Devon merasa ia jatuh cinta pada gadis sebatang kara, setelah perjalanan cintanya dengan berbagai jenis wanita. Gadis ini anak jalanan dengan keadaan mengenaskan yang ia terima menjadi Office Girl di kantornya. Namun, Hani, gadis ini, tidak bisa lepas dari Ketua Genknya yang selalu mengamati pergerakannya. Termasuk pada satu saat, kantor Devon mengalami pencurian, dan terlihat di cctv kalau Hani-lah dalang pencurian tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketua Genk
“Dek, adiknya perlu rujukan ke rumah sakit besar. Kami tidak punya alat yang memadai.” kata petugas puskesmas setelah memeriksa keadaan Farid.
“Adik saya kan hanya demam Sus! Beri saja saya obat!”
“Adik ini demam karena bagian tubuh yang luka, bukan sekedar demam!”
“Saya tidak punya fasilitas kesehatan untuk ke rumah sakit! Ditangani di sini saja dulu, tolong saya Suster! Saya mohon!” Hani sampai berlutut menyembah ke suster.
“Ya Allah,” sang suster sampai menangis karena iba. “Ditangani di sini pun akan percuma Dek, dia harus ke rumah sakit. Kami bantu untuk membawanya ke RS ya, kami punya mobil operasional.”
“Jangan Suster, jangan ke rumah sakit, saya mohon!” Hani memohon sekuat tenaganya.
“Dia sakit apa?” tanya salah seorang pasien yang menonton.
“Selain DBD… ada bekas pukulan di hampir semua bagian tubuhnya.” bisik suster.
“Pukulan?”
“Ya, sekujur badannya biru-biru.”
“Ya Tuhan…”
“Aku kenal nih, cewek ini yang suka cari baju bekas di TPS, terus baju itu dia cuci lagi dan dia jual ke toko.” kata warga yang lain.
“Kalau dibawa ke rumah sakit, pasti polisi akan ikut terlibat.” kata warga yang lain.
“Preman di kawasan itu lumayan brutal.” bisik mereka.
“Ini mungkin akan jadi kasus penganiayaan. Ya kalau beneran diusut, kalau adiknya malah dimasukin panti dan kakaknya jadi tersangka gimana?”
“Makanya dia nolak ke RS. Karena percaya deh, nggak mungkin aparat bakalan nangkep Ketua Genk, kecuali ada mukjizat.”
Petugas puskesmas yang mendengar desas desus itu semakin khawatir. Gadis di depannya ini menangis meraung-raung, jadi tidak mungkin ia tersangka penganiayaan. Buat apa dia susah payah membawa adiknya ke sini kalau dia adalah pelakunya.
“Suster, saya mohon tolong Farid…” seru Hani kalang kabut.
dalam keadaan begitu, seorang pria masuk ke puskesmas.
“Hani.” panggilnya.
Hani mengangkat wajahnya dan ia langsung terdiam melihat pria yang datang.
Sungguh, pria ini adalah orang terakhir yang ia harapkan muncul. Kalau perlu pria ini tidak usah tahu apa saja yang terjadi.
Karena, menurut firasat Hani, pria ini lah pelaku penganiayaan terhadap Farid.
“Bang Jack…” gumam Hani sambil perlahan berdiri.
“Farid kenapa, Hani?” pria itu bertanya dengan nada khawatir, tapi Hani bisa melihat senyuman di sudut bibirnya.
Jackson, Ketua Genk di pemukiman setempat. Di pagi hari ia bekerja sebagai waitress untuk kamuflase, juga sebagai sumber penghasilan utamanya. Saat malam ia menarik uang sewa lahan dari orang-orang yang tinggal di kolong jembatan dan flyover, sambil berjualan obat haram.
Saat menjadi waitress, ia kerap mencuri dari para pelanggan yang tidak waspada terhadap barang bawaan mereka. termasuk kemarin, Devon adalah salah satu korbannya.
Hani adalah salah satu pesuruh Jackson, metode pencuriannya sederhana. Ada orang yang seakan mencuri, saat kepanikan terjadi, Jackson mengendap-endap mengambil barang dari orang yang panik. atau barang curiannya memang diambil Hani, lalu ditinggalkan di tempat yang sudah ditunjuk Jackson.
Keberadaan Jackson sulit terlacak, karena sosoknya seakan pria baik yang lembut, namun ia bisa membunuh dengan senyum di wajah.
Dan Hani tahu persis, Jackson tahu apa yang terjadi dengan Farid.
“Dia demam, Bang.” Hani langsung mundur selangkah dan gemetaran.
“Oh, bawa pulang dulu saja. Istirahat di tempatku ya. Aku punya obat.” kata Jackson.
Petugas Puskesmas merasa ada keanehan pada sikap Jackson. Terutama dari tingkah Hani yang langsung ketakutan. Jackson bukan manusia sembarangan.
Tapi mereka tak berani mengira-ngira. Takutnya, kalau mereka berani mencegah, bisa-bisa mereka yang dicegat saat pulang kerja nanti.
apa boleh buat, Hani tak berani melawan.
**
“Lu kemana aja semaleman Hani, bahkan nggak nyetor duit mulung…” Bang Jackson meletakkan kain usang di atas dahi Farid.
“Saya… mulung di tempat lain bang, agak jauh dari sini.”
“Lu kan tau kita punya area sendiri buat mulung. Udah berani berkhianat lu? Masih untung lo gue biarin perawan.” gerutu Jackson.
Hani tahu, keperawanannya dibiarkan karena Jackson akan menjualnya dengan harga tinggi. ke seseorang entah siapa. Di saat Hani berulang tahun yang ke 18, bulan depan.
“Terus, itu baju lo… kok bersih gitu? Nyuci dimana? Mana wangi pula. Bohong lu ye? Tau gitu gue patahin juga nih tangan si Farid. Kakaknya kebanyakan bohong…”
“Jangan Bang!” sergah Hani.
“Gara-gara lo nggak pulang semalaman, gue jadi tendangin nih batok si Farid. Lu buang-buang tenaga gue aje sih. Segala adek lu lah dijadiin tameng. Kalo dia mati kan bikin bau!”
rasanya kepala Hani langsung berputar, lututnya terasa lemas.
benar dugaannya…
Jackson lah yang melakukan ini ke farid. Ia menganiaya Farid karena Hani tidak pulang tadi malam. Mungkin Jackson mengira Hani kabur.
“Maaf Bang.”
“Setoran lu mana?!” Jackson menadahkan tangannya.
“Hanya… sedikit bang.” Hani mengulurkan tangannya, uang 5000 di kantong celananya. Uang terakhirnya.
“Cuma segini?!”
“Dan… saya ambil ini.” Pancake dari Devon yang ia masukan ke kresek.
“Ya Ampun Hani… lu nggak guna banget deh.” keluh Jackson. “Gue bersumpah kalo perawan lo kejual lebih dari 20 juta, habis itu lu bakal gue kawinin biar berguna dikit.”
Hani langsung bergidik.
ia rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya.
Ia benci Jackson.
Sangat benci.
Ia ingin lari dari sini.
Jauh dari tekanan ini.
Ia sudah berkali-kali mencoba kabur, tapi rekanan Jackson banyak. Di semua wilayah.
Saat terakhir ia berhasil naik ke angkutan kota mau kabur ke Sumedang, seseorang melumpuhkannya, lalu menculik Farid dari gendongannya. Berikutnya yang ia tahu, ia diarahkan kembali ke area Jackson, dan diperlihatkan keadaan Farid yang mengenaskan, terkulai lemas dengan darah keluar dari lubang bo kongnya.
tentu saja Hani histeris.
mereka menggunakan adiknya yang sakit-sakitan untuk mengancamnya.
sejak itu Hani tidak berani keluar dari area Jackson.
tapi sekarang…
melihat tubuh Farid yang terkulai lemah, dengan nafasnya yang pendek-pendek.
Hani harus memberikan informasi berharga sebagai kebebasan Farid.
dan gadis itu mendapatkan kesempatan.
Kantor Devon… akan ia jadikan media.
“Saya semalam menyusup ke Kantor yang di atasnya suka parkir helikopter itu, numpang mandi Bang.”
Jackson mengernyit.
“Numpang mandi? Itu gedung mewah yang 40 lantai? Kok bisa?!”
“Ya Bang. Kalau malam ternyata… minim penjagaan. buktinya saya bisa menyusup ke dalam. Barang-barang di dalam mewah-mewah Bang.”
Jackson tampak tertarik dan mendekati Hani.
Tangannya meraih dagu Hani dan mengangkat wajah gadis itu, “Lu yakin?”
“Ada beberapa CCTV sih bang, tapi dikit banget kok. Tangga daruratnya juga nggak dikunci Bang. Ini pancakenya saya ambil dari dapur.”
Iya, dari dapur Devon, tepatnya.
“Hm… menarik. Nanti malam, kalau lo bisa menyusupkan orang kita ke dalam, Farid gue bawa ke RS.”
Lalu ia memanggil 3 orang pemuda yang berjaga di depan bilik, “Gi, Ton, Cal… ntar malem lo periksa gedung yang ditunjukin Hani. Ada barang apa aja di dalam, berapa CCTV nya berapa satpamnya. Gue mau liat ni cewek udah berani bohong ke gue atau dia jujur.”
“Gedung apa Bang?” tanya Agik
“Yang diatasnya ada logo mahkota.” kata Jackson.
“Gedung mewah tuh Bang, masa nggak ada satpamnya?”
“Ya makanya lu periksa!” kata Jackson.
Jackson melepaskan Hani lalu mengibaskan tangannya, menyuruh gadis itu pergi.
“Bang… ini buat Farid kalau nanti dia bangun dan minta makan.” kata Hani sambil meletakkan pancake di meja depan Jackson.
Jackson mengambil tas kresek itu, lalu membuangnya ke tempat sampah.
“Selesaikan dulu tugas lo.” katanya dengan wajah sinis.
emang ada ya pesugihan codot ngising 🤣🤣🤣
semuuuaaaa bab menyenangkan dan menghibur.makasih Madam 🥰🥰
semangat sehat selalu jeng septi....