Kisah seorang gadis yang terpaksa menjadi pelayan pebisnis misterius dan kejam agar organ tubuhnya tidak dijual oleh pria itu akibat ulah ibunya sendiri.
Namun, ia tetap berusaha melarikan diri dari sangkar Tuannya.
Sebuah rahasia besar sang CEO terkuak saat pelayan itu hadir dalam kehidupannya yang membuat pria itu marah besar dan berencana membuat hancur kehidupan gadis itu.
Bagaimana kelanjutan cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
“Kau mengintip, ya?” Suaranya berubah datar, tetapi mengandung emosi yang tak bisa ia tebak.
Anna merasakan hawa dingin menjalar di seluruh tubuhnya. Ia tak tahu harus menjawab apa.
Wajahnya pucat dan tubuhnya kaku.
Damian melangkah mendekat, perlahan tapi pasti, hingga jarak mereka semakin dekat.
Ia menundukkan wajahnya agar sejajar dengan Anna, berbicara dengan suara pelan namun penuh ancaman.
“Kau melihat sesuatu yang tidak seharusnya kau lihat, Anna. Dan jika kau berpikir ingin menggunakan itu untuk melawanku, maka kau sama sekali tidak tahu dengan siapa kau berurusan.”
Anna melihat mata Damian penuh dengan kebencian.
Suaranya semakin rendah,
“Jika kau berani membocorkan rahasiaku pada siapapun, seperti ibumu. Aku pastikan kau akan mengalami jauh lebih buruk dari neraka. Kau paham?”
Tak terasa air matanya menetes.
Anna hanya bisa mengangguk, tak mampu mengeluarkan suara. Ia tahu ancaman Damian bukan sedekar gertakan biasa.
Bahkan Damian tahu bahwa Anna merencanakan membocorkan rahasia ini untuk membebaskan dirinya dari cengkeraman Damian, bahkan mungkin sebuah cara untuk melawan pria itu.
...****************...
Anna berbaring di ranjangnya, memandang kosong langit-langit kamarnya. Kejadian hari ini membuatnya pusing.
Pria yang di ketahuinya bernama Christ itu tampak terlihat normal di mata Anna. Dengan tubuh yang atletis dan tatapan pria brengsek. Ia sedikit tidak yakin, pria itu gay.
Kriiingg...
Anna tersentak dari lamunannya. Ia melirik ponselnya, tertera nama Dareen disana.
“Halo..” Sapa Anna.
“Sedang sibuk?” Tanya Dareen.
“Tidak.”
“Apa kamu berada di tempat yang aman? Kemarin aku ke panti asuhan. Dan kamu tidak ada disana. Mereka bilang, kamu bekerja dengan seseorang yang baik. Bahkan mereka mengatakan ada donasi yang cukup besar yang akan datang setiap bulannya.”
Anna berpikir keras. Berarti, Damian sudah pernah bertemu dengan orang-orang di Panti. Mulus sekali rencananya.
'Pantas saja, mereka tidak ada yang menanyakan tentangku' Batin Anna.
“ Iya, aku ditempat yang aman.”
“ Aku ingin bertemu denganmu besok, ada yang perlu ku bicarakan. Mungkin kita bisa sarapan bersama?”
Anna terdiam sejenak, memikirkan tawaran itu. Dia harus memikirkan bagaimana meminta izin keluar dari mansion Damian.
“Baiklah, akan aku kabarkan esok pagi. Tapi aku tidak janji.”
“Hm.. Baiklah, Selamat malam Anna.”
Setelah menutup telepon, Anna menarik napas panjang. Rasanya seperti menuju sarang singa, tapi dia tahu tidak ada jalan lain. Dengan langkah hati-hati, Anna mendekati ruang kerja Damian.
Pintu setengah terbuka, memperlihatkan sosok Damian yang sedang duduk di belakang meja kerjanya, fokus pada laptopnya.
Christ sudah tidak ada di kamar Damian sejak ia memergoki Anna mengintip mereka. Damian langsung mengantarnya pulang. Jadi, hanya mereka berdua lah yang masih terjaga di mansion ini.
“Pak Damian?” panggil Anna dengan suara pelan.
Damian menoleh, tatapannya langsung menusuk.
“Apa?” balas Damian tanpa basa-basi.
“Saya.. Saya ingin keluar besok pagi.”
Damian memicingkan matanya, curiga.
“Saya ingin bertemu dengan teman saya. Ada yang perlu kami bicarakan. Saya tidak akan kabur. Saya berjanji.”
“Dengan siapa kau bertemu?”
“Dareen, Pak.”
Damian langsung mendongak, ekspresinya berubah dingin.
“Dareen?” Tanyanya, seolah nama itu adalah racun di lidahnya.
“Kenapa kau harus bertemu dengannya?”
Anna ragu-ragu menjelaskan hubungan dirinya dengan Dareen.
“Saya mempunyai hutang dengannya. Kemarin saya menabrak mobilnya. Dareen tidak menagih pembayaran uang pada saya. Tapi sebagai gantinya, saya akan menemaninya makan selama beberapa bulan kedepan. Hanya itu pak.”
Tiba-tiba ekspresi Damian menggelap, matanya menyipit penuh kemarahan. Damian bangkit dari kursinya dengan cepat dan mendekati Anna dengan langkah penuh amarah.
“Kau takkan keluar besok!” suara Damian terdengar tajam seperti pisau.
“Dan kau tidak akan menemui dia lagi, paham?”
Anna merasa jantungnya berdetak kencang.
“Tapi, pak.. Saya—“
“Cukup!” bentak Damian, suaranya menggelegar di ruangan itu, membuat Anna terdiam ketakutan.
“Aku sudah cukup bersabar denganmu. Kau pikir kau bisa melanggar aturanku begitu saja?”
Anna mencoba tetap tenang, tapi ketakutan mulai merambat ke seluruh tubuhnya.
“Aku hanya ingin membalas hutangku, Damian. Kau tak bisa mengurungku di sini selamanya!”
Kata-kata itu keluar begitu saja, mungkin karena frustasi yang sudah lama terpendam. Tapi segera setelah Anna mengatakannya, wajah Damian memerah penuh kemarahan.
Plakk!!
Dalam sekejap, tangan Damian melayang cepat, menampar pipi Anna dengan keras. Tamparan yang keras dan tiba-tiba itu membuat Anna terhuyung ke belakang.
“Kau berani melawanku?!” Damian berteriak, matanya di penuhi api kemarahan.
.
.
.
Next👉🏻
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩