Bilha, seorang penggemar berat grup idola "Moonlight". Selalu menganggap bahwa menikahi salah satu aggota grup idola tersebut hanyalah khayalan belakang. Namun, kehidupan Bilha berubah drastis ketika ia bertemu dengan Taro, yang merupakan salah satu anggota grup "Moonlight".
Semua berawal dari sebuah pertemuan tak terduga. Bilha bertemu dengan Taro di sebuah acara fans meeting dan tanpa diduga mereka berdua terjebak dalam sebuah situasi yang membuat mereka semakin dekat.
Taro yang terkenal dengan kepribadiannya yang ramah dan hangat, ternyata memiliiki perasaan yang sama dengan Bilha.
Namun, menjalani hubungan dengan seorang idol tidaklah mudah. Bilha harus menghadapi tekanan dari media dan fans yang tidak mennyukainya. Taro juga harus menghadapi konflik antara karirnya sebagai idol dan kehidupan pribadinya dengan Bilha.
Apakah cinta Bilha dan Taro dapat bertahan menghadapi semua tantangan tersebut? Ataukah kehidupan sebagai pasangan idol akan menghancurkan hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasam Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan yang mengejutkan
"Udah loh Taro, elu tadi apa gak liat mukanya bang Raymond yang tadinya seneng-seneng terus berubah jadi marah pas liat layar ponsel",ucap Janu yang menyadarkan Taro dengan perubahan Raymond.
"Iya bener katanya Janu, lebih bagus kita biarin aja dulu bang Raymond sendiri. Tau sendirikan kalok bang Raymond lagi ngamuk gimana", sambung Kevin.
"Yaudah deh kalok gitu", Taro yang menurut perkataan Kevin dan Janu.
Sedangkan Raymond yang berjalan menuju kamar Joshua sambil mengomel tanpa henti.
"Apa maksudnya anak ini? Seenaknya membayar tagihan kartu kredit yang aku kasih ke dia. Apa udah banyak kali uangnya? Sampe-sampe transfer uang segitu banyaknya. Apa dia ingin ribut dengan ku?'' Raymond yang begitu marahnya.
"Joshua! Buka pintunya!"
"Joshua! Keluar cepat kau!'' teriak Raymond yang menggedor pintu kamar Joshua begitu kuatnya.
Kevin,Janu dan Taro yang berada di ruang TV pun sektika kaget mendengar teriakan abangnya yang begitu kencangnya.
"Joshua keluar kau! Sebelum ku dobrak pintu kamar mu ini!" peringat Raymond yang sudah di puncak emosinya.
"Bang Raymond kenapa marah-marah gitu sama Joshua?" tanya Janu kepada ke dua saudaranya.
"Entahlah. Pada hal tadi Joshua masuk ke dalam kamarkan cuma kita berdua yang liat", ucap Taro yang juga merasa bingung.
"Hah? Joshua pulang? Dari kapan dia pulang?" Kevin yang tidak melihat Joshua masuk ke dalam kamar pun juga merasa bingung.
"Iya, Joshua pulang pas kami tadi lagi dapur",jawab Janu.
"Tapi sejak kapan bang Raymond tau kalok Joshua pulang terus masuk kedalam kamar? Sedangkan aku dan Janu gak ada ngasih tau",sambung Taro membuat mereka bertiga jadi semakin ke bingungan.
"Joshua, aku sudah menunggu mu di depan pintu lima menit, tapi kau tidak kunjung keluar juga. Baiklah kalau memang itu mau mu, aku akan mendobrak pintu ini", ucap Raymond dengan nada sedikit besar.
Raymond yang sudah berancang-ancang ingin mendobrak pintu kamar Joshua seketika membuatnya terjatuh karena Joshua membuka pintunya.
Janu,Kevin dan Taro yang melihat hal tersebut seketika membuat mereka menahan tawa bersamaan.
"Abang baik-baik aja?' tanya Joshua ang tersenyum meliat Raymond tersungkur ke lantai.
"Perlu Jo bantuin bang?"tawar Joshua yang mengulurkan tangannya.
"Aku tidak apa-apa dan aku bisa sendiri", jawab Raymond yang begitu ketusnya.
"Oke lah. Ngomong-ngomong ada apa abang ke kamarku?"
"Apa kau tidak punya telinga? Dari tadi aku memanggilmu", tanya Raymond yang baru berdiri dari lantai.
''Aku membereskan kamar ku bang, lihat lah sendiri", Joshua yang menunjuk kearah kamarnya yang berantakan.
"Astaga! Ini kamar mu atau kandang babi Jo...?'' teriak Raymond yang melihat seisi kamar adiknya.
Joshua hanya tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak merasa gatal sama sekali.
"Yasudah. Ayo kita bersihkan, aku akan membantu mu",ajak Raymond yang langsung memungut barang yang berantakan di lantai.
Mereka berdua pun membersihkan kamar tersebut bersama.
"Kayaknya kita lagi di prank sama bang Raymond deh?" ucap Janu yang merasa tertipu dengan sikap Raymond dalam sejenak.
"Bener kata lu Janu", Taro yang melotot tak percaya apa yang baru saja di lihatnya.
"Jantung ku hampir mau copot karena takut bakalan ada perang besar", ucap Kevin tak pecaya.
Mereka bertiga pun akhirnya memutuskan kembali untuk melanjutkan bermainan Playstation.
Di dalam kamar Raymond dan Joshua yang hampir selesai membereskan barang-barang yang berantakan tersebut pun melanjutkannya sambil berbincang.
"Oh ya bang, aku mau nanya?" Joshua yang memulai pembicaraan mereka.
"Em, tanya lah"
"Abang tadi ke kamar ku mau ngapain? Soalnya aku gak dengar karena lagi pakek headset", tanya Joshua yang belum mengerti tujuan abangnya menemuinya.
"Oh ya, aku sampai lupa ingin memarahi mu kan", Raymond yang baru ingat tujuan awalnya datang ke kamar Joshua.
"Marah? Kenapa abang marah sama ku?" joshua pun merasa bingung.
"Iya, aku mau memarahi mu kalau bisa pun aku pukul kau",jawab Raymond yang kesal.
"Emang aku ngelakuin apa bangkok sampe abang mau mukul aku?" Joshua yang semakin merasa bingung.
''Apa maksud mu membayar tagihan kartu kredit yang aku berikan kepadamu? Dan kau juga mentransfer uang yang cukup banyak ke rekening ku. Apa kau sudah merasa uang mu banyak? Sampai-sampai kau memberikan ku uang. Apa aku ini terlihat sudah kere sampai harus menerima uang dari mu?" Raymond yang bertanya tanpa henti.
Joshua yang sudah mengerti mengapa abangnya datang ke kamarnya dengan marah hanya bisa diam, menunggu waktu yang tepat.
"Apa selama ini uang yang aku berikan kurang? Kau ini adalah adik ku walaupun kita tidak sedarah. Aku dan yang lain yang membesarkan mu. Walaupun kita bekerja di agensi yang sama, menghasilkan uang bersama, dan sukses bersama bukan berarti kau bisa bertindak seperti in. Seakan-akan kalau aku ini tidak bisa menghidupi kebutuhan mu, sampai-sampai kau memberikan aku uang mu dan membayar semua tagihan kartu kredit ku", Raymond yang tidak berhenti mengomeli Joshua.
"Maafkan aku bang. Aku ga ada niatan buat abang jadi marah apa atau pun tersinggung dengan yang aku lakukan. Aku hanya saja baru tersadar akan impian ku yang dulu sebelum aku sampai di titik ini. Aku ingin membuka usaha untuk orang orang tua ku dan untuk ku bang", jelas Joshua denngan perlahan.
''Bagus jika kau memang ingin membuka usaha sendiri dan untu orang tua mu. Jadi penjelasan mu yang memberikan ku uang juga membayar tagihan kartu kredit apa?'' tanya Raymond yang masih merasa bingung.
"Aku membayar tagihan itu dan mentransfer uang ke rekening abang karena aku baru sadar kalau selama ini aku terlalu kalian manjakan. Aku sadar kalau umur abang dan yang lainnya tidaklah muda lagi..."
"Hey.... Apa maksud mu kami ini tidak muda lagi? Apa abang mu ini kayak kakek tua yang udah umur 80 an?" potong Raymond yang tidak terima dengan perkataan Joshua.
"Bukan gitu maksudnya bang", bantah Joshua merasa gugup.
"Maksud ku, abang dan yang lainnya pasti ingin menikah kan? Sudah berapa wanita yang kalian kenalkan ke aku tetapi aku menolaknya mentah-mentah, tanpa memikirkan bagaimana perasaan kalian. Aku tidak ingin menjadi penghalang kebahagian abang-abang ku yang sudah merawat ku dari awal aku masuk ke dalam agensi hingga aku sudah dewasa seperti ini", jelas Joshua yang tertunduk.
Raymond yang mendengar penjelasan sang adik pun membuat hatinya tersentuh sehingga membuat matanya berkaca-kaca.
"Aku hanya ingin belajar mandiri saja bang. Karena tidak selamanya kalian akan selalu ada di samping ku. Kalian punya keluarga masing-masing yang harus kalian prioritaskan. Lihat ini bang, aku udah buat agenda yang harus aku capai", Joshua yang menunjukan buku agendanya kepada Raymond.
"Buku buruk ini masih kau simpan juga? Kenapa gak di buang aja sih? Kan bisa beli ang baru,''Raymond yang melihat beberapa kertas yang sudah rusak karena di makan oleh rayap.
''Jangan bang! Ini kan hadiah yang dikasih bang Michael pas aku di terima masuk sekolah", Joshua yang langsung menarik buku tersebut dari tangan Raymond.
"Pantesan kamar mu kayak kandang babi, ternyata karena buku buruk itu",sahut Raymond.
Joshua pun hanya bisa tertawa malu mendengar ucapan Raymond.
"Yaudah sini abang mau liat apa impian mu",Raymond yang mengulurkan tangannya.
"Tapi jangan di buat loh bang",Joshua yang sedikit merasa takut untuk memberikannya.
"Iya,udah sini cepet lama bener",Raymond yang mengambil paksa buku tersebut.
Ketika Raymond membaca apa yang di tulis adik kecilnya itu membuat dirinya tidak berbicara satu kata pun.
"Bagaimana bang? Apa ada yang salah? Apa ada tulisan ku yang buat abang tersinggung?" Joshua yang merasa bingung dengan sikap abangnya tersebut.
Raymond tiba-tiba memeluk Joshua dan menangis.
"Adik abang sekarang udah dewasa,abang bangga sama kamu. Tidak sia-sia kami merawat mu selama ini."
"Abang dukung impian kamu,tapi kalau kamu butuh apapun jangan ragu bilang ke kami ya",ucap Raymond yang melepaskan pelukan mereka.
"Baik bang. Ini kartu kredit punya abang", Joshua yang memberikan kartu kredit yang berada di dompetnya.
"Baiklah,akan abang simpan kartu ini untuk mu. Jika kamu ingin mengambilnya bilang saja",Raymond yang menerima kartu tersebut dengan berat hati.
Raymond pun keluar dari kamar Joshua dengan hati yang sedih dan bangga dengan pemikiran sang adik. Raymond bingung dengan perasaannya saat ini. Senang atau kah sedih.
Semangat nulis novel nya thor/Heart/
"Coba deh BLA BLA BLA yang terimut itu," sambung bla bla bla
"Hei, kalian semua bla bla bla?"