuk nya kepala yang tidak gatal. Setau dia, sang tuan memang terlihat menaruh hati pada sarah, jadi dia mengira kenantra sedang menyinggung soal wanita itu.
"Lalu " dia " siapa yang anda maksud? "
"Tentu saja kinara, istri ku! " Kenantra agak berdeham sejenak dengan wajah canggung saat menyebutkan kata "istri ku".
" Oh nyonya kinara. Maaf tuan saya tidak langsung peka, karena saya pikir anda selama ini tidak pernah peduli padanya. "
Kenantra terdiam. Benarkah ia setidak peduli itu pada istrinya?
Lalu setelah itu mengalir lah cerita dari mulut Austin tentang kehidupan kinara di mansion ini selama kenantra tidak ada.
Mendengar soal kinara yang selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dan semena- mena bahkan dari para pelayannya sendiri, membuat kenantra merasa geram. Apalagi mama nya juga menjadi salah satu orang yang paling terlibat dalam kesengsaraan hidup istrinya.
"Baiklah, tak usah di terus kan lagi. Aku paham. " potong Kenantra kemudian, lantas membuat Austin langsung menutup mulut.
"Sekarang dia sedang berbelanja. Kirimkan lah bodyguard untuk berjaga-jaga dari jarak jauh, jangan sampai ketauan. Dan kirim kan lah pada ku pengeluarannya melalui black card itu. "
"Baik tuan. "
Kenantra tidak tahu kepedulian yang datang secara tiba-tiba untuk gadis itu, entah datang dari mana. Namun satu hal yang ia sadari, dirinya mulai tertarik untuk menelusuri tentang kinara wijaya lebih dalam.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Sesampainya di mall, kinara melangkah keluar dari mobilnya dengan percaya diri. dengan kacamata hitam bertengger dan tas coklat branded yang melengkapi penampilan nya, ia berjalan anggun bak model papan atas. Dia merasakan tatapan para pengunjung mall yang tertuju ke arahnya, ada yang terpesona, ada juga yang melirik skeptis. Namun semua itu ia abaikan, kini yang ada di pikirannya adalah merayakan kehidupan barunya ini dengan berbelanja sebanyak mungkin.
"Kita akan kemana dulu nyonya? " tanya Maya dengan antusias.
Kinara memandangi deretan toko- toko, lalu matanya berhenti di sebuah butik mewah. "Kita akan kesana, maya! aku membutuhkan beberapa pakaian baru. Pakaian yang layak untuk seorang nyonya! "
Begitu langkah mereka memasuki butik, pelayan menyambut dengan senyuman lebar. "Selamat datang nyonya, ada yang bisa kami bantu? "
Kinara tersenyum, ia membuka kacamata hitamnya. "Tentu,saya ingin melihat gaun terbaru yang kalian punya. yang paling mencolok dan elegan. "
"Baik mari ikuti saya. " kinara dan maya mengikuti si pelayan toko itu.
Satu persatu, gaun- gaun indah ditunjukkan ke hadapan kinara, begitu ia mencoba ia merasa seperti ratu yang sedang berusaha menemukan mahkotanya.
Selain gaun, baju sehari- hari juga ia pilih, sepatu, mantel, tas dan banyak lainnya. Ia juga memerintahkan maya untuk memilih bagiannya, meski awalnya gadis itu menolak segan, kinara sedikit memaksanya.
"Anggap lah ini sebagai hadiah dari ku untuk mu maya. " Setelah kinara mengatakan itu barulah maya membeli beberapa setel baju untuknya sendiri.
Tak terasa waktu berjalan seperti arus sungai. Mereka keluar dengan banyak membawa tas belanjaan.
"Setelah ini kita ke restoran maya, aku lapar."
"Baik nyonya. "
Saat mereka sedang berjalan santai, tiba-tiba saja kinara merasa seperti ada yang mengawasi. ia melihat ke lalu lalang orang-orang, instingnya mengatakan jika sekarang dia sedang di ikuti.
"Ikuti aku maya! " kinara menarik tangan maya, mereka bersembunyi di balik sebuah tembok besar.
"Ada apa nyonya? "
"Kau tunggu di sini. " Kinara keluar dari balik tembok, saat ia melihat dua pria berbadan besar, sontak ia berbalik menyamakan kehadiran nya di tengah orang-orang.
"Eh kemana larinya dia? " ucap salah satu di antara pria itu.
"Sudah ku bilang kan untuk tidak terlalu mencolok, tuan kenantra menugaskan kita untuk menjaganya dari jarak jauh saja. "
Mendengar ucapan dua pria berbadan besar itu, Kinara tak bisa menyembunyikan senyum nya. Apa sekarang, suami dinginnya itu mulai tertarik padanya?
*
*
*
Bersambung