Ayumi adalah gadis yatim piatu blasteran Jepang-Indonesia. Ayumi memiliki dua kakak laki-laki yang tidak beruntung dalam membangun mahligai rumah tangga. Kakaknya yang pertama bernama Tommy harus menjadi duda keren kehilangan istrinya yang seorang pramugari bernama Dena karena kecelakaan pesawat. Dari pernikahan mereka berdua, dikarunai anak perempuan bernama Hana. Sedangkan kakaknya yang nomor dua bernama Kenzi bercerai dengan istrinya karena kepergok selingkuh dengan rekan kerjanya.
Ayumi yang sejak usia 15 tahun tinggal bersama kedua kakaknya setelah orang tuanya meninggal karena covid berusaha mencarikan jodoh untuk kedua kakaknya. Agar dirinya bisa hidup bebas tanpa harus mengurus rumah tangga dan keponakannya yang masih berumur 4 tahun.
Disini lah cerita dimulai. Suka duka Ayumi mencarikan jodoh untuk kedua kakaknya mengalami banyak sekali rintangan. Bagaimana kisahnya yuk silahkan diikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewica Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Hana Ingin Mama Baru
"Papah! " panggil Hana kepada papanya yang fokus menyetir dalam perjalanan pulang dari rumah Mila menuju kantor Tommy.
"Iya sayang." Tommy menoleh sebentar menatap wajah putrinya.
"Papah tidak menyukai tante Mila? " tanya Hana polos.
"Papa menyukai tante Mila sayang. Kenapa kamu bertanya seperti itu? " tanya Tommy tersenyum.
"Maksud Hana, apakah papa benar-benar menyukai tante Mila." ujarnya mengulangi perkataannya lagi.
"Iya sayang. Papa menyukainya. " jawab Tommy lagi yang masih belum paham maksud putrinya.
"Kalo papah benar-benar menyukai tante Mila, kenapa papah tidak menikahinya? " tanya Hana lagi.
Tommy terkejut dengan perkataan putrinya. Bagaimana gadis kecilnya mengerti soal pernikahan.
"Kenapa Hana bertanya seperti itu? "
"Karena Hana ingin tante Mila jadi mama baru."
Jawaban Hana sekali lagi mengejutkan Tommy. Mobil melaju pelan dan berhenti di traffic light yang sudah berganti merah.
Tommy menoleh kearah putrinya "Hana ingin pspah menikah dengan tante Mila? " tanya Tommy.
"Heum...." jawabnya dengan kedua bola mata yang berbinar.
Tommy tersenyum dan mengelus rambut putrinya. Tommy kembali melajukan mobilnya setelah traffic light berubah hijau.
"Kita ke kantor papah ya. Gak pa pa kan sayang? Karena papah harus segera kembali ke kantor." ucap Tommy.
"Okey...tapi cheese cakenya tetap beli kan papah? " rengeknya.
"Tentu sayang. Papah sudah minta tante Nabila memesankan pake gofood." jawab Tommy.
"I love you papah."
"I love you too honey. "Tommy tersenyum kepada putrinya. Dan dia kembali fokus menyetir mobil.
Pikirannya mulai berkelana ke mana-mana. Putrinya sudah besar dan memerlukan seorang ibu untuk mendampinginya.
Sedangkan Ayumi akan menemani Hana sementara. Suatu saat dia akan menikah dan meninggalkan Hana.
Tak berapa lama mobil memasuki area parkiran di perusahaannya.
"Ayo sayang turun." ajak Tommy.
"heum." Hana menganggukkan kepalanya dan melepas sabuk pengamannya.
Tommy keluar dari mobilnya dan berjalan kearah pintu kiri untuk menurunkan putrinya. Setelah itu mereka bergandengan tangan masuk kedalam perusahaan.
Pemandangan seperti itu membuat para karyawati yang bekerja di perusahaannya Tommy makin baper.
"Si bos family man ya Rin." bisik salah satu karyawati yang bekerja di perusahaan Tommy ketika berpapasan dengan bosnya.
"Iya pujaan jutaan wanita di perusahaan ini." sahutnya.
"Hiperbola banget kamu. Karyawati disini jumlahnya gak sampai seribu." timpal Tina tepok jidat.
Rini terkekeh. " Eh itu bisa jadi doa, sapa tahu bisa sampai jutaan hehe..."
TING
Pintu lift terbuka. Tommy menggandeng Hana keluar dari lift.
Tommy berjalan lurus ke arah ruangannya melewati cubicle dimana para pegawainya bekerja.
"Halo cantik."
"Halo tante Nabila."
"Cheese cakenya udah datang Nabila? " tanya Tommy.
"Sudah pak. Sudah saya taruh didalam ruangan bapak." jawab Nabila.
Tommy menganggukkan kepalanya dan masuk kedalam ruangan bersama putrinya diikuti oleh Nabila yang akan memberi tahu jadwal meeting Tommy.
Nabila senang melihat kotak cheese cake sudah berada di meja tamu. Dia langsung berlari mengambil cheese cake di meja dan membukanya.
"Duduk dulu sayang." titah Tommy yang juga duduk di kursinya.
Hana menganggukkan kepalanya dan duduk disofa sambil menikmati cheese cakenya.
"Bapak, 10 menit lagi rapat akan dimulai." ujar Nabila sambil menyerahkan beberapa berkas untuk ditanda tangani.
"Oke.Tolong kasih kabar Ayu, Hana saya bawa langsung ke kantor." ucap Tommy membuka map dan mulai menanda tangani beberapa berkas.
"Baik." jawab Nabila mengambil kembali berkas yang sudah ditanda tangani bosnya dan dia membalikkan badannya berjalan untuk keluar dari ruangan Tommy.
"Bye sayang. " ucap Nabila.
"Bye tante." balas Hana yang kedua matanya fokus melihat kartun di tabletnya.
Tak lama Tommy lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri Hana. "Sayang, papah tinggal rapat dulu ya."
"Okey papah."
"Kalo kamu ada perlu minta minum atau apapun minta tolong sama tante Nabila ya." ucapnya lagi.
"Okey papah." jawab Hana tersenyum kepada papanya dan mengacungkan jempolnya kearah Tommy.
Tommy tersenyum dan mencium rambut putrinya. Lalu dia beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan putrinya yang sudah terbiasa menunggu dirinya hingga pulang kerja.
**********
Tak terasa waktu sudah menjelang sore. Motor Rania memasuki halaman rumah pamannya. Dia melihat mobil suv milik pamannya yang dipinjam oleh budenya, tepatnya diminta secara halus. Pinjam tapi setahun tidak dikembalikan.
"Horang kaya, mobil dikepit satu gak bingung. Coba bunda, bisa tujuh malam tujuh hari ngomel sampai mobil dikembalikan." ujar Rania pelan.
Motornya dia masukkan kedalam garasi yang luas. Berisi tujuh mobil plus satu mobil milih Rania yang dibelikan oleh pamannya dihari ulang tahunnya yang ke 21.
Mau nolak tapi mupeng, mobil suv merk H***a HR-V warna merah kesukaannya sudah nangkring di depan teras dan diberi pita. Pagi-pagi Rania dijemput paman dan bibinya berjalan ke depan rumah didampingi bundanya sambil matanya ditutup kain.
"Surprise...!!!"
Rania bengong melihat mobil baru didepan matanya setelah kain penutup di lepas.
"Selamat ulang tahun Rania. Ini hadiah dari kami bertiga." ujar pak Burhan kepada keponakannya.
"Bertiga?"
"Iya hadiah ulang tahun dari bunda, paman Burhan dan tante Risa." sahut bu Vika tersenyum dan mencium pipi kiri putrinya.
Rania mengucek matanya dan melihat kembali ke arah mobil didepannya yang tidak hilang.
"Berarti ini beneran. "
"Ya beneran dong sayang. Selamat ulang tahun yang ke 21 ya." ujar bi Risa sambil memeluk Rania.
"Terima kasih tante." jawab Rania yang masih shock melihat hadiah ultahnya yang dia impikan sebuah mobil berwarna merah.
"Sama-sama sayang." ujar bu Risa yang sudah menganggap Rania anak kandung sendiri. Karena beliau tidak memiliki anak perempuan. Bahkan cucunya laki-laki semua.
"Ayo sini Rania, kamu gak ingin masuk melihat mobilmu? " ujar pak Burhan yang sudah berdiri disamping pintu mobil yang dibuka oleh beliau dan memegang kunci mobil.
Rania langsung berlari menghampiri pamannya dan mengambil kunci dari tangan pamannya. Dia masuk kedalam mobil untuk test driver.
"Non, ngapain nglamun? " tegur asisten rumah tangga paman Rania bernama bi Murni.
Rania terkesiap dan menggaruk kepalanya yang gak gatal. "gak pa pa bi, lagi mengenang masa lalu hehe..." jawab Rania terkekeh.
"Ooo...jangan suka ngelamun non, nanti kesambet setan nganggur." ujar bi Murni terkekeh.
"Eh bi, bude Esti belum pulang? " tanya Rania.
"Baru juga datang Non." jawab bi Murni.
"Hmmm...males banget ketemu sama orang itu." ucap Rania, dia pingin sekali menghindar, malas mendengar mulut pedasnya yang menghina dia belum menikah.
Bu Murni diam saja tidak membalas perkataan Rania, dia sendiri juga gak suka sama kakak kandung majikannya. Sok jadi tuan rumah, padahal majikannya sendiri orangnya selow aja.
"Eh bibi ngapain ke garasi? " tanya Rania.
"Ini disuruh beli terang bulan Holland non. Non Carla pingin terang bulan holland. Bibi disuruh bawa motor." jawabnya lalu berjalan menuju motor h***a beat yang parkir di samping motor Rania.
"Idih kan bisa pake gosend, kenapa nyuruh bibi? " tanya Rania heran.
"Ya saya gak tau non. Saya berangkat dulu non." jawab bi Murni lalu menghidupkan mesin motor dan melaju keluar garasi.
"Sinting tuh anak, gak emaknya gak anaknya. Yang punya rumah sapa yang berasa jadi majikan dia." umpat Rania.
Dengan langkah gontai, Rania mau gak mau harus bertemu dengan Carla, sepupunya yang udah jadi janda, karena suaminya meninggal kecelakaan mobil.
"Nah itu Nia baru pulang." ujar tante Risa yang raut wajahnya terlihat jelas dirinya gak suka dengan kedatangan kakak iparnya.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
"Gimana hari ini ngajarnya Nia?" tanya bu Vika kepada putrinya.
"Lancar bun." jawab Rania yang sibuk menyalami tangan bunda, tante, dan budenya.
"Halo Nia, lama kita gak ketemu? " sapa Carla.
"Lama ndasmu, baru juga ketemu seminggu yang lalu, kalian datang kerumah sini minta duit." gumam Rania dalam hati.
"Kan minggu kemarin juga ketemu sama Rania" tegur tante Risa dengan nada agak ketus. Dasar Carla, urat malunya udah putus. Gak merasa disindir.
"Oiya sih, lupa hehe..." jawab Carla, sepupu Rania yang cantik sayang loadingnya suka lama kalo diajak ngobrol. Beruntung dia sempat laku dilamar ke kekasihnya walaupun menjalani pernikahan cuman setahun lebih tiga bulan.
"Aku kekamar dulu ya, capek banget soalnya." ujar Rania.
"Ish kamu Nia, kerja cuman ngajar aja pake capek. Kan kamu gak kerja pake fisik." sahut bu Esti agak ketus.
"Gak pake fisik gimana? Emang kalo ngajar sambil duduk gitu bude? Kan Rania harus berdiri trus nulis di whiteboard, belum keliling dari satu kelas ke kelas lain." jawab Rania mulai kesal.
"Eh jangan suka judes kalo jawab, makanya kamu gak laku-laku. Mana ada cowok deketin kamu Nia." mulai bude Esti menyindir status Rania yang masih perawat ting ting.
"Iya nih Nia, jadi cewek itu yang ramah." sahut Carla ikut jadi kompor.
"Seperti Carla nih, dia ramah sama siapa aja, banyak cowok yang suka sama dia dan akhirnya dilamar pujaan hatinya." timpal bu Esti dengan menatap sinis ke arah Rania.
"Mulai deh." gumam Rania dalam hati, serasa dirinya pingin nyolok kedua biji matanya dan dibuang ke pantai selatan jadi makan ikan hiu kalo bisa sekalian orangnya dilempar kesana.
"Tapi akhirnya jadi janda kan ?!" Kata-kata itu langsung keluar dari mulutnya.
"Nia! " tegur bu Vika.
"Eh tapi aku janda terhormat. Janda ditinggal mati suami." sahut Carla emosi.
"Iya meninggal sama istri sahnya juga. Lupa ya kamu ternyata jadi pelakor dalam rumah tangga dia." sindir Rania.
Kedua mata Carla dan mamanya melotot menatap tajam kearah Rania.
"Kamu...?! " bu Esti mengacungkan jari manisnya kearah Rania.
"Kenapa bude? Kenyataannya begitu kan? Gak usah deh kalian nyindir status ku yang belum nikah." jengkel Rania kepada dua manusia setengah demit yang ngaku satu darah dengan mamanya tapi kelakuan belok sendiri.
"Lihat aja kamu bakal jadi perawan tua terus." ejek Carla kesal.
"Lah emang situ Tuhan pake do'ain segala. Hati-hati doa jelek bakal kembali ke diri sendiri." sahut Rania.
"Eh jangan salah, ada kok yang mau kenalan sama Nia, nanti hari sabtu mau nemuin Rania disini." tiba-tiba tante Risa mencoba membela Rania. Karena beliau sendiri juga kesal dengan dua makhluk di depannya yang datang kerumah karena ada tujuan yaitu minta uang.
"Ah kamu Risa, gak usah ngarang cerita. Sapa juga cowok yang suka sama Rania." ujar bu Esti dengan nada sinis.
"Gak percaya datang aja hari sabtu besok malam." ucap tante Risa tegas.
"Okey kita datang hari sabtu besok. Sekalian ketemu sama Burhan. Aku pikir dia sudah kembali dari Amerika." ujar bu Esty yang senang hari sabtu bakal makan enak gratis dirumah adiknya.
"Iya lihat aja nanti cowok yang akan dikenalkan oleh Rania. Duda anak satu tapi yang terpenting dia lagi gak dekat dengan perempuan lain. " jelas bu Risa.
"Eh kelasmu dapatnya duda Nia, kasihan amat nasibmu. Tapi emang sih seusia kamu mana ada cowok masih bujang, rata-rata memang udah nikah atau jadi duda." sindir Carla tertawa mengejek Rania.
Pingin rasanya nglempar iphonenya ke wajah Carla, tapi sayang, kan belinya mahal, lebih mahal iphonenya dari biaya berobat wajah Carla jika luka.
Bu Vika yang dari tadi diam saja mendengar anaknya dihina akhirnya bersuara.
"Kalian kenapa sih suka sekali bully Rania. Memang salah kalo Rania belum menikah. Aku aja bundanya gak bingung, kenapa kalian berdua yang repot? " ujar bu Vika dengan nada marah.
"Siapa yang nyindir memang kenyataan kok." jawab bu Esti tanpa rasa berdosa.
"Sudah ma, yuk kita ada janji ke salon kan. Mama sih gak janjian dulu sama paman kalo mau kesini." omel Carla.
"Ya pamanmu bilangnya pulang hari ini. Ternyata belum datang juga." jawab bu Esti.
Tante Risa diam saja, beliau tahu suaminya enggan menemui kakaknya. Jadi dia menjawab sekenanya saja. Padahal pak Burhan masih besok pulang ke Indonesia.
"Ya udah kami pulang. Ketemu kamu bikin aura kita jelek Nia." ejek bu Esti.
"Hah...?! Gak salah, situ ketempelan jin gak jelas kenapa pula aku yang dibilang nyebar aura jelek...Sinting!" umpat Rania dalam hati.
Bu Esti dan Carla beranjak dari duduknya disofa dan hendak berjalan ke pintu utama dengan menyenggol bahu Rania.
"Minggir ! " hardik Carla.
"Salah sendiri lewat sini. Jalan masih lebar juga." sahut Rania kesal.
Bu Vika mengelus punggung Rania dan mau gak mau ikut mengantarkan kakaknya pulang.
"Oya mbak, mobil kapan dikembalikan? " tanya tante Risa yang mengantar mereka kedepan.
"Eh itu, tunggu ya, papanya Carla masih nunggu bonus dari kantor. Gak tahu tuh perusahaannya kenapa nunda terus bonusnya. jawabnya gelagepan dan beliau tidak berani menatap wajah adik iparnya.
" Udah setahun lebih loh mbak pinjamnya." sindir bu Risa.
"Iya tahu, sabar dong, lagian mobilmu kan banyak. Kamu ke mana-mana masih bisa kan gonta ganti mobil." emaknya sambil mempercepat langkahnya menuju mobil suv milik paman Burhan.
Ketika hendak naik mobil. Bi Murni datang membawa terang bulan Holland pesanan Carla.
Bik Murni sengaja membelokkan motor ke depan teras lalu men standart miring motornya.
"Non ini terang bulannya." ucapnya.
"Ish kelamaan, kemana aja sih. Sini! " titahnya sambil menyambar bungkusan terang bulan tersebut.
Bi Murni hanya diam saja tidak menjawab. Lalu bi Murni undur diri membawa motor kembali ke garasi.
"Ngaku orang kaya, tapi doyan terang bulan kukira camilannya sekelas cheese cake." sindir bu Vika yang membuat bu Risa menahan tawa.
Bu Esti dan Carla tidak mendengar perkataan bu Vika karena mereka sudah masuk mobil. Dan mobil melaju begitu saja tanpa menyapa bu Vika dan bu Esti lagi.
"Ya Allah, biar itu kakak kandung tapi naudzubillah jahat banget." ujar bu Vika ngelus dadanya.
"Sabar mbak, dia itu kan sebetulnya iri sama kalian berdua karena tinggal disini." jawab bu Risa.
"Makanya itu Risa, aku tuh lebih baik tinggal dirumah sendiri aja. Daripada anakku jadi bahan buliyan mereka berdua. Sakit hatiku anakku dihina begitu." geram bu Vika dengan tangan dikepal.
"Gak usah diladeni. Lagian yang nyuruh kalian tinggal disini kan aku, suka-suka aku dong. Mereka juga kalo ditabok duit diem." sindir Risa lalu mengajak iparnya masuk kedalam rumah.
Sedangkan Rania sudah masuk kedalam kamarnya dengan suasana hati kacau. Sakit hati rasanya di hina mereka berdua.
"Jadi pingin pindah keluar negeri dimana gak ada yang reseh sama perempuan yang belum nikah." kesal Rania.
TOK TOK
"Nia?! " panggil bu Vika sambil membuka pintu kamar Rania dengan pelan. Dilihatnya Rania berdiri didekat jendela.
"Iya bun." jawab Rania buru-buru menghapus air matanya karena kesal.
"Sabar ya nduk. Jangan didengar ocehan mereka. Ingat bukan mereka yang nentuin hidupmu tapi Allah." hibur bu Vika sambil mengusap punggung Rania dengan lembut.
"Emang kenapa sih kalo masih belum nikah diusia Rania. Di sekolah ada loh beberapa guru perempuan seusia Rania bahkan ada yang lebih belum nikah gak ada yang usil." sahut Rania kesal.
"Mereka itu cuman iri sama kamu karen paman Burhan dan tante Risa sayang sama kamu." tukas bu Vika.
"Kan Rania gak minta mereka sayang sama Rania." sanggahnya.
"Iya bunda tahu. Namanya orang udah syirik hatinya. Apa aja dimata mereka tetap salah." jawab bu Vika.
"Bun, Rania pingin menikah tapi kan belum dapat yang klik sama Rania. Tiap malam Rania juga gak henti-hentinya minta sama Allah untuk disegerakan jodohnya. Tapi apa lah aku cuman manusia biasa hanya bisa berharap. Allah belum juga mempertemukan jodoh Rania. " ucapnya.
"Iya bunda paham. Bunda juga setiap hari mendoakan kamu segera ketemu jodohmu. Sabar ya Rania, bunda yakin kamu akan segera dipertemukan oleh laki-laki yang pantas menjadi imammu." hibur bu Vika kepada putrinya.
Rania lalu memeluk bundanya, baginya kekuatan terbesar dalam hidupnya adalah bundanya.
Bu Risa yang hendak menemui Rania mendengarkan percakapan mereka berdua dari balik daun pintu merasa kasihan dengan Rania.
"Mas Burhan harus bisa meyakinkan Tommy untuk menikahi Rania." gumamnya.