NovelToon NovelToon
BAD HUSBAND

BAD HUSBAND

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nunna Zhy

🔥Bocil dilarang mampir, dosa tanggung masing-masing 🔥

———

"Mendesah, Ruka!"

"El, lo gila! berhenti!!!" Ruka mendorong El yang menindihnya.

"lo istri gue, apa gue gak boleh pakek lo?"

"El.... kita gak sedekat ini, minggir!" Ruka mendorong tubuh El menjauh, namun kekuatan gadis itu tak bisa menandingi kekuatan El.

"MINGGIR ATAU GUE BUNUH LO!"

———

El Zio dan Haruka, dua manusia dengan dua kepribadian yang sangat bertolak belakang terpaksa diikat dalam sebuah janji suci pernikahan.

Rumah tangga keduanya sangat jauh dari kata harmonis, bahkan Ruka tidak mau disentuh oleh suaminya yang merupakan Badboy dan ketua geng motor di sekolahnya. Sementara Ruka yang menjabat sebagai ketua Osis harus menjaga nama baiknya dan merahasiakan pernikahan yang lebih mirip dengan neraka itu.

Akankah pernikahan El dan Ruka baik-baik saja, atau malah berakhir di pengadilan agama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

"Terus ini kemana lagi?" protes Ruka, kembali tak bisa menahan kebingungannya saat El membawanya ke tempat yang sama sekali tidak dikenalnya.

El hanya melirik sekilas, ekspresi wajahnya tetap tenang dan santai. "Pulanglah," jawabnya tanpa beban, sebelum akhirnya memarkirkan motornya di depan sebuah rumah yang tampak asing bagi Ruka.

Ruka menatapnya, bingung, sambil turun dari motor. "Ini bukan rumah gue, lo ngelindur?" ujarnya dengan nada kesal. Rasanya seperti ada yang tidak beres dengan semua ini—sepertinya El sudah kembali dengan keputusan besar yang tiba-tiba datang begitu saja.

"Tunggu dulu." El membuka helmnya, melirik Ruka dengan senyum yang entah mengapa terasa penuh teka-teki. "Lagipula, siapa yang bilang kita mau balik ke rumah lo?" Ia mendekati Ruka, dengan tangan yang masih memegang helmnya, menatap gadis cantik di depannya sejenak sebelum menyambung kalimatnya. "Ini rumah kita."

"Hah???!"

"Mulai sekarang, kita tinggal berdua di sini."

Ruka terdiam, otaknya seperti dihantam badai. Kata-kata itu berputar-putar di kepalanya, terasa terlalu mendadak, terlalu cepat, dan—jujur saja—terlalu absurd. 'Tinggal bersama El? Di rumah ini? Apa-apaan ini?' pikirnya dengan panik.

"Apa maksud lo, El? Lo mabuk kecubung?"

"Ruka, lo itu istri gue, jadi lo harus ikut gue tinggal di mana pun gue mau."

"Halu lo!" cibir Ruka, "Cepet anterin gue pulang ke rumah Papa. Gue gak mau tinggal di sini sama lo."

El tidak menggubris protesnya sedikit pun. Tanpa banyak basa-basi, dia mendorong pundak Ruka dengan cukup kuat dan memaksa masuk ke dalam rumah. "Masuk."

"Apa-apaan sih? Gue gak mau tinggal di sini, ngerti gak? Anterin gue pulang sekarang, El!" Ruka terus meronta, mencoba melawan, tapi sia-sia.

"Enggak," jawab El tegas, suaranya penuh otoritas. "Kamar gue di atas, kamar lo di bawah." Dia menunjuk sebuah pintu di ujung lorong. "Semua barang-barang lo sudah gue pindahin ke kamar itu. Lo bisa tidur di kasur mulai malam ini."

"Maksud lo apa?" Ruka melotot, matanya mencari penjelasan yang masuk akal dari wajah suaminya. Tapi El hanya mengangkat bahu dan mulai menaiki tangga ke lantai dua.

"Tunggu dulu, El!" seru Ruka, "Jelaskan dulu maksud lo!"

Namun, tanpa sepatah kata pun, lelaki itu terus berjalan, meninggalkan Ruka sendirian di ruang tamu yang terasa begitu asing dan dingin.

Ruka berdiri kaku, mencoba memahami situasi yang sedang dihadapinya. Ini semua tidak masuk akal. Kenapa El tiba-tiba membawanya ke rumah ini tanpa sepengetahuannya? Dan yang lebih membuatnya bingung, kenapa Papa dan Mama membiarkan ini terjadi? Bukankah mereka seharusnya melindunginya?

Ruka melirik kamar yang ditunjukkan El tadi. Dengan langkah ragu, dia berjalan ke arah kamar itu, dengan ujung jari yang sedikit gemetar, dia memutar gagang pintu dan mendorongnya perlahan. Begitu pintu terbuka, matanya langsung terbelalak.

Seluruh barang-barangnya sudah ada di dalam kamar itu. Buku-bukunya yang biasanya berjejer rapi di rak di rumah Papa, kini sudah tersusun di rak kayu di kamar ini. Pakaian-pakaiannya yang seharusnya masih berada di lemari besar di kamarnya, kini tersimpan di lemari di sudut ruangan. Bahkan skincare, alat makeup, parfum dan koleksi boneka-boneka, yang selama ini menjadi harta kesayangannya, juga sudah berpindah ke kamar ini, tertata rapi seperti di tempat asalnya.

Ruka melangkah masuk dengan tidak percaya. "Astaga... ini semua... gimana bisa?" gumamnya pelan. Dia mengambil salah satu boneka dari rak, boneka kelinci putih kecil yang diberi oleh Mamanya saat dia ulang tahun ke-12. "Kapan dia memindahkan semua ini? Dan... kenapa?"

Gadis cantik itu berbalik, menatap pintu kamar dengan perasaan campur aduk. Kekesalan, keterkejutan, dan sedikit rasa takut saling bersaing mendominasi hatinya. Tidak mungkin El melakukannya sendiri. Dia pasti meminta bantuan. Tapi siapa yang mau membantu ide gila ini? Papa? mama? Atau jangan-jangan malah keduanya?

Ruka meletakkan boneka di tangannya, ia memutar tubuhnya, mengamati seisi kamar dengan lebih saksama. Kamar itu tidak besar, tapi cukup nyaman. Ada kasur yang sudah dilapisi sprei baru, meja belajar di dekat jendela, dan karpet kecil di lantai. Meski sederhana, ruangan itu sudah terasa seperti ruang pribadinya—dan itu membuatnya semakin marah.

"El! Lo gila apa?" serunya sambil keluar dari kamar. Dia menatap ke arah tangga, berharap pria itu akan mendengar dan memberikan penjelasan. Tapi tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang menjawab teriakannya.

Ruka mengepalkan tangannya. "Lo pikir gue bakal diem aja nerima semua ini? Gue gak akan tinggal di sini, El. Gue bakal balik ke rumah Papa sekarang juga!" Dengan tekad bulat, Ruka berjalan naik kelantai atas, mencari keberadaan suami sialannya untuk meluapkan kekesalannya, atau setidaknya menemukan cara untuk kabur dari situasi ini.

"EL!!!" pekiknya sekali lagi, suara cemprengnya melengking ke udara.

"Apaan sih lo berisik?" El muncul dari balik pintu kamarnya dengan bertelanjang dada, bahkan bagian bawahnya hanya dililit handuk pendek, sedangkan rambutnya menjuntai panjang dengan butiran air yang masih menetes.

"Gue mau balik ke rumah Papa! Gue gak nyaman disini!"

Tak menjawab, El melenggang masuk kedalam kamarnya kembali. sebelum pintu benar-benar tertutup, Ruka menyerobot masuk.

"lo denger gue ngomong gak sih?"

"Enggak!" balas El santai sambil membuka pintu lemarinya. Dengan gerakan santai, ia meraih kaos polos berwarna hitam, menggoyangkannya di udara sejenak, lalu memakainya tanpa menghiraukan Ruka yang masih berdiri di ambang pintu.

"El, gue gak nyaman di sini. Gue mau balik ke rumah Papa aja. Please, anterin gue," pinta Ruka.

Namun, El seolah bisu. Ia tak menjawab, bahkan tak menoleh. Tangannya kini meraih celana jeans dari lemarinya, lalu ia berbalik menatap Ruka dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"Lo mau terus ngomel di sini?" tanyanya datar.

"Makanya, anterin gue pulang dulu!" balas Ruka keras kepala. "Gue gak akan berhenti ngomel sampai lo jawab 'iya'!"

El mengangkat alis, seolah menantang. "Oke." Dia lalu, tanpa peringatan, mulai melepas handuk yang melilit pinggangnya.

"Apa-apaan lo?!" hardik Ruka sambil buru-buru menutup matanya dengan kedua tangan. Wajahnya memerah seketika. "Lo gila, ya? Ngapain lo?!"

"Pakai celana. Kenapa?" El menyeringai tipis, seolah menikmati reaksi istrinya. "Lo kira gue mau ngapain?"

Ruka mengintip di antara celah jari-jarinya. Ketika melihat El benar-benar sibuk mengenakan celana jeans, ia langsung memalingkan wajah sambil misuh-misuh. "Lo gila! mata suci gue ternodai."

El tidak menggubris ocehan itu. Dia hanya mengancingkan celananya dengan tenang, lalu mengambil jaket dari gantungan. Tapi sebelum dia sempat berbicara, Ruka sudah berlari keluar dari kamarnya dengan langkah panik, masih bergumam kesal, "Dasar psikopat. Gue gak akan tahan tinggal bareng orang kayak dia."

El menahan tawa mendengar suara langkah kaki Ruka yang terdengar seperti irama orang frustasi menuruni tangga. Dengan santai, ia meraih kunci motor dari nakas di samping tempat tidurnya. Setelah mengenakan jaket, ia melangkah turun ke lantai bawah, langkahnya tenang seolah tak ada drama yang baru saja terjadi.

Ruka, yang masih berkutat dengan kekesalannya, langsung menghampiri begitu melihat El muncul. Wajahnya penuh harapan, meski nada suaranya masih tajam. "Lo mau anterin gue balik?"

El menyeringai kecil, dengan tenang menjawab, "Enggak."

"Terus lo mau kemana?"

"Nongkrong lah," jawab El santai sambil merapikan kerah jaketnya.

Ruka langsung menarik lengan El dengan tegas, mencoba menghentikannya. Namun, pria itu dengan mudah menepisnya, tatapan matanya dingin. "Tidur aja. Gak usah banyak tingkah, Ruka. Dan gak perlu nungguin gue balik." Ujar El, terdengar seperti perintah, membuat darah Ruka semakin mendidih.

"Lo pikir gue bakal nurut sama lo?" Ruka melipat tangan di depan dada, menatap El penuh tantangan. "Bodo amat. Tanpa lo anterin pun, malam ini gue balik ke rumah Papa."

"Silahkan saja, istriku yang cantik. Tapi gue yakin lo bakal balik ke sini lagi." Dengan santai, dia melangkah melewati Ruka dan membuka pintu, membiarkan suara deru angin malam masuk ke dalam rumah.

Ruka menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan ledakan emosinya. Tapi melihat punggung El yang semakin menjauh, ia akhirnya berseru dengan nada setengah frustrasi, "Lo pikir gue takut sama lo?! Gue bisa hidup tanpa lo, El!"

El hanya melambaikan tangan tanpa menoleh, lalu menutup pintu di belakangnya dengan suara yang cukup keras untuk membuat Ruka semakin kesal. Gadis itu menghempaskan tubuhnya ke sofa, menutup wajah dengan kedua tangannya. "Dasar cowok brengsek. Gue beneran gak ngerti kenapa gue harus terjebak sama dia."

***

Dasarnya Ruka yang keras kepala, gadis itu akhirnya nekat memesan taksi online untuk pulang ke rumah orang tuanya. Sepanjang perjalanan, pikirannya dipenuhi berbagai argumen yang akan ia gunakan untuk membujuk Papa dan Mama agar membiarkannya tinggal kembali di rumah mereka. "Papa pasti ngerti alasan gue. Gue gak mungkin tinggal berdua doang sama El. Gila itu namanya!" gumamnya pelan, berusaha meyakinkan diri.

Namun, begitu ia sampai di depan rumah, bukannya disambut hangat, kedua orang tuanya justru terlihat tak senang dengan kedatangannya.

"Ruka," suara Papa tegas seperti petir di malam tenang, "balik ke rumahmu sekarang juga."

Mata Ruka membelalak, tak percaya dengan reaksi itu. "Tapi Pa," protesnya, "Ruka gak mau tinggal berdua sama El! Ruka gak nyaman. Dia tuh nggak jelas, keras kepala, seenaknya!"

Papa hanya memijat pelipisnya, berusaha menahan kesabaran. "Ruka, kamu sudah jadi istri. Rumahmu sekarang adalah rumah El."

Ruka menggigit bibir, merasa hatinya memberontak. "Papa ini gimana sih? Harusnya Papa ngertiin gue dong!" batinnya.

Mama, yang sejak tadi diam, mendekat dan menggenggam tangan putrinya dengan lembut. "Sayang," katanya dengan nada lebih tenang, "bukan berarti Papa dan Mama gak sayang lagi sama kamu. Tapi kamu itu sekarang sudah menikah. Dan seorang istri itu harus ikut ke mana pun suaminya pergi."

"Ma..." Suara Ruka lirih, matanya mulai memerah. "Tapi Ruka gak siap, Ma. Ruka gak tahu apa yang harus dilakukan kalau tinggal sama dia. El itu bukan tipe suami yang baik. Dia gak pernah peduli sama Ruka!"

Mama mengelus rambut Ruka dengan penuh kasih sayang. "Nak, tidak ada rumah tangga yang sempurna. Semua pasangan itu pasti butuh waktu untuk saling memahami dan menyesuaikan diri. Kalau kamu terus lari dari masalah, kapan kamu mau belajar menghadapi kenyataan?"

Ruka terdiam. Kata-kata Mama seperti tamparan halus yang menyadarkannya. Tapi hatinya masih keras. "Kenapa semuanya selalu menyuruh gue yang ngalah? Kenapa gak ada yang pernah ngasih tahu El untuk berubah?" gerutunya dalam hati.

"Kamu ini anak Papa yang kuat. Papa tahu kamu bisa menghadapi semua ini. Tapi kamu harus belajar untuk berdiri di rumahmu sendiri, bersama suamimu. Kalau ada masalah, Papa dan Mama selalu ada buat kamu. Tapi kami gak bisa terus-terusan jadi tempat pelarianmu."

Ruka menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata. Dia ingin berdebat, ingin menyampaikan sejuta alasan, tapi hatinya tahu Papa dan Mama tidak akan mengubah pendirian mereka. Dengan langkah berat, Ruka akhirnya keluar dari rumah itu, kembali memesan taksi untuk pulang ke rumah yang kini harus ia sebut "rumahnya".

Bersambung...

1
🌛Dee🌜
😲
Surinten wardana
Aigu Ruka serem juga y Klw marah
Nunna Zhy: iya, jiwa bar-bar nya lgsg nongol
total 1 replies
🌛Dee🌜
😄
hasatsk
karya yang luar biasa.karakter 2 orang yang keras kepala dan ego yang tinggi...di satukan dalam pernikahan...penasaran akhir cerita nya...
Nunna Zhy: keduanya sm2 batu, bikin seru tiada hari tanpa ribut 🤭 wkwwk
total 1 replies
🌛Dee🌜
👍👍👍
🌛Dee🌜
🫣
🌛Dee🌜
😲
Surinten wardana
Pasti si riko deh pasangannya hana🤣🤣🤣🤣
Nunna Zhy: wah kok tau?
total 1 replies
🌛Dee🌜
eh jgn terlalu kejam dg 🤭😂🤣
Nunna Zhy: hehehe, Zhy suka yg kejam2 soalnya 🤭
total 1 replies
🌛Dee🌜
👍
Surinten wardana
Ke gep dah
Nunna Zhy: /Tongue/
total 1 replies
🌛Dee🌜
🤭
🌛Dee🌜
👍
🌛Dee🌜
😲
🌛Dee🌜
👍
🌛Dee🌜
🫶
🌛Dee🌜
🤭
🌛Dee🌜
🤍
🌛Dee🌜
😄
🌛Dee🌜
👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!